Anda di halaman 1dari 122

Oleh :

Rini Widyastuti
Fisiologi Hidung
Fungsihidung :
1. Fungsi respiratoris
2. Fungsi olfaktoris
3. Fungsi resonansi suara
4. Fungsi drainase-ventilasi
Fungsi Respiratoris

Disebut juga conditioning the air


mempersiapkan udara agar sesuai dengan
keadaan fisiologis paru-paru
Fungsi Respiratoris dilaksanakan dengan
cara :
a. Mengatur banyaknya udara yang masuk
b. Mempersiapkan udara yang masuk
dengan menyaring, membasahi &
memanasi
c. Disinfeksi oleh adanya enzim,sel
phagocyt, lendir dll.
Pemeriksaan Hidung
Terdiridari :
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Rinoskopi anterior
4. Rinoskopi posterior
5. Transiluminasi
6. X. foto : WATERS
Rinoskopi Anterior (RA)
Menggunakan lampu kepala dan
spekulum hidung
Melihat rongga hidung
(lapang/sempit), konka nasi (besar,
udim, hiperemi/pucat), septum nasi
(deviasi), meatus nasi medius (sekret,
polip)
Memeriksa fenomena palatum mole

6
Rinoskopi Posterior (RP)
Melihat bagian belakang rongga
hidung dan nasofaring melalui cermin
kecil.
Cermin kecil bertangkai diletakkan di
orofaring dengan permukaan
menghadap ke atas, sinar lampu
kepala di arahkan ke cermin, posisi
diubah-ubah.
Dilihat dinding nasofaring, tuba
Eustakhius, torus tubarius dan koana
7
8
RINOSKOPI POSTERIOR
9
RINOSKOPI POSTERIOR 10
Trans-Iluminasi
(untuk Sinus Maksila)
Dilakukan di kamar gelap
Lampu bertangkai dimasukkan ke
dalam rongga mulut, sinar lampu akan
menembus rongga sinus maksila,
terlihat di pipi, bandingkan kanan dan
kiri. Sinus yang terisi cairan tampak
suram/gelap
Bermakna bila ada perbedaan kanan
& kiri
11
a b

c TRANS-ILUMINASI
LAMPU (a) (b)
KAMAR GELAP (c)

12
SINUS FRONTAL SINUS MAKSILA

TRANS-ILUMINASI
13
Obstruksi nasi
Penyebab :
1. kelainan bawaan mis atresia koane
2. Radang mis rinitis akut
3. Kelainan anatomis mis deviasi septum
nasi
4. massa/ tumor dalam rongga hidung
5. Benda asing
Akibat buntu hidung
1. akibat pada mata : epifora
2. akibat pada hidung dan sinus paranasalis
a. gangguan resonansi suara :
timbul rinolalia oklusa gangguan
pengucapan huruf Ng, N, Ny,dan M. dimana
aliran udara dari faring ke ruang hidung
terganggu shg tidak ada resonansi :
pada rinolalia aperta terjadi gangguan
pengucapan huruf K, G, T, D, P, B dimana
terjadi aliran udara yang terlalu
banyak dari faring ke rongga hidung mis.
palatoskisis, parese palatum mole.
b. Gangguan ventilasi dan drainage sinus
paranasalis.
buntu hidungpenutupan ostium sinus
paranasalis ventilasi terganggu resorbsi
O2 oleh mukosa penurunan tekanan
vakum sinus peningkatan permeabilitas
p.darah & limfe, proliferasi kelenjar
transudasi cairan kedalam sinus paranasalis
hydrops ex vakuo sinusitis.

c. Gangguan pembauan anosmia/hiposmia

d. Aproksesia nasalis yi keadaan dimana px


sukar memusatkan perhatian , mudah lupa,
mengantuk.
3. Akibat pada mulut

Fs hidung (membasahi & memanasi) diambil alih


mulut ludah menguapmulut kering
pembusukan sisa makanan foetor ex ore

4. Akibat pada telinga


Terjadi o k pembuntuan muara TEterjadi
gangguan ventilasi dan drainage kavum timpani
oklusi tuba otitis media
Tetes hidung (Guttae Nasalis)

Zat aktif Vasokonstriktor


- Tujuan :
1. Menghilangkan udim mukosa
2. membuka ostium SP
3. membuka ostium TE

- Beberapa preparat :
1. Oximelazolin HCl ( 0,025- 0,05 % )
2. Xilometazolin HCl (0,05- 0.1 % )
Polip nasi

- Polypous berkaki banyak, bertangkai ;


merupakan massa lunak, licin, bening /
translusen kadang keabuan / kemerahan.
- Penyebab : belum jelas
- Faktor radang kronis yang terjadi berulang
- Faktor alergi( bacterial allergy)
- Asal : pembengkakan mukosa hidung
atau sinus yang berisi banyak cairan
interseluler yang terdorong kedalam
rongga hidung melalui meatus medius
oleh gaya gravitasi
Patofisiologi

Kongesti nasi
- Bacterial alergy
(berulang- ulang
lama) Udim (berlangsung lama)

menyebabkan :
- degenerasi
mukosa Penonjolan mukosa

- peri phlebitis
- peri lympangitis Polip
kista
Bentuk :
1. multiple paling sering dijumpai
berasal dari sinus / selulae etmoidalis
2. soliter berasal dari sinus maksilaris
(= choanal polyp =)
Jenis Polip dari Histopatologi
1. Polip Eosinofil
- terjadi pada 80-90 % kasus
- berhubungan dg proses hipersensitivitas/alergi
- memberikan respon baik dengan kortikosteroid
2. Polip Neutrofil
- merupakan proses inflamasi non alergi
- tidak memberi respon baik dengan kortikostroid
Diagnosa
1. Anamnesis
- Buntu hidung kronis memberat
- Pilek, ingus tidak berbau, tidak berdarah
- Hiposmia/anosmia
- Nyeri wajah/kepala
- Sering ada faktor alergi
2. Pemeriksaan fisik :
-inspeksi : dorsum nasi tampak lebar ( frog face
deformity ) terutama polip yang berasal
dariselulae etmoidalis
- rinoskopi anterior: tampak polip bening licin, pucat
ke abu2an dapat memenuhi rongga
hidung

3. Pemeriksaan tambahan
- Nasoendoskopi
Stadium 1: Polip di meatus medius
Stadium 2 : Polip keluar dari meatus medius
Stadium 3 : Polip masif di cavum nasi
- Radiologi : foto Waters
24
Diagnosis banding :
1. angiofibroma nasofaring
2. inverted cell papilloma terutama
pada penderita usia lanjut
3. meningocele terutama pada bayi /
anak- anak

Terapi : 1. ekstraksi polip


2. Etmoidektomi
3. caldwell luc
4. kortikosteroid oral dan topikal

Komplikasi : - rinosinusitis paranasal


- OMS
Benda Asing Rongga Hidung
Macam :
Mineral : kertas, spon, plastik, manik-manik
Biji-bijian : kacang, biji asam
Binatang : pacet, larva lalat ( miasis hidung )
Gx :
Hidung berbau
Pilek 1 sisi kadang bercampur darah
Buntu
Tx : ekstraksi
Bila B.A ini terdapat lama dalam r. hidung tjd
granulasi,nekrosis mukosa tjd pembatuan
terbentuk RINOLIT
ATRESIA KOANE
Adalah penutupan salah satu atau
kedua koane posterior oleh membran
abnormal atau tulang
Penutupan partial atau total
Kelainan genetik, aoutosomal resesif
Angka kejadian 1:5000 kelahiran
Banyak pada perempuan 2:1
Kongenital atau didapat
Etiologi u
Kongenital
Lokasidi koane posterior
Kegagalan kanalisasi mukosa bukonasal
atau mukosa bukofaringeal yang menetap
Paradangan intra uterine (jarang)

Atresia didapat
Infeksi
berat (sifilis, difteri dll) sikatrik
Tindakan bedah
Gejala Klinis :
Bilateral keadaan gawat darurat
untuk bayi, sulit bernafas ( bayi hanya
bisa bernafas lewat hidung, belum bisa
bernafas dari mulut), pada dewasa tidak
gawat darurat
Unilateral : pada kehidupan selanjutnya

Buntu hidung, sekret mukoid satu sisi


Diagnosis :
Gagalnya memasukkan kateter dari
hidung ke faring
Palpasi dengan jari pada nasofaring
Dewasa : Rinoskopi posterior koane
posterior buntu
CT Scan dengan kontras :
Berhubungan dengan sindroma CHARGE :
C = Coloboma of Retina
H = Heart defects
A = Atresia choane
R = Retardation of growth and development

and CNS anomalies


G = Genitourinary anomalies
E = Ear abnormalities, including hearing loss
Penatalaksanaan :
Atresia bilateral : pasang tube pada posisi
tetap
Tindakan bedah atau dilubangi dengan
sonde
Tipe Tulang : 90% kasus kongenital
Operasitransnasal/transpalatal secara
endoskopi

Tipe membranous :
Sonde pada membran koane pasang sten
selama 6 minggu
Elektrokoagulasi, laser CO2
Rinitis Alergi
Alergi adalah suatu reaksi hipersensitif yang terjadi pada
seseorang & bersifat khas & timbul bila terjadi kontak dengan alergen

Rinitis Alergi :
Musiman ( seasonal )
Sepanjang tahun (perenial)

Penyebab :
Alergen Inhalan : debu rumah, tungau,bulu binatang, dll
Ingestan : susu, coklat, telur, dll

Gejala :
Bersin 3-5 X * Rinore
Buntu +/- * Batuk kronis

Pemeriksaan Fisik :
Rinoskopi Anterior : mukosa pucat kebiruan
Mata kemerahan, gatal
Pada anak allergic skinners, allergic salut, nasal craese/linea nasalis
Faring : kasar, lateral band menebal, post nasal drip

Pemeriksaan penunjang
In Vivo:
Prick test (Uji cukit kulit)

In Vitro :
Ig E serum spesifik
Ig E serum total

Eosinofil darah dan sekret hidung


Terapi :
Hindari penyebab :
Lantai tidak boleh disapu, perabot rumah polos, cukup sinar matahari, kasur bantal busa
tidak memakai karpet dan bahan berbulu

Kebugaran jasmani
Medika mentosa :
1. Anti Histamin :
- Generasi I : bersifat sedatif, short acting
misal : Chlorpheniramine , diphenhydramine,dll
- Generasi Baru : non sedatif, long acting
misal : loratadine, ceterizine, fexofenadine
2. Kortikosteroid topikal
Misal :triamcinolon, budesonide, mometasone

3. Dekongestan oral / topikal

Imuno terapi
- Memberikan alergen yang sesuai dengan hasil tes kulit
- Dosis bertahap, diberikan bila ada hub klinis-hasil tes kulit yg jelas
- Untuk rinitis alergi sedang sampai berat

Edukasi : mrpk komunikasi aktif dua arah antara dokter px


Patofiiologi
Rinitis alergi didasari oleh reaksi
Inflamasi Alergi (Reaksi
Hipersensitivitas tipe I)
Reaksi inflamasi merupakan respon
imun yang melibatkan Th2, limfosit
B, eosinofil, netrofil, sel mastosit,
makrofag dan mediator yang
dikeluarkannya.
Mediator yang dilepaskan dibagi :
Respon alergi fase cepat (RAFC)
Respon alergi fase lambat (RAFL)

RAFC :
Terjadi segera dalam bbrp menit bbrp jam,
puncak reaksi 1-20 mnt pasca paparan
Rinitis : bersin, hidung gatal, hipersekresi.
Asma : sesak nafas, hipersekresi mukous,
bronchospasme
RAFL
Terjadi dalam waktu 1 jam-48 jam dg puncak
5-8 jam pasca paparan alergen

Rinitis : Hidung tersumbat, gangguan


penciuman dan hiper reaktifitas hidung

Asma : Udim mukosa, hiper reaktifitas


bronkus
Pembagian Rinitis Alergi
1. Intermiten : gejala kurang dari 4
hari / minggu atau < 4 minggu
2. Persisten : gejala > 4 hari / minggu
atau > 4 minggu
Berdasarkan berat -
ringannya
1. Ringan :
- Tidak mengganggu aktifitas sehari-hari ;
belajar, bekerja, berolah raga
- Tidak ada gangguan tidur
2. Sedang- Berat :
- Terdapat gangguan aktifitas sehari-hari
Tes kulit prick test
- Macam alergen - inhalan

- ingestan
- Reaksi berupa indurasi (wheal) dan kemerahan (erytema)

- Dasar : menguji ig E (reagin) yang terikat pada


mastosit yang ada dikulit
- Teknik : mencukit epidermis dg blood lancet
(perdarahan )pada bagian volar lengan bawah
yang telah ditetesi dg lar alergen & lar. Kontrol
pos.(histamin) dan kontrol negatif
- Penilaian: bentol histamin = +++
bentol lar.kontrol = -
diantaranya = + dan ++
besar bentol 2x bentol histamin = ++++
Rinitis Hiperemika (R.
medikamentosa)
Faktor Penyebab :
- rebound effect ( pemakaian tetes
hidung yang lama )
Gejala : buntu hidung
Pem. Fisik : - mukosa tmpk. Udim, hiperemi
- konka nasi hipertrofi
Terapi :
1. Hentikan pemakaian obat
2. kortiko-steroid
3. Dekongestan oral
Rinitis Vasomotor
Penyebab :
tidak spesifik, diduga akibat gangguan
keseimbangan fungsi vaso-motor dimana fungsi
para simpatis bertambah.
Faktor yang mempengaruhi :
- Kelembaban udara yang tinggi
- Suhu udara dingin
- Perubahan emosi
- Latihan Jasmani
- Faktor iritasi : asap rokok, bau yang merangsang
- Faktor endokrin : kehamilan, pubertas, pil
kontrasepsi
Patofisiologi
Belum diketahui dengan pasti
Saraf otonom mukosa hidung : N
Vidianus mengandung serat saraf
simpatis dan para simpatis dimana
aktifitas para simpatis lebih dominan.
Gejala :
Berdasarkan gejala yang menonjol
dibedakan 3 golongan yaitu gol
obstruksi (blokers), rhinore (runners)
dan sneezers
Pemeriksaan fisik : edema, mukosa
berwarna merah gelap
Terapi :
- Hindari faktor pencetus
- Simptomatis : dekongestan, diatermi,
kaustik, kortiko-steroid topikal.
- Operasi : konkotomi, elektro-kauter
Rinitis Akut

Dif : radang akut kavum nasi yag ditandai


rinore, obstruksi nasi, bersin-
bersin disertai gejala demam, malaise
Etologi :
1. Virus merusak pertahanan mukosa
2. Bakteri

Penularan droplet infection


Faktor Yang mempengaruhi :
a. Faktor Lingkungan
- Pengaruh udara / atmosfer : angin, suhu
udara, kelembapan dsb.
- Ventilasi ruangan
- Debu
b. Faktor Dalam :
- Daya tahan tubuh mis. Kelelahan,
kekurangan gizi, defisiensi vitamin,
penyakit kronis
- Daya tahan lokal kavum nasi mis. alergi
hidung, obstruksi nasi.
1.
Gambaran Klinis
Stand. prodromal hari 1
Keluhan : - rasa panas dan kering pada kavum nasi (pengar)
- bersin- bersin
- hidung buntu
- pilek encer
Pem. Rinoskopi anterior : Kavum nasi udim hiperemi sekret
serious
2. Stad. Akut : hari 2-4
Keluhan : - Bersin- bersin
- hidung buntu
- pilek kuning kental
- badan sumer
Pemeriksaan : Kavum nasi udim , hyperemi
3. Stad. Penyembuhan : hari 5-7
Gejala :
Terapi :
- Tetes hidung
- Antihistamin mis. CTM, cetirizine, loratadine
- Hindari tubuh kedinginan
- Analgetik, antipiretic : asetosal, parasetamol

Pencegahan :
- Hindari kontak
- Me daya tahan tubuh
- Hindari dingin
Komplikasi :

1. OMA
- Tejadi langsung o.k cara buang ingus yang
salah
- Penjalaran infeksi o.k kesamaan mukosa
- Pada bayi/anak sering terjadi karena TE
lebih datar, lebih lebar, dan lebih pendek
2. Sinusitis paranasalis
3. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah
4. Pada bayi dapat menyebabkan GE
RINOSINUSITIS AKUT
(RSA)

BATASAN:
Infeksi akut pada
mukosa hidung dan
sinus paranasal.

52
RINOSINUSITIS AKUT
Patogenesis

KUMAN KUMAN
VIRUS ANAEROB
AEROB

WAKTU

53
54
PATOFISIOLOGI RSA
INFEKSI VIRUS

UDIM MUKOSA

PENYUMBATAN OSTIUM

GANGGUAN DRAINASE/VENTILASI

55
PENAMPANG
FRONTAL

KOMPLEK
OSTIO-
MEATAL

56
RINOSINUSITIS AKUT
PATOFISIOLOGI

OBSTRUKSI OSTIUM

HIPOKSIA
VASODILATASI DISFUNGSI KLJR
SILIA TERGANGGU
TRANSUDASI
SEKRET
KENTAL
STAGNASI SEKRET

PENUMPUKAN SEKRET
57
RS AKUT BAKTERIAL (RSAB)
PATOFISIOLOGI

PENUMPUKAN SEKRET
pH berubah
koloni kuman patogen
enzim proteolitik, metabolik asidosis
Pertahanan menurun, koloni kuman
meningkat

RSA
58
RSAB
Bakteriologi :
Kuman paling sering ditemukan
adalah : S. pneumoniae, H.
influenzae, dan M. catarrhalis
Kuman lainnya (jarang): S. aureus,
S. pyogenes, dan kuman
anaerob
Di luar negeri 40% H. Influenzae
menghasilkan enzim betalaktamase
59
RSAB
GEJALA &TANDA:
Pilek > 7-10 hari
Ingus purulen (kental kekuningan)
Nyeri di pipi/dahi/hidung, hidung
buntu
RA : mukosa udim, mukopus di
metus nasi medius
Trans-iluminasi (pada sinus maksila)
X-Foto : Water/CT scanning

60
RSAB
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Memperbaiki drainase/ventilasi:
Dekongestan
Mukolitik
Membunuh kuman: (Antibiotik)
Simtomatik: (Analgesik/antipiretik)
IRIGASI SINUS (untuk sinus maksila)

61
RSAB
Antibiotik
Lini Pertama :

Amoksisilin atau
Kotrimoksazol/Makrolid
Lini Kedua :

Amoksisilin+Klavulanat, Makrolid
Lini Ketiga :

Sefalosporin III, Makrolid


62
63
RINOSINUSITIS KRONIK

FAKTOR PENYEBAB:
Pengobatan RSA tidak adekuat
Kelainan di kompleks ostio-meatal
(deviasi septum, polip nasi, konka bulosa,
dll.)
Latar belakang alergi (80% RSK dewasa,
ok alergi)
Dentogenik (pada sinus maksila):
kerusakan pada gigi (P1 M3)
64
RINOSINUSITIS KRONIK
SINUSITISBERLANGSUNG > 3 BULAN
GEJALA AKUT TIDAK JELAS:
Nyeritidak jelas, Febris tidak ada, Buntu
hidung tidak menojol
RINORE DENGAN INGUS KENTAL
RS DENTOGENIK: gejala utama ingus
berbau busuk

65
RINOSINUSITIS KRONIK
PENATALAKSANAAN:
Medikamentosa tidak efektif
Menghilangkan penyebab:
Gangguan komplek ostio-meatal diperbaiki
Untuk sin. Maksila ----> obati kerusakan gigi
BSEF (bedah sinus endoskopi
fungsional)
Untuk Sin. Maksila : irigasi sinus,
operasi Caldwell-Luc

66
FESS:
Functional
Endoscopic
Sinus
Surgery

(BSEF):
Bedah Sinus
Endoskopik
Fungsional

67
68
69
70
RINOSINUSITIS PADA
ANAK
DIAGNOSIS :
Pilek> 10 hari
Ingus kental, kuning kehijauan
Batuk berkepanjangan, terutama malam
hari
Napas berbau

TERAPI : medikamentosa, diatermi

71
KOMPLIKASI
RINOSINUSITIS

KEORBITA :
SELULITIS ORBTA, ABSES ORBITA

KEENDOKRANIUM :
MENINGITIS, ABSES SUBDURAL,
ABSES EPIDURAL, ABSES OTAK,
TROMBOSIS SINUS KAVERNOSUS

72
SELULITS ORBITA

73
RINITIS DIPHTERI
Dif : radang akut spesifik pada mukosa kavum
nasi o.k. inf. Corynebacterium diphteriae
khas! Pseudomembran

Gambaran klinik :
- pilek bercampur darah
- pemeriksaan : pseudomembran pada mukosa
(konka inferior, septum bagian depan,
dasar kavum nasi ) mudah berdarah

Diagnosis banding
- korpus alienum kavum nasi
- dermatitis vestibulum nasi
Diagnosa pasti :

Nasal swab kultur


Terapi :
- Isolasi
- ADS
- Antibiotik : gol. Penicilin.
Komplikasi : menyebar ke naso faring, laring
Prognose : Baik.
RINITIS KRONIKA
ATROFICANS

Ada 2 jenis :
1. Foetida (ozaena)
2. Non foetida
OZAENA

Penyebab : ?
Faktor predisposisi :
1. Infeksi : - coccobacillus ozaena
- klebsiella ozaena
2. Herediter
3. Malnutrition / avitaminosis A
4. Gangguan hormonal : wanita muda
5. Defisiensi Fe
Hispatologi

Endarteritis lumen menebal


Periarteritis
obliterasi

Atrofi mukosa ( kelenjar, syaraf )

Insidence : muda / pubertas ; := 1:5

Gejala :
1. hawa nafas berbau yang dirasakan oleh orang sekitarnya
2. Anosmia
3. Hidung buntu o.k krusta > gangguan aliran udara
4. Faring terasa kering

Pemeriksaan : - kavum nasi luas


- krusta kehijauan simetris
- sekret kental bilateral
Diagnosis banding: Sinusitis maksilaris kronik

Terapi :
1. INH
2. Vit A 50.000- 200.000 U
3. Estrogen
4. Fe
5. Lar cuci hidung
Nabic
NH4Cl 1 sdm obat +
NaCl aa 5 9 sdm air
hangat
Aqua ad 200
6. Operasi : - menebalkan septum
- membesarkan konka dengan
injeksi parafin submukous/
menyelipkan kartilago
submucoperikondrium
Rinitis kronika atroficans
non foetida
Penyebab: konkotomi berlebihan
Radiasi
Post ekstraksi polip yang sangat
besar
EPISTAKSIS
Dif : keluarnya darah dari kav. Nasi
Penyebab :
Lokal
Trauma
Radang
Tumor
Umum
Peny. Darah mis leukimia, hemofilia dll.
Peny. P.darah mis hipertensi
Tekanan udara
Peny inf.
Gangguan hormonal mis saat hamil, menstruasi
Lokasi perdarahan : sulit untuk menentukan lokasi perdarahan
Anterior kav. Nasi sering pada anak dan dewasa muda
Berasal dari plx Kiessel bach / a. etmoidalis ant
Posterior kav. Nasi sering pada hipertensi
Asal :
a. Sfenopalatina
a. Etmoidalis post
Terapi :
Keluarkan bekuan darah dengan sisi atau disuction
Jepit ala nasi 5-15 menit
Vasokonstriktor lokal : lidrokain efedrin 1 %
Kaustik dengan trilklor acetic acid ( as. Trikhlor asetat) 100
%
Tampon KZ : pita / sprooces
Tampon Belloque / tampon post
Ligasi Arteri : karotis ext. maksilaris int sulit

Selain Tx diatas perlu juga dilakukan terapi umum

Tampon belloque
- Memasang depper padat di naso faring
- Kateter dimasukan mll hidung ditarik keluar dari mulut
- Tali dari depper diikatkan pada keteter
- Tarik kateter keluar mll hidung, depper terpasang di naso
faring
- Mengisi kavum nasi dg tampon pita
- Beri antibiotik dan analgetik
Tu. Hidung & Sinus Paranasal
Kadang sulit ditentukan asalnya
Etiologi : ?
Jenis :
Jinak
Ganas
Gejala :
Gx nasal :
Buntu progresif
Pilek bercampur darah kadang berbau
Deformitas hidung
Gx orbita ok perluasan tu. Ke orbita
Diplopia
Proptosis
Gangg. visus
Gx oral Penonjolan ulkus di palatum
Gigi goyang, nyeri
Gx fasial
Gx. Intrakranial

Dx pasti : Biopsi PA
Tumor Jinak

Tersering
Inverted papiloma :
Cenderung residif
Dapat berubah menjadi ganas
Bentuk Tu. Mirip polip fibroudimatus yang
terdapat pada 1 sisi & lebih sering pada
orang tua
Tx : bedah (operasi Rinotomi lateral)
Angiofibroma nasofaring
Tumor Ganas

Tersering adalah karsinoma sel


skuamosa
Tx : tergantung jenis & stadium
tumor
TRAUMA HIDUNG
Trauma hidung tgt kekuatan dan arahnya
Dapat mengakibatkan kelainan pada :
Jaringan lunak pada nasus eksternus
Luka terbuka / robek
Hematom
Rangka hidung : Fr. Nasi dengan / tanpa dislokasi
Septum nasi
Deviasi sept
Hematom sept
Mukosa kavum nasi
Robekan mukosa / konka nasi
epistaksis
FRAKTUR NASI
Gx :
Riwayat trauma
Epistaksis
Hematom / udim
Obstr. Nasi
Hyposmia / anosmia
Deformitas
Krepitasi
RA:
Gumpalan darah / perdarahan
Dislokasi septum nasi kavum nasi sempit
Robekan mukosa / konka
Tx ;
Reposisi kasus ringan
Bedah rekontruksi kasus berat
Komplikasi :
Obstr. Nasi menetap
Sinekia
Hidung pelana ( Saddle nose )
Perforasi septum
Epifora ok obstr duktus nasolakomalis
Akibat trauma pada:
Jaringan lunak
Tulang keras
Septum nasi
Epistaksis, laserasi mukosa, serebro
spinal rinore, gangguan pembauan
Blow out fracture
Kelainan Septum Nasi
1. DEVIASI SEPTUM NASI
Etiologi :
Trauma : lahir, kecelakaan
Ketidakseimbangan pertumbuhan
Gejala :
pdu. Sept. nasi manusia tidak lurus
Obstr. Nasi unilateral bilateral
Kel. akibat obstr. Nasi
Kompl :
Sinusitis
OM
Tx :
Reseksi submukosa ( Killian )
Septo plasti
2. HEMATOMA SEPTUM NASI
Adalah timbunan darah dibawah perikondrium
Gx :
Riwayat trauma *Buntu
Nyeri + epistaksis
Pemeriksaan :
RA : Massa kemerahan / merah kebiruan pada septum
permukaan licin, terasa elastis/kenyal pada sentuhan.
Tx :
Drainage :
- pungsi
Insisi pada daerah antero-inf kemudian
dipasang tampon KZ selama 24 jam
A B untuk cegah infeksi sekunder.
Kompl :
Abses sept
Fibrosis sept
3. ABSES SEPTUM NASI
Etiol :
Hematoma septum yang mengalami Infeksi.
Trauma + infeksi
Gx :
Obstruksi, nasi * Nyeri
Demam
Pemeriksaan :
Inspeksi : pada apex nasi :
tampak hiperemi, udim
nyeri bila disentuh
RA :
Massa / udim pada septum nasi bewarna kemerahan
Terasa lunak bila disentuh
Tx :
Pungsi + insisi * Tampon KZ
A B dosis tinggi * Analgetik
Komplikasi :
Nekrosis septum perforasi septum hidung pelana
Trombosis sinus kavernosus
Sinus paranasalis
Ada 4 pasang SP :
1. Sinus maksilaris
2. Sinus ethmoidalis
3. Sinus frontalis
4. Sinus sphenoidalis
1.Sinus maksilaris
(anthrum highmori)
- Paling besar , paling bawah
- Lahir , hanya sebesar biji jagung
usia 3 th mendekati ukuran dewasa
- Bentuk : piramida terbalik
Batas atas : dasar orbita
bawah : proc.alveolaris dekat akar gigi
P 2- M 2
ostium : meatus medius
2. Sinus ethmoidalis
(selulae etmoidalis )
- Waktu lahir sudah ada
- Batas: - Atas : basis cranii
- Medial : konka medius & superior
- Bawah : konka media &
bulla ethmoidalis
- Lateral : lamina papyracea
- Selulae etmoidalis
anterior : ostium meat. med.
posterior : ostium meat. Sup.
3. Sinus Frontalis :

- Lahir mulai dibentuk usia 6 th


- Bervariasi ( tidak sama besar, sangat
besar, tidak terbentuk, hanya 1 )
- Ostium : M.M duct. naso faring sempit
dan panjang
4. Sinus Sphenoidalis
- Lahir (+)
- Terletak dalam corpus os sphenoidalis
- Batas : sup : hipofise
Ka- ki posterior : sinus kavernosus dg
lateral n. III, IV, VI
- Ostium : meatus superior
Gambar Ostium Sinus
SINUSITIS FRONTALIS

1. Sinusitis frontalis akut


- Jarang
- Modus infeksi : rinogen
- Gejala klinis :
subyektif : malaise, febris, rinore, sefalgi

( pagi , sore )
Obyektif : nyeri tekan, sinus frontalis

RA : mukosa udim, hiperemi


pus di m.m
transiluminasi : gelap homolat
- Pemeriksaan penunjang : Ro waters, CT
scan
- Terapi :
- Lokal :
- Perbaiki drainage ( TH, tidur miring sisi
sehat )
- Infraksi konka media
- Umum :
- Analgesik antipiretik
- Antibiotik
2. Sinusitis frontalis kronik
Terjadi karena sinusitis frontalis akut yang
susah / tidak diobati
terdapat gangguan drainase mis polip , deviasi
septum
Gejala klinis: seperti S.F.A tapi lebih ringan
Terapi :operasi ( hilangkan faktor obstruksi)
Komplikasi: osteomyelitis frontalis

infiltrat/ abses orbita


trombosis sinus kavernosus
intrakranial
SINUSITIS MAKSILARIS
Berdasarkan waktunya dibedakan :
Sinusitis maks. Akut : < 4 mgg
didapatkan tanda-tanda radang akut
Sinusitis maks. Sub akut : 4mgg-3 bln
tanda akut (-)
Sinusitis maks. Kronis : > 3 bln perub.
Mukosa hidung sinus irrev. ( polip, kista,
fibrosis )
Sinusitis maks plg sering dijumpai oleh karena :
Letak ostiumnya tinggi
Letak ostiumnya paling rendah diantara sinus lain
Dasar S.M adalah dasar akar gigi ( proc.
Alveolaris )
Terdapat 2 sumber infeksi yaitu :
Rhinogen :
Dari rinitis akut oleh karena buang ingus yang
salah
Sept. deviasi
Polip nasi / rinitis alergi
Dentogen :
Karies gigi P2 - M3
Abses gigi
Post ekstraksi gigi fistel oro anthral
Sinusitis Maksilaris akut
Gejala :
Pdu didahului kel. Rinitis akut
Febris / sub febris
Pipi kemeng, sefalgi t.u sore hari
Pilek 1 sisi kadang bercampur darah dan berbau

Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : ^ Udim di daerah pipi
^ Hiperemi di daerah pipi t.u jika kulit putih
- Palpasi : nyeri tekan pada drh fossa kanina
- Rinoskopi anterior : ^ Mukosa kav. Nasi udim,
hiperemi
^ Pus di meatus med.
Transluminasi : pdu gelap pada sisi yang sakit
X foto waters : perselubungan pd sisi yang sakit
Tx :
A B
Dekongestan lokal = TH
Analgetik
Hilangkan faktor penyebab
Sinusitis Maksilaris sub akut

Gx : seperti sinusitis maks. akut hanya tanda-


tanda radang akut sudah reda
Tx :
Irigasi sinus
TH
Diatermi SWD : Short Wave Diathermy
Hilangkan faktor penyebab
Sinusitis Maksilaris Kronis
Terjadi perubahan mukosa sinus : degenerasi
cystous, polip, fibrosis, metaplasi.
Sering terjadi pada Px alergi
Dapat merupakan lanjutan dari SMA yang tidak
diobati
Gx bervariasi ;
Pilek berbau 1 sisi
Gejala tenggorok : rasa tidak nyaman, batuk
Sakit kepala 1 sisi
Pem RA : terdapat pus di meatus med.
Pem RP : Post nasal drip
Tx :
Medika mentosa
Irigasi SM 1x/minggu
Op. Caldwell luc/ Claue
Hilangkan faktor penyebab
Komplikasi : Osteomyelitis, selulitis orbita abses
orbita
DD : Ca Sinus Maksilaris
Orang tua
Nyeri kontinu & progresif
Sakit geraham tapi obyektif tak ada
Sekret hemorhagis
Sinusitis maksilaris pada
anak
Penyebab : faktor rinogen
Gejala klinis : tidak khas
Pilek lama, kental, hijau
Obstruksi nasi
Batuk terutama malam
Pem. Penunjang: ro. Waters
DD : adenoiditis kronis
rhinitis alergi
Terapi : SWD
irigasi sinus maksilaris
operasi claue
hilangkan faktor penyebab
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai