Rini Widyastuti
Fisiologi Hidung
Fungsihidung :
1. Fungsi respiratoris
2. Fungsi olfaktoris
3. Fungsi resonansi suara
4. Fungsi drainase-ventilasi
Fungsi Respiratoris
6
Rinoskopi Posterior (RP)
Melihat bagian belakang rongga
hidung dan nasofaring melalui cermin
kecil.
Cermin kecil bertangkai diletakkan di
orofaring dengan permukaan
menghadap ke atas, sinar lampu
kepala di arahkan ke cermin, posisi
diubah-ubah.
Dilihat dinding nasofaring, tuba
Eustakhius, torus tubarius dan koana
7
8
RINOSKOPI POSTERIOR
9
RINOSKOPI POSTERIOR 10
Trans-Iluminasi
(untuk Sinus Maksila)
Dilakukan di kamar gelap
Lampu bertangkai dimasukkan ke
dalam rongga mulut, sinar lampu akan
menembus rongga sinus maksila,
terlihat di pipi, bandingkan kanan dan
kiri. Sinus yang terisi cairan tampak
suram/gelap
Bermakna bila ada perbedaan kanan
& kiri
11
a b
c TRANS-ILUMINASI
LAMPU (a) (b)
KAMAR GELAP (c)
12
SINUS FRONTAL SINUS MAKSILA
TRANS-ILUMINASI
13
Obstruksi nasi
Penyebab :
1. kelainan bawaan mis atresia koane
2. Radang mis rinitis akut
3. Kelainan anatomis mis deviasi septum
nasi
4. massa/ tumor dalam rongga hidung
5. Benda asing
Akibat buntu hidung
1. akibat pada mata : epifora
2. akibat pada hidung dan sinus paranasalis
a. gangguan resonansi suara :
timbul rinolalia oklusa gangguan
pengucapan huruf Ng, N, Ny,dan M. dimana
aliran udara dari faring ke ruang hidung
terganggu shg tidak ada resonansi :
pada rinolalia aperta terjadi gangguan
pengucapan huruf K, G, T, D, P, B dimana
terjadi aliran udara yang terlalu
banyak dari faring ke rongga hidung mis.
palatoskisis, parese palatum mole.
b. Gangguan ventilasi dan drainage sinus
paranasalis.
buntu hidungpenutupan ostium sinus
paranasalis ventilasi terganggu resorbsi
O2 oleh mukosa penurunan tekanan
vakum sinus peningkatan permeabilitas
p.darah & limfe, proliferasi kelenjar
transudasi cairan kedalam sinus paranasalis
hydrops ex vakuo sinusitis.
- Beberapa preparat :
1. Oximelazolin HCl ( 0,025- 0,05 % )
2. Xilometazolin HCl (0,05- 0.1 % )
Polip nasi
Kongesti nasi
- Bacterial alergy
(berulang- ulang
lama) Udim (berlangsung lama)
menyebabkan :
- degenerasi
mukosa Penonjolan mukosa
- peri phlebitis
- peri lympangitis Polip
kista
Bentuk :
1. multiple paling sering dijumpai
berasal dari sinus / selulae etmoidalis
2. soliter berasal dari sinus maksilaris
(= choanal polyp =)
Jenis Polip dari Histopatologi
1. Polip Eosinofil
- terjadi pada 80-90 % kasus
- berhubungan dg proses hipersensitivitas/alergi
- memberikan respon baik dengan kortikosteroid
2. Polip Neutrofil
- merupakan proses inflamasi non alergi
- tidak memberi respon baik dengan kortikostroid
Diagnosa
1. Anamnesis
- Buntu hidung kronis memberat
- Pilek, ingus tidak berbau, tidak berdarah
- Hiposmia/anosmia
- Nyeri wajah/kepala
- Sering ada faktor alergi
2. Pemeriksaan fisik :
-inspeksi : dorsum nasi tampak lebar ( frog face
deformity ) terutama polip yang berasal
dariselulae etmoidalis
- rinoskopi anterior: tampak polip bening licin, pucat
ke abu2an dapat memenuhi rongga
hidung
3. Pemeriksaan tambahan
- Nasoendoskopi
Stadium 1: Polip di meatus medius
Stadium 2 : Polip keluar dari meatus medius
Stadium 3 : Polip masif di cavum nasi
- Radiologi : foto Waters
24
Diagnosis banding :
1. angiofibroma nasofaring
2. inverted cell papilloma terutama
pada penderita usia lanjut
3. meningocele terutama pada bayi /
anak- anak
Atresia didapat
Infeksi
berat (sifilis, difteri dll) sikatrik
Tindakan bedah
Gejala Klinis :
Bilateral keadaan gawat darurat
untuk bayi, sulit bernafas ( bayi hanya
bisa bernafas lewat hidung, belum bisa
bernafas dari mulut), pada dewasa tidak
gawat darurat
Unilateral : pada kehidupan selanjutnya
Tipe membranous :
Sonde pada membran koane pasang sten
selama 6 minggu
Elektrokoagulasi, laser CO2
Rinitis Alergi
Alergi adalah suatu reaksi hipersensitif yang terjadi pada
seseorang & bersifat khas & timbul bila terjadi kontak dengan alergen
Rinitis Alergi :
Musiman ( seasonal )
Sepanjang tahun (perenial)
Penyebab :
Alergen Inhalan : debu rumah, tungau,bulu binatang, dll
Ingestan : susu, coklat, telur, dll
Gejala :
Bersin 3-5 X * Rinore
Buntu +/- * Batuk kronis
Pemeriksaan Fisik :
Rinoskopi Anterior : mukosa pucat kebiruan
Mata kemerahan, gatal
Pada anak allergic skinners, allergic salut, nasal craese/linea nasalis
Faring : kasar, lateral band menebal, post nasal drip
Pemeriksaan penunjang
In Vivo:
Prick test (Uji cukit kulit)
In Vitro :
Ig E serum spesifik
Ig E serum total
Kebugaran jasmani
Medika mentosa :
1. Anti Histamin :
- Generasi I : bersifat sedatif, short acting
misal : Chlorpheniramine , diphenhydramine,dll
- Generasi Baru : non sedatif, long acting
misal : loratadine, ceterizine, fexofenadine
2. Kortikosteroid topikal
Misal :triamcinolon, budesonide, mometasone
Imuno terapi
- Memberikan alergen yang sesuai dengan hasil tes kulit
- Dosis bertahap, diberikan bila ada hub klinis-hasil tes kulit yg jelas
- Untuk rinitis alergi sedang sampai berat
RAFC :
Terjadi segera dalam bbrp menit bbrp jam,
puncak reaksi 1-20 mnt pasca paparan
Rinitis : bersin, hidung gatal, hipersekresi.
Asma : sesak nafas, hipersekresi mukous,
bronchospasme
RAFL
Terjadi dalam waktu 1 jam-48 jam dg puncak
5-8 jam pasca paparan alergen
- ingestan
- Reaksi berupa indurasi (wheal) dan kemerahan (erytema)
Pencegahan :
- Hindari kontak
- Me daya tahan tubuh
- Hindari dingin
Komplikasi :
1. OMA
- Tejadi langsung o.k cara buang ingus yang
salah
- Penjalaran infeksi o.k kesamaan mukosa
- Pada bayi/anak sering terjadi karena TE
lebih datar, lebih lebar, dan lebih pendek
2. Sinusitis paranasalis
3. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah
4. Pada bayi dapat menyebabkan GE
RINOSINUSITIS AKUT
(RSA)
BATASAN:
Infeksi akut pada
mukosa hidung dan
sinus paranasal.
52
RINOSINUSITIS AKUT
Patogenesis
KUMAN KUMAN
VIRUS ANAEROB
AEROB
WAKTU
53
54
PATOFISIOLOGI RSA
INFEKSI VIRUS
UDIM MUKOSA
PENYUMBATAN OSTIUM
GANGGUAN DRAINASE/VENTILASI
55
PENAMPANG
FRONTAL
KOMPLEK
OSTIO-
MEATAL
56
RINOSINUSITIS AKUT
PATOFISIOLOGI
OBSTRUKSI OSTIUM
HIPOKSIA
VASODILATASI DISFUNGSI KLJR
SILIA TERGANGGU
TRANSUDASI
SEKRET
KENTAL
STAGNASI SEKRET
PENUMPUKAN SEKRET
57
RS AKUT BAKTERIAL (RSAB)
PATOFISIOLOGI
PENUMPUKAN SEKRET
pH berubah
koloni kuman patogen
enzim proteolitik, metabolik asidosis
Pertahanan menurun, koloni kuman
meningkat
RSA
58
RSAB
Bakteriologi :
Kuman paling sering ditemukan
adalah : S. pneumoniae, H.
influenzae, dan M. catarrhalis
Kuman lainnya (jarang): S. aureus,
S. pyogenes, dan kuman
anaerob
Di luar negeri 40% H. Influenzae
menghasilkan enzim betalaktamase
59
RSAB
GEJALA &TANDA:
Pilek > 7-10 hari
Ingus purulen (kental kekuningan)
Nyeri di pipi/dahi/hidung, hidung
buntu
RA : mukosa udim, mukopus di
metus nasi medius
Trans-iluminasi (pada sinus maksila)
X-Foto : Water/CT scanning
60
RSAB
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Memperbaiki drainase/ventilasi:
Dekongestan
Mukolitik
Membunuh kuman: (Antibiotik)
Simtomatik: (Analgesik/antipiretik)
IRIGASI SINUS (untuk sinus maksila)
61
RSAB
Antibiotik
Lini Pertama :
Amoksisilin atau
Kotrimoksazol/Makrolid
Lini Kedua :
Amoksisilin+Klavulanat, Makrolid
Lini Ketiga :
FAKTOR PENYEBAB:
Pengobatan RSA tidak adekuat
Kelainan di kompleks ostio-meatal
(deviasi septum, polip nasi, konka bulosa,
dll.)
Latar belakang alergi (80% RSK dewasa,
ok alergi)
Dentogenik (pada sinus maksila):
kerusakan pada gigi (P1 M3)
64
RINOSINUSITIS KRONIK
SINUSITISBERLANGSUNG > 3 BULAN
GEJALA AKUT TIDAK JELAS:
Nyeritidak jelas, Febris tidak ada, Buntu
hidung tidak menojol
RINORE DENGAN INGUS KENTAL
RS DENTOGENIK: gejala utama ingus
berbau busuk
65
RINOSINUSITIS KRONIK
PENATALAKSANAAN:
Medikamentosa tidak efektif
Menghilangkan penyebab:
Gangguan komplek ostio-meatal diperbaiki
Untuk sin. Maksila ----> obati kerusakan gigi
BSEF (bedah sinus endoskopi
fungsional)
Untuk Sin. Maksila : irigasi sinus,
operasi Caldwell-Luc
66
FESS:
Functional
Endoscopic
Sinus
Surgery
(BSEF):
Bedah Sinus
Endoskopik
Fungsional
67
68
69
70
RINOSINUSITIS PADA
ANAK
DIAGNOSIS :
Pilek> 10 hari
Ingus kental, kuning kehijauan
Batuk berkepanjangan, terutama malam
hari
Napas berbau
71
KOMPLIKASI
RINOSINUSITIS
KEORBITA :
SELULITIS ORBTA, ABSES ORBITA
KEENDOKRANIUM :
MENINGITIS, ABSES SUBDURAL,
ABSES EPIDURAL, ABSES OTAK,
TROMBOSIS SINUS KAVERNOSUS
72
SELULITS ORBITA
73
RINITIS DIPHTERI
Dif : radang akut spesifik pada mukosa kavum
nasi o.k. inf. Corynebacterium diphteriae
khas! Pseudomembran
Gambaran klinik :
- pilek bercampur darah
- pemeriksaan : pseudomembran pada mukosa
(konka inferior, septum bagian depan,
dasar kavum nasi ) mudah berdarah
Diagnosis banding
- korpus alienum kavum nasi
- dermatitis vestibulum nasi
Diagnosa pasti :
Ada 2 jenis :
1. Foetida (ozaena)
2. Non foetida
OZAENA
Penyebab : ?
Faktor predisposisi :
1. Infeksi : - coccobacillus ozaena
- klebsiella ozaena
2. Herediter
3. Malnutrition / avitaminosis A
4. Gangguan hormonal : wanita muda
5. Defisiensi Fe
Hispatologi
Gejala :
1. hawa nafas berbau yang dirasakan oleh orang sekitarnya
2. Anosmia
3. Hidung buntu o.k krusta > gangguan aliran udara
4. Faring terasa kering
Terapi :
1. INH
2. Vit A 50.000- 200.000 U
3. Estrogen
4. Fe
5. Lar cuci hidung
Nabic
NH4Cl 1 sdm obat +
NaCl aa 5 9 sdm air
hangat
Aqua ad 200
6. Operasi : - menebalkan septum
- membesarkan konka dengan
injeksi parafin submukous/
menyelipkan kartilago
submucoperikondrium
Rinitis kronika atroficans
non foetida
Penyebab: konkotomi berlebihan
Radiasi
Post ekstraksi polip yang sangat
besar
EPISTAKSIS
Dif : keluarnya darah dari kav. Nasi
Penyebab :
Lokal
Trauma
Radang
Tumor
Umum
Peny. Darah mis leukimia, hemofilia dll.
Peny. P.darah mis hipertensi
Tekanan udara
Peny inf.
Gangguan hormonal mis saat hamil, menstruasi
Lokasi perdarahan : sulit untuk menentukan lokasi perdarahan
Anterior kav. Nasi sering pada anak dan dewasa muda
Berasal dari plx Kiessel bach / a. etmoidalis ant
Posterior kav. Nasi sering pada hipertensi
Asal :
a. Sfenopalatina
a. Etmoidalis post
Terapi :
Keluarkan bekuan darah dengan sisi atau disuction
Jepit ala nasi 5-15 menit
Vasokonstriktor lokal : lidrokain efedrin 1 %
Kaustik dengan trilklor acetic acid ( as. Trikhlor asetat) 100
%
Tampon KZ : pita / sprooces
Tampon Belloque / tampon post
Ligasi Arteri : karotis ext. maksilaris int sulit
Tampon belloque
- Memasang depper padat di naso faring
- Kateter dimasukan mll hidung ditarik keluar dari mulut
- Tali dari depper diikatkan pada keteter
- Tarik kateter keluar mll hidung, depper terpasang di naso
faring
- Mengisi kavum nasi dg tampon pita
- Beri antibiotik dan analgetik
Tu. Hidung & Sinus Paranasal
Kadang sulit ditentukan asalnya
Etiologi : ?
Jenis :
Jinak
Ganas
Gejala :
Gx nasal :
Buntu progresif
Pilek bercampur darah kadang berbau
Deformitas hidung
Gx orbita ok perluasan tu. Ke orbita
Diplopia
Proptosis
Gangg. visus
Gx oral Penonjolan ulkus di palatum
Gigi goyang, nyeri
Gx fasial
Gx. Intrakranial
Dx pasti : Biopsi PA
Tumor Jinak
Tersering
Inverted papiloma :
Cenderung residif
Dapat berubah menjadi ganas
Bentuk Tu. Mirip polip fibroudimatus yang
terdapat pada 1 sisi & lebih sering pada
orang tua
Tx : bedah (operasi Rinotomi lateral)
Angiofibroma nasofaring
Tumor Ganas
( pagi , sore )
Obyektif : nyeri tekan, sinus frontalis
Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : ^ Udim di daerah pipi
^ Hiperemi di daerah pipi t.u jika kulit putih
- Palpasi : nyeri tekan pada drh fossa kanina
- Rinoskopi anterior : ^ Mukosa kav. Nasi udim,
hiperemi
^ Pus di meatus med.
Transluminasi : pdu gelap pada sisi yang sakit
X foto waters : perselubungan pd sisi yang sakit
Tx :
A B
Dekongestan lokal = TH
Analgetik
Hilangkan faktor penyebab
Sinusitis Maksilaris sub akut