Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Alergi adalah reaksi hipersentivitas yang diperantarai


oleh mekanisme imunologi. Pada keadaan normal
mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun
selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T.
Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan
mekanisme ini akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas.
Hipersensitivitas sendiri berarti gejala atau tanda yang
secara objektif dapat ditimbulkan kembali dengan
diawali oleh pajanan terhadap suatu stimulus tertentu
pada dosis yang ditoleransi oleh individu yang normal.
Alergi makanan adalah reaksi abnormal dari sistem imun
tubuh terhadap komponen makanan (protein) dan
menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Semua zat
yang menyebabkan reaksi imunologi disebut alergen.
Apabila alergen masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan
membentuk antibodi yang selanjutnya akan menyerang
alergen tersebut sehingga memicu reaksi alergi (gatal-
gatal, bengkak lidah atau bibir, pusing, pingsan, dan
dalam kasus yang parah, kematian).
Gejala alergi berlangsung dengan cepat setelah
mengkonsumsi alergen. Pada orang yang sangat sensitif,
konsumsi sedikit saja makanan alergen dapat memicu
alergi.
Berdasarkan zat pemicu dan jangka waktu
munculnya gejala, alergi makanan terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu immunoglobulin E, non-
immunoglobulin E, dan gabungan keduanya.
Immunoglobulin E merupakan salah satu zat
antibodi yang ada di dalam sistem kekebalan
tubuh kita. Alergi makanan yang dipicu oleh
produksi zat ini merupakan jenis alergi makanan
yang paling umum terjadi dan gejalanya biasa
akan muncul tidak lama setelah penderita
makan.
Sedangkan untuk alergi makan yang dipicu
oleh zat-zat antibodi selain immunoglobulin E,
rentang waktu munculnya gejala akan
membutuhkan waktu yang lebih lama atau
biasanya berjam-jam setelah penderita
makan.
Jenis alergi makanan yang terakhir adalah
kombinasi dari immunoglobulin E dan non-
immunoglobulin E. Orang yang menderita
kondisi ini akan merasakan gejala-gejala dari
kedua jenis alergi makanan tersebut.
Mekanisme Terjadinya Alergi
Makanan
Struktur limfoepiteal usus yang
dikenal dengan istilah GALT (Gut-
Associated Lymphoid Tissues) terdiri
dari tonsil, patch payer, apendiks,
patch sekal dan patch koloni. Pada
keadaan khusus GALT mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan
respon lokal bersamaan dengan
kemampuan untuk menekan induksi
respon sistemik terhadap antigen
Pada keadaan normal penyerapan
makanan,merupakan peristiwa alami sehari-hari
dalam sistem pencernaan manusia. Faktor-faktor
dalam lumen intestinal (usus), permukaan epitel
(dinding usus) dan dalam lamina propia bekerja
bersama untuk membatasi masuknya benda asing
ke dalam tubuh melalui saluran cerna.
Sejumlah mekanisme non imunologis dan
imunologis bekerja untuk mencegah penetrasi
benda asing seperti bakteri, virus, parasit dan
protein penyebab alergi makanan ke dinding batas
usus (sawar usus).
Pada paparan awal, alergen maknan akan
dikenali oleh sel penyaji antigen untuk
selanjutnya mengekspresikan pada sel-T
secara langsung atau melalui sitokin.
Sel T tersensitisasi dan akan merangsang
sel-B menghasilkan antibodi dari berbagai
subtipe. Alergen yang intake akan diserap
oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan
mencapai sel-sel pembentuk antibodi di
dalam mukosa usus dan orgalimfoid usus.
Sel epitel intestinal memegang peranan
penting dalam menentukan kecepatan dan
pola pengambilan antigen yang tertelan.
Selama terjadinya reaksi yang dihantarkan IgE
pada saluran cerna, kecepatan dan jumlah
benda asing yang terserap meningkat.
Benda asing yang larut di dalam lumen usus
diambil dan dipersembahkan terutama oleh sel
epitel saluran cerna dengan akibat terjadi
supresi (penekanan) sistem imun atau dikenal
dengan istilah toleransi.
Antigen yang tidak larut, bakteri usus,
virus dan parasit utuh diambil oleh sel M
(sel epitel khusus yang melapisi patch
peyeri) dengan hasil terjadi imunitas aktif
dan pembentukan IgA. Ingesti protein
diet secara normal mengaktifkan sel
supresor TCD8+ yang terletak di jaringan
limfoid usus dan setelah ingesti antigen
berlangsung cukup lama. Sel tersebiut
terletak di limpa.
Aktivasi awal sel-sel tersebut
tergantung pada sifat, dosis dan
seringnya paparan antigen, umur
host dan kemungkinan adanya
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh
flora intestinal dari host. Faktor-
faktor yang menyebabkan absorpsi
antigen patologis adalah digesti
intraluminal menurun, sawar mukosa
terganggu dan penurunan produksi
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto.
www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID
=31
diunduh pada tanggal 3 September 2004
Judarwanto,Widodo.
www.gizi.net/makalah/download/alergi%20autisme.pdf
diunduh pada bulan September 2005
Judarwanto, Widodo.www.
childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/03/25/alergi-
makanan-komplikasi-dan-permasalahannya/
diunduh pada tanggal 25 maret 2009
Price, Sylvia Anderson. 1990. Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai