Anda di halaman 1dari 13

LAHAN GAMBUT

SKENARIO 2
TINDAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIF YANG
EFEKTIF
UKGM (1)
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya
promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai
upaya kesehatan
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan, dan peran serta masyarakat
dalam pemeliharaan kesehatan gigi.
Fluoridasi air minum: (2)
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan
dalam air minum adalah 0,71,2 ppm.
Sistem jaringan pipa yang saat ini ada belum
direncanakan untuk menghadapi berbagai
faktor yang mengait kepada kualitas air selama
dalam pipa terutama terhadap kandungan
fluoride. (3)
KENDALA (1)

Secara umum penyebab timbulnya masalah


kesehatan di Indonesia yaitu cakupan
pelayanan kesehatan belum menyeluruh,
sarana dan prasarana belum dapat menunjang
pelayanan kesehatan melalui puskesmas, dan
upaya pelayanan kesehatan masih berorientasi
pada upaya kurati.f
KANDUNGAN AIR SUNGAI PADA LAHAN GAMBUT
(4)
PROSEDUR FLUORIDASI

Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan


dalam air minum adalah 0,71,2 ppm (2)
PERTIMBANGAN FLUORIDASI

1. pasien dengan resiko karies rendah


2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air
minum berfluor (2)
DMF-T (5)
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen,
adapun gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :
1. Gigi molar ketiga
2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada
bagian gigi yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical
emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun
erupsi penuh (full eruption)
3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi
berlebih (supernumerary teeth)
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi
atau perawatan ortodontik
5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan
6. Gigi susu yang belum tanggal
DMF-T (6)
Gigi digolongkan sehat bila tidak ada
lubang/Decay/karies, tidak ada tumpatan/
tambalan/ Filling di permukaan manapun, dan
tidak ada mahkota / crown Gigi dengan kalkulus
(karang gigi), diskolorasi (pewarnaan/bercak/
noda) dan gigi patah digolongkan sehat.
Gigi digolongkan berlubang (kode D=decay), bila
terdapat satu atau lebih lubang/karies pada
permukaan gigi manapun.
Gigi digolongkan hilang (Kode M=Missing), bila gigi
telah dicabut atau tinggal sisa akar.
Gigi digolongkan ditumpat/ditambal (Kode
F=Filling) bila gigi telahditumpat/ditambal
sehingga tidak tampak adanya lubang lagi atau
gigi dipasang mahkota/ crown.
(5)

WHO memberikan kategori dalam perhitungan


DMF-T dan def-t berupa derajat interval
sebagai berikut :
1. Sangat rendah : 0,0 1,1

2. Rendah : 1,2 2,6

3. Moderat : 2,7 4,4

4. Tinggi : 4,5 6,5

5. Sangat Tinggi : > 6,6


DEFINISI PREVALENSI KARIES
Prevelensi karies adalah angka yang
mencerminkan penderita karies gigi dalam
periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks
karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah
gigi karies seseorang atau sekelompok orang.
Indeks karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed =
gigi karies yang tidak ditambal ; M, missing = gigi
karies yang sudah atau seharusya dicabut ; F,
filled = gigi karies yang sudah ditambal), pertama
kali dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992)
DAPUS
1. Ritonga L. Pelaksanaan Program Upaya Kesehatan Gigi Di Puskesmas Padang
Bulan Dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. Medan: Universitas
Smatera Utara. 2011.
2. Herdiyati Y, Sasmita IS. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.2010.
3. Susanto A. Analisis Model Kualitas Air Dengan Water Fluoridation System Pada
Jaringan Distribusi Air Minum Kota Tembagapura. Semarang : Universitas
Diponegoro. 2011.
4. Susilawati. 2010. Model Pengolahan Air Gambut Untuk Menghasilkan Air Bersih
Dengan Metode Elektrokoagulasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
5. Suwargiani AA. INDEKS Def-t Dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh Dan Desa
Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Bandung : Universitas
Padjadjaran.2008.
6. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Jakarta. Riskesdas: Pedoman Pengukuran Dan Pemeriksaan. 2007.
7. Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28

Anda mungkin juga menyukai