Anda di halaman 1dari 23

KOLAM PELABUHAN

OLEH :
SITI MAISARAH
RAMLI KARTIKA
DWI NUR HANIFAH
FAUZAN HAMDILAH
AZIS NUR HALIM
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai wilayah
laut seluas lebih dari 3,5 juta km2, yang merupakan dua
kali luas daratan (Triatmodjo : 1999). Perairan yang
sangat luas tersebut mempunyai potensi sumber daya
perikanan yang besar. Untuk menggali potensi tersebut
keberadaan sebuah pelabuhan sebagai tempat berlabuh
kapal, pendaratan ikan, untuk memperlancar operasi
penangkapan, pemasaran, dan pengelolaan ikan hasil
tangkapan. Dalam suatu perencanaan bangunan
pengaman pelabuhan pendaratan ikan perlu dilakukan
kajian berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Baik
aspek sedimentasi, fluktuasi muka air laut dan juga aspek
hidro-oseanograf
DEFINISI PELABUHAN
Menurut Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1, tentang
Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas - batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi
Menurut Triatmodjo (1992) pelabuhan (port) merupakan suatu daerah
perairan yang terlindung dari gelombang dan digunakan sebagai tempat
berlabuhnya kapal maupun kendaraan air lainnya yang berfungsi untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang, barang maupun hewan, reparasi,
pengisian bahan bakar dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan dermaga
tempat menambatkan kapal, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang
transito, serta tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lebih lama,
sementara menunggu penyaluran ke daerah tujuan atau pengapalan
selanjutnya
MACAM MACAM PELABUHAN
Menurut Triatmodjo (1992), Pelabuhan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam segi tinjauan, yaitu segi
penyelenggaraannya, segi pengusahaannya, fungsi dalam
perdangangan nasional dan internasional, segi kegunaan
dan letak geografsnya.
Segi penyelenggaraan meiputi Pelabuhan Umum , Pelabuhan
Khusus
Segi kegunaan meliputi Pelabuhan Barang. Pelabuhan
Penumpang, Pelabuhan Campuran, Pelabuhan Minyak ,
Pelabuhan Ikan, Pelabuhan Militer
Segi fungsi perdagangan nasional dan internasional meliputi
Pelabuhan laut, Pelabuhan pantai ,Segi letak geografs ,
Pelabuhan buatan, Pelabuhan alam, Pelabuhan semi alam
KOLAM PELABUHAN
Pelabuhan perikanan memiliki perairan yang terlindung terhadap
gelombang yaitu fasilitas kolam pelabuhan. Kolam pelabuhan
merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan
bongkar muat, melakukan gerakan memutar dan lain-lain.
Perencanaan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang
akan masuk ke pelabuhan dan kondisi hidro-oseanograf. Kolam
pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup bagi kapal-kapal
yang berlabuh. Selain itu, kolam pelabuhan harus cukup tenang
terhadap pengaruh gelombang dan arus. Kedalaman kolam
pelabuhan menjadi faktor penting dalam tata operasional kapal-
kapal. Kolam pelabuhan PPN Pengambengan dengan luas 34.196 ha
(kerangka acuan PPN Pengambengan, 2014) direncanakan memiliki
kedalaman minimum -3 m di sekitar mulut (turning area). Sedangkan
kedalaman pada sisi dermaga adalah -0.8 m guna melayani
kebutuhan tambat labuh kapal ikan dengan kapasitas 20 GT.
Alur pelayaran memiliki peran penting dalam menciptakan kelancaran
traffic kapal-kapal. Hal ini karena alur pelayaran merupakan bagian
perairan pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan keluar masuk kapal-
kapal yang berlabuh dan menyandarkan kapalnya di pelabuhan
perikanan. Karakteristik alur pelayaran tergantung dari traffic kapal,
kondisi hidro-oseanograf area pelabuhan dan karakteristik kapal
maksimum yang menggunakan fasilitas pelabuhan.
Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dapat dihitung dengan
memperhitungkan draft kapal, gerak vertikal kapal karena squat dan
gelombang, ruang kebebasan bersih, ketelitian pengukuran,
pengendapan sedimen antara dua pengerukan, dan toleransi
pengerukan. Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dapat
dihitung dengan memperhitungkan draft kapal, gerak vertikal kapal
karena squat dan gelombang, ruang kebebasan bersih, ketelitian
pengukuran, pengendapan sedimen antara dua pengerukan, dan
toleransi pengerukan. Pada mulut pelabuhan dengan gelombang besar,
ruang kebebasan bruto (G+R) adalah sebesar 20 % dari draft kapal
(Brunn, 1981) dalam Bambang Triatmodjo (2009).
KLASIFIKASI KOLAM PELABUHAN
1. kolam pendaratan
Kolam Pendaratan untuk Kebutuhan ruang seperti
pendaratan ikan di hitung dengan menganggap kapal-kapal
ikan bertambat sepanjang dermaga. Luasan kolam
pendaratan dihitung berdasarkan bobot kapal terbesar yaitu
30 GT
2. Kolam putar
Kolam putar adalah perairan yang diperlukan oleh kapal
untuk memutar arah pada waktu akan merapat ke dermaga.
Kolam putar berbentuk lingkaran. Agar gerak kapal lebih
mudah, maka jari-jari kolam putar adalah dua kali panjang
kapal terbesar.
= 2 = (2)2.. 2.1 (Triatmodjo, 2009)
3. Kolam perbekalan
Seperti pada dermaga pendaratan, kapal
pada dermaga perbekalan ditambatkan
searah dengan dermaga sehingga luas kolam
perbekalan dapat dihitung dengan cara yang
sama seperi luas kolam pendaratan.
4. Kolam Tambat
Kolam tambat adalah perairan di depan
dermaga tambat yang di gunakan kapal
bertambat/menunggu sebelum melaut
kembali. Diperairan ini kapal bertambah
searah tegak lurus dermaga
SYARAT KOLAM PELABUHAN YANG
BAIK
1. Kolam pelabuhan cukup luas dan dapat menampung
semua kapal yang datang dan masih tersedia cukup ruang
bebas, agar kapal yang sedang melakukan manuver dapat
bergerak bebas tanpa mengganggu aktivitas kapal yang
sedang membongkar ikan di dermaga.
2. Kolam pelabuhan mempunyai kedalaman yang cukup, agar
arus keluar masuknya kapal-kapal tidak terpengaruh pada
pasang surut air laut.
3. Tersedianya bangunan peredam gelombang, sehingga
kolam pelabuhan sebagai kolam perlindungan dari pengaruh
gelombang.
4. Memiliki radius putar (turning basin) bagi kapal-kapal yang
melakukan gerak putar berganti haluan, tanpa mengganggu
aktivitas kapal-kapal lain yang ada di kolam pelabuhan.
HIDRO OSEANOGRAFI
Menurut Triatmodjo (1999), tinjauan hidro-
oseanograf adalah menyangkut tinjauan
pengaruh hidrodinamika perairan laut. Parameter
utama yang biasanya diperhitungkan adalah
pasang surut, gelombang dan angin. Hidro-
oseanograf merupakan ilmu yang mempelajari
fenomena fsis dan dinamis air laut yang dapat
diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti
rekayasa, lingkungan, perikanan, bencana laut
dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan) dan
perencanaan pelabuhan.
GELOMBANG
Gelombang adalah perubahan bentuk permukaan air akibat
dari gayagaya tertentu yang dipengaruhi oleh tegangan
permukaan dan gaya gravitasi. Gelombang merupakan salah
satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan letak
suatu bangunan pantai. Karakteristik gelombang meliputi
tinggi gelombang, amplitudo gelombang, panjang gelombang,
kedalaman laut, periode gelombang, frekuensi gelombang,
cepat rambat gelombang, angka gelombang dan fluktuasi
muka air laut.
Analisa gelombang dalam perencanaan pelabuhan dibutuhkan
untuk mengetahui tinggi gelombang di wilayah perairan
pelabuhan, sehingga dapat diputuskan perlu atau tidaknya
sebuah breakwater atau bangunan pelindung pelabuhan.
Daerah yang dilewati gelombang adalah daerah yang
terbentang dari lokasi gelombang pecah ke arah laut
(offshore zone),daerah antara gelombang pecah dan garis
pantai (surf zone) dan daerah gelombang pecah (swash
zone). Di daerah offshore zone, gelombang menimbulkan
gerak orbit partikel air. Orbit lintasan partikel tidak tertutup
sehingga menimbulkan transpor massa air. Transpor massa
tersebut dapat disertai dengan terangkatnya sedimen dasar
dalam arah menuju pantai (onshore) dan meninggalkan
pantai (offshore). Pada daerah surf zone, gelombang pecah
menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang
dapat menggerakkan sedimen dasar. Setelah pecah
gelombang melintasi surf zone menuju pantai. Di daerah ini
kecepatan partikel air hanya bergerak dalam arah
penjalaran gelombang. Pada daerah swash zone, gelombang
yang sampai di garis pantai menyebabkan massa air
bergerak ke atas dan kemudian turun kembali pada
permukaan pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan
terangkutnya sedimen.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan
dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan
pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan
merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-
bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan
arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah
tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai
(longshore). Pada perencanaan teknis bidang teknik
pantai, gelombang merupakan faktor utama yang
diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang
bekerja pada bangunan pantai.
ARUS
Menurut Dean dan Dalrymple (2002),
perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat
digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: arus sepanjang
pantai (Longshore current), arus seret (Rip current),
dan aliran balik (Back flows/cross-shore flows). Sistem
sirkulasi arus tersebut seringkali tidak seragam antara
ketiganya bergantung kepada arah/sudut gelombang
datang.
Pada kawasan pantai yang diterjang gelombang
menyudut (b > 5o) terhadap garis pantai, arus
dominan yang akan terjadi adalah arus sejajar pantai
(longshore current).
SKEMA TERJADINYA LONGSHORE CURRENT
Sedangkan apabila garis puncak gelombang
datang sejajar dengan garis pantai, maka akan
terjadi 2 kemungkinan arus dominan di pantai.
Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat
banyak penghalang bukit pasir (sand bars) dan
celah-celah (gaps) maka arusyang terjadi
adalah berupa sirkulasi sel dengan rip current
yang menuju laut. Kemungkinan kedua, bila di
daerah surf zone tidak terdapat penghalang
yang mengganggu maka arus dominan yang
terjadi adalah aliran balik (back flows).
SKEMA TERJADINYA RIP CURRENT
TRANSPOR SEDIMEN DI SEPANJANG PANTAI
Transpor sedimen sepanjang pantai
terdiri dari dua komponen utama, yaitu
transpor sedimen dalam bentuk mata
gergaji di garis pantai dan transpor
sepanjang pantai di surf zone. Pada
waktu gelombang menuju pantai dengan
membentuk sudut terhadap garis pantai
maka gelombang tersebut akan naik ke
pantai (uprush) yang juga membentuk
sudut. Massa air yang naik itu kemudian
akan naik lagi dalam arah tegak lurus
pantai. Gerak air tersebut membetuk
lintasan seperti mata gergaji, yang
disertai dengan terangkutnya sedimen
dalam arah sepanjang pantai. Komponen
kedua adalah transpor sedimen yang
ditimbulkan oleh arus sepanjang pantai
yang dibangkitkan oleh gelombang
pecah. Transpor sedimen ini terjadi di
surf zone.
PASANG SURUT
Pengetahuan tentang pasang surut penting
dalam perencaan bangunan pantai dan
pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang)
dan elevasi muka air terendah (surut) sangat
penting untuk merencanakan bangunan-
bangunan tersebut. Sebagai contoh, elevasi
puncak bangunan pemecah gelombang,
dermaga, dsb ditentukan oleh elevasi muka air
pasang, sementara kedalaman alur pelayaran
pada pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
BATHIMETRI DAN TOPOGRAFI
Peta bathimetri diperlukan untuk mengetahui
kedalaman laut (elevasi) di sekitar lokasi pekerjaan/
penelitian yang dapat digunakan pada kegiatan
pengerukan yang dilakukan untuk menentukan
volume pekerjaan dan akhirnya menentukan biaya.
Pengukuran bathimetri biasanya dilakukan sepanjang
pantai, yaitu sekitar 1 km ke arah barat dan 1 km ke
arah timur dan dalam arah tegak lurus pantai
sepanjang 100 m ke arah darat dan 100 m ke arah
laut sampai garis pantai pada muka air surut
terendah dan dari hasil pengukuran nantinya bisa
didapatkan besar dari kemiringan dasar laut.
STUDI KASUS
Beberapa studi kasus terkait dengan
kolam pelabuhan atau sering disebut
pelabuhan perikanan, sebagai berikut:
1. Kolam Pelabuhan di Tanjung Priok
2. Kolam Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong
3. Kolam Pelabuhan Tambak Lorok
Semarang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. http://digilib.mercubuana.ac.id/ diakses pada tanggal 4 Oktober 2016.
Badan Litbang PU. 2006. Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal
Bangunan Air. Jakarta : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum.
Dishidros TNI AL. 2007. Peta Batimetri Jawa Pantai Utara, Semarang sampai Tanjung
Awar-awar. Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo. 1999. Draft Final Report Studi
Kelayakan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Situbondo 1999 - 2000.
Firdaus, Badruttamam. 2009. Perencanaan Detail Dermaga dan Breakwater
Pelabuhan Peti Kemas TanjungBulupandan, Madura. Surabaya : Penerbit ITS.
Ismail, M. Furqon Aziz dan Ankiq Taofqurohman S. 2012. Simulasi Numeris Arus
Pasang Surut Di Perairan Cirebon. Jakarta: Jurnal Akustik LIPI.
Ir, Sunggono. 1982. Mekanika Tanah. Bandung : Penerbit Nova.
Kramadibrata, Soedjono. 2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung : Penerbit ITB
Rudyani, F. P. 2013. Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi
Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Jurusan Teknik Kelautan
ITS, Surabaya.
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset.
Triatmodjo, Bambang. 2003. Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset.
Wahyumaudi, Imam. 2009. Buku Ajar Pelabuhan. Banten : Penerbit Unisula.
S
A
K
A
I M
E R
T
IH

Anda mungkin juga menyukai