Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

TINITUS DAN
UNILATERAL
SENSORINEURAL
HEARING LOSS (SNHL)
ET CAUSA IDIOPATIK
PADA PASIEN LAKI-LAKI
63 TAHUN
DISUSUN OLEH:
YOHANES (I11111024)

Pembimbing:
dr. Hj. Eva Nurfarihah, M. Kes, Sp.THT-KL
PENYAJIAN KASUS
STATUS PASIEN
Nama : Tn A
Usia : 63 tahun
Alamat : Sui Jawi Dalam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan kesulitan


mendengar yang dirasakan pada telinga
kanan sejak 1 tahun sebelum datang rumah
sakit (SDRS).
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menceritakan keluhan sulit mendengar telah
lama dirasakan, keluhan ini munculnya tidak tiba-
tiba namun perlahan-lahan, semakin lama semakin
sulit mendengarkan. Keluhan terutama muncul bila
sumber suara jauh dari dirinya. Jika orang lain
berbicara, ia kerap kali tidak menangkap bunyi
seluruh kalimat sehingga menyulitkan dalam
mengerti lawan bicara.
Sang anak mengaku, kadang-kadang ia harus
mengulang beberapa kali apa yang ingin
disampaikan ke ayahnya dan terkadang pula harus
berbicara jarak dekat sambil agak mengeraskan
suara.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien juga mengeluhkan telinga kanan sering


terasa berdengung sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan bisa timbul kapan saja tidak
dipengaruhi aktivitas. Keluhan biasanya hanya
berlangsung sebentar.
Keluhan lainnya disangkal yaitu seperti nyeri
telinga, demam, nyeri tenggorokan, batuk pilek
sebelumnya, congekan, pusing berputar, sakit
kepala.Pasien menyangkal ada riwayat trauma
dan pasien jarang mengorek telinga. Pasien
belum pernah berobat untuk keluhannya.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu
lintas 20 tahun yang lalu dan dirawat inap,
tetapi menyangkal kalau ada gangguan pada
pendengaran. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 3 tahun lalu tetapi tidak
rutin mengonsumsi obat. Riwayat diabetes
mellitus dan hiperkolesterol disangkal.
Riwayat stroke (-).

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi

Lingkungan tinggal pasien merupakan kompleks


perumahan dan bukan merupakan tempat yang
berisik. Tidak ada pabrik dan jauh dari
keramaian. Pasien jarang sekali menggunakan
headset untuk mendengar lagu. Pasien sudah
berhenti merokok sejak 5 tahun lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis: CM, BP: 160/100, HR 82x/mnt, RR 16x/mnt, T: 36,6C

Kepala: (I) Bentuk simetris, jejas pada wajah (-), benjolan (-)
(P) Teraba pulsasi a. temporalis, nyeri tekan wajah (-)

Leher: (I) Bentuk simetris, jejas (-), benjolan (-)


(P) Teraba tiroid, kenyal, mobil, nyeri tekan (-)
(A) Stridor (-)

Thorax: (I) Bentuk simetris, jejas (-), retraksi (-), ictus tidak terliat
(P) Nyeri tekan (-) teraba ictus cordis ICS IV midclavicula
(P) Sonor pada kedua hemithorax
(A) Suara napas normal, rhonki (-) wheezing (-) S1/S2 +/+
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen : (I) Bentuk simetris, jejas (-), kelainan pigmentasi (-)
(A) Bising usus dalam frekuensi normal (8 kali per menit)
(P) Nyeri tekan (-)
(P) Timpani pada seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, ruam (-), jejas (-)

Neurologis :
(N.V) m. masseter dan temporalis baik, sensorik wajah V1/V2/V3 baik
dengan sentuhan ringan.
(N. VII) wajah simetris, ekspresi wajah termasuk mengangkat alis,
menutup mata baik
(N. IX, X, XII) lidah dan uvula di tengah pada cavum oris, deviasi (-),
gerakan lidah dan uvula baik, deviasi saat gerakan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
RESUME
Seorang laki-laki, 63 tahun, datang ke poliklinik THT RSUD
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dengan keluhan kesulitan
mendengar yang dirasakan pada telinga kanan sejak 1
tahun yang lalu. Pendengaran dirasakan berkurang terutama
saat sumber suara jauh. Keluhan disertai dengan keluhan
telinga kanan sering terasa berdengung (tinitus) sejak 3
bulan yang lalu. Keluhan terjadi progresif. Self-medication (-)
Otalgia (-), febris (-), nyeri tenggorokan (-), discharge telinga
(-), sensasi vertigo (-), headache (-), trauma telinga (-), batuk
pilek (-).
Riwayat penyakit dahulu adalah kecelakaan lalu lintas 20
tahun lalu dan riwayat hipertensi 3 tahun lalu tetapi tidak
rutin memakan obat. Tidak terdapat kecurigaan faktor resiko
polusi suara di lingkungan tempat tinggal pasien.
RESUME
Pemeriksaan fisik
HR : 82 x/mnt BP : 160/100 mmHg
RR : 16 x/mnt T : 36,6 oC

Status Lokalis :
ADS : AD dalam batas normal dan AS dalam batas normal
CN : tidak ditemukan kelainan
NPOP : tidak ditemukan kelainan
MF : tidak ditemukan kelianan
Leher : tidak ditemukan kelianan

Pemeriksaan Audiometri didapatkan kesan gangguan


pendengaran ringan (ANSI dan ASA)
DIAGNOSIS KERJA
Tinnitus dan Unilateral Sensorineural
Hearing Loss (SNHL) Auricula Dekstra et
causa Idiopatik.
Hipertensi grade II

Diagnosis Banding
Tinitus dan Unilateral Sensorineural Hearing Loss (SNHL)

Aurivula Dekstra et causa Neuroma Akustik


Tinitus dan Unilateral Sensorineural Hearing Loss

(SNHL) Auricula Dekstra et causa fistula perilymph.


Tinitus dan Unilateral Sensorineural Hearing Loss (SNHL)

Auricula Dekstra et causa penyakit Meniere.


Usulan Pemeriksaan
CT Scan dengan kontras
Tes Keseimbangan
PENATALAKSANAAN
Medikantosa
Ginkgo biloba 80 mg 1 kapsul per hari

Amlodipin 10 mg 1 tablet per hari

Edukasi
Hindari suara keras yang dapat memperberat tinnitus

Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat

meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu


penyebab tinnitus.
Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinnitus seperti

kafein dan nikotin


Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik obat golongan

Aminoglikosida, Loop Diuretics, Obat Anti Inflamasi, Obat Anti


Malaria, Obat Anti Tumor, dan Obat Tetes Telinga Topikal (seperti
obat tetes telinga neomisin-polimiksin, gentamisin).
Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari

kelelahan.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
KASUS
Pendahuluan
Gangguan pendengaran tuli
(deafness) jika tidak diatasi
SEARO Indonesia urutan ke-4. AI 4,6%
SNHL 90% Kasus ketulian 10 8.8
8.4
8
Multifaktorial 6
6.3
4.6
4
2
0
ka ar dia s i a
a n m In e
L n n
ri ya do
S M In
Anatomi Organ Pendengaran
Telinga Luar

Pinna canalis acusticus externa


timpani
Pinna: cartilago & skin
Kanalis: kelenjar serumen, 2,5 3 cm
Timpani: membran transparan
Anatomi Organ Pendengaran
Telinga Tengah

Osikulus auditorius, tuba eustachius,


oval & round window
Anatomi Organ Pendengaran
Telinga Dalam
Labirin: tulang & membranasea
Labirin membran: kanalis, utrikulus,
sakulus, duktus endolimfatikus, koklea
Koklea organ korti
Fisiologi Pendengaran
Gelombang suara masuk telinga kanalis auditorius
externa
Mengetarkan timpani diteruskan oleh osikuli auditorius
Oval window rongga koklea round window
Fisiologi Pendengaran
Diskriminasi frekuensi suara
Diskriminasi asal suara
Jaras Pendengaran
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah
ketidakmampuan secara parsial atau total
medengarkan suara pada salah satu atau
kedua telinga
Menurut American National Standard Institute, derajat
tuli terbagi atas: (10)
16-25 dB HL : tuli sangat ringan
26-40 dB HL : tuli ringan, tidak dapat mendengar
bisikan
41-70 dB HL : tuli sedang, tidak dapat mendengar
percakapan
71-95 dB HL : tuli berat, tidak dapat mendengar
teriakan
>95 dB HL : tuli sangat berat, tidak dapat
mendengar suara yang menyakitkan bagi
pendengaran manusia yang normal. (11)
Gangguan Pendengaran

Etiologi
Conductive Hearing Loss
(CHL)
Kondisi patologis kanalis externa, membran
timpani, telinga tengah
>60 dB, frekuensi rendah
Etio: Otitis media stadium supurasi, impacted
serumen, otosklerosis
Correctable terutama dengan ABD
Rinne Test negatif (BC > AC)
Weber: Lateralisasi ke telinga sakit
Scwabach memanjang
Pemeriksaan otoskopi terdapat anomali
Sensorineural Hearing Loss (SNHL)

Malfungsi koklea, sensor pendengaran, saraf pendengaran,


batang otak, korteks cerebri area 39-40
Kerusakan sel receptor rambut pada koklea degenerasi
transneural
Kerusakan sel ganglion degenerasi Wallerian
Gejala berat (> 60 dB), frekuensi tinggi
Umumnya uncorrectable
Etio: ototoxic drugs, aging, Menieres disease, CPA Tumor
Pemeriksaan otoskopi biasanya normal
Rinne Test positif (AC >BC)
Weber lateralisasi ke telinga sehat
Schwabach memendek
Patofisiologi SNHL
Koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di
pusat pendengaran
Gangguan pergerakan membran basilar:
eksiasi neuron tidak adekuat dan abnormal
(tinnitus subjektif)
Kekakuan membran dan degenerasi saraf
akibat proses penuaan
Endolimfe abnormal, e.g. pengguaan loop
diuretik mengubah komposisi endolimfe
karena gangguan kotransport Na+ K+ 2Cl-
Manifestasi Klinis SNHL
Dapat muncul bertahap/tiba-tiba (biasanya
vaskular/trauma)
Muncul tinnitus atau vertigo
Umumnya bilateral namun dapat unilateral
Nyeri telinga kadang ada
Tes garpu tala curiga SNHL
Tes suara terganggu pada nada tinggi
Audiometri memperlihatkan ambang batas
makin besar pada frekuensi tinggi, biasanya
tanpa air-bone gap
Penatalaksanaan SNHL
Minimalkan faktor resiko
Membantu pendengaran dengan ABD
Mixed Hearing Loss
Gangguan kondisi + sensorineural
Gejala merupakan kombinasi kedua jenis
HL
Nada rendah dan tinggi terpengaruh
Rinne negatif
Weber lateralisasi ke telinga sehat
Schwabach memendek
Otoskopi biasanya teradapat anomali
Etio: presbicusis + otitis media
Tinnitus
Sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar,
dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik
Sifat serangan periodik atau permanen
Etio: kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N.
Vestibulokoklearis, kelainan vaskular, tinnitus karena
obat-obatan, dan tinnitus yang disebabkan oleh hal
lainnya
Terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls
yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber
impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
Tinnitus
Klasifikasi
Tinnitus objektif bersifat vibratorik, berasal
dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga.
Tinnitus subjektif proses iritatif dan
perubahan degeneratif traktus auditoris
mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Diagnosis : Anamnesis, Pemfis, penunjang
(Audiometri, BERA, CT Scan, MRI).
Penatalaksanaan Tinnitus
Prinsipnya Atasi penyebabnya
Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dapat dibagi dalam 4

cara yaitu :
Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik

dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat


dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker
Psikologik yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk

meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan


dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari
Terapi medikamentosa yaitu sampai saat ini belum ada

kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran


darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik,
vitamin, dan mineral
Tindakan bedah dilakukan pada tinnitus yang telah terbukti

disebabkan oleh akustik neuroma.


Kesimpulan

Pasien Tn. A, 63 tahun,


mengalami Tinnitus dan Unilateral
Sensorineural Hearing Loss
(SNHL) Auricula Dekstra et causa
Idiopatik dan Hipertensi grade II
Daftar Pustaka
World Health Organization. Situation review and update on
deafness, hearing loss and intervention programs: proposed plans
of action for prevention and alleviation of hearing impairment in
countries of south-east asia region. 2007.
Soetirto, I., Hendarmin, H., Bashiruddin, J., 2007. Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi VI.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Adams L, George dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
Barret K, Barman S, Boitano S, Brooks H: Central and peripheral
neurophysiology in: [Ganongs review of medical physiology, 23 rd
ed]. Philadelphia: McGraw-Hill. 2010.
Lindsay K, Bone I: Neurology and neurosurgery illustrated, 3 rd ed.
London: Churchill Livingstone. 1997.
Adams, George L, dkk. 1997. Boies:BukuAjar Penyakit THT Edisi
6.Jakarta: EGC
Daftar Pustaka
Prevalence, Mechanisms, Effects, and Management. Diunduh dari,
http://www.tahosy.dk/handleplaner%20forankringssteder/tinnitus/henry%
20et%20al.pdf
, tanggal 16 Agustus 2016
Evaluation of factors related to the tinnitus disturbance. The International
Tinnitus Journal; Vol 17 Jun/ July 2012. Diunduh dari
http://www.tinnitusjournal.com/detalhe_artigo.asp?id=495, tanggal 16
Agustus 2016.
Cunha JP, Tinnitus, diunduh dari
http://www.medicinenet.com/tinnitus/article.htm, tanggal 16 Agustus
2016.
Pray JJ, Pray WS, Tinnitus: When the Ears Ring, diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/506920, tanggal 16 Agustus 2016.
WebMD, Ringing in the Ears (Tinnitus) Prevention, diunduh dari
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/ringing-in-the-ears-tinnitus-prevent
ion
, tanggal 16 Agustus 2016.
Arkansas Center for Ear Nose Throat and Allergy, Tinnitus, diunduh dari

Anda mungkin juga menyukai