Anda di halaman 1dari 19

STANDAR PELAYANAN KEGAWATDARURATAN

OBSTETRI
(STANDAR 16,STANDAR 17,STANDAR 18,
STANDAR 20

Disusun oleh :
1. Ana Suciati
2. Dwi Afriyani
3. Elok Ati Nur Khanifah
4. Fiki Idaamatussilmi
Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam
Kehamilan Pada Trimester III
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan secara cepat dan
tepat perdarahan dalam trimester III melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.

Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.
Syarat:
1. Bidan harus trampil untuk:
Mengetahui penyebab,tanda-tanda dan penanganan perdarahan
pada awal dan akhir kehamilan
Pertolongan pertama pada gawat darurat termasuk pemberian
cairan IV
Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok, termasuk syok
septic
2. Tersedianya alat / bahan
3. Tersedianya antibiotika
4. Penggunaan KMS ibu hamil / kartu ibu
Proses:
1. Memastikan dan merujuk ibu hamil yang
mengalami perdarahan dari jalan lahir
2. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya
perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi lahir
kepada ibu dan suami / keluarganya pada setiap
kunjungan
3. Nasehat ibu hamil, suaminya atau kelurganya
untuk memanggil bidan bilaterjadi perdarahan
atau nyeri hebat didaerah perut kapanpun dalam
kehamilan
4. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan
perkirakan usia kehamilan
5. JANGAN lakukan periksaan dalam
6. Beri cairan intravena NaCL atau Ringer laktat,Infus
diberikan dengan tetesan cepat sesuai dengan kondisi
ibu
7. Bila terlihat gejala atau tanda syok pada ibu, segera
rujuk ke rumah sakit
8. Buat catatan lengkap
9. Dampingi ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan
mintalah keluarga yang akan menyumbangkan
darahnya untuk ikut serta
10. Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk
Standar 17
Penangana Kegawatan pada Eklamsia
Tujuan :
Mengenali secara dini tanda tanda dan gejala gejala
preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat
dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan
segera dalam penanganan kegawadaruratan bila
eklamsia terjadi.
Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia
yang mengancam,serta merujuk dan atau memberikan
pertolongan pertama.
Syarat:
1. Bidan mampu :
Mengenal tanda dan gejala preekamsia dan eklamsia
mengancam.
Mendeteksi dan memberikan pertologan pertama pada
preeklamsia berat dan eklamsia.
2. Tersedianya tensimeter dan alat untuk pemberian
cairan IV yang berfungsi.
3. Adanya obat-obatan yang dibutuhkan, misalnya
Magnesium Sulfat.
4. Adanya sarana pencatatan, seperti: KMS ibu hamil /
kartu ibu.
Proses:
1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia mengancam,
yaitu: edema, nyeri kepala hebat, mengantuk, gangguan penglihatan,
nyeri ulu hati, mual dan muntah.
2. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia mengancam. Gejala atau tanda eklamsia
mengancam (yaitu peningkatan tekanan darah tiba-tiba, hipertensi,
penurunan jumlah air seni dengan warna yang menjadi gelap, edema
berat atau edema yang mendadak pada wajah atau panggul belakang,
atau proteinuria) memerlukan penanganan yang cepat karena besar
kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.
3. Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke RS. Jelaskan
dengan tenang dan secepatnya kepada ibu jika sadar dan atau
keluarganya tentang apa yang terjadi.
4. Baringkan ibu pada posisi miring ke kiri.
5. Berikan cairan IV dengan tetesan lambat dan catat semua cairan yang
masuk maupun yang keluar.
6. Jika terjadi kejang, letakkan ibu di lantai dan jauhkan dari
benda yang dapat melukainya. Jika ada kesempatan,
letakkan benda yang dibungkus dengan kain lembut
diantara gigi ibu.
7. Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai dengan
pedoman.
8. Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu dibaringkan
miring ke kiri, dengan kepala sedikit ditengadahkan agar
jalan nafas tetap terbuka.
9. Catat semua obat yang telah di berikan, keadaan ibu
termasuk tekanan darahnya setiap 10 menit.
10. Bawa segera ibu ke RS setelah serangan kejang berhenti.
Dampingi ibu dalam perjalanan dan berikan obat-obatan
lagi jika perlu.
Standar 18
Penanganan kegawatan pada
partus lama/ macet
Tujuan :
Mengetahui dengan segara dan penanganan yang tepat
keadaan darurat pada partus lama/ macet.
Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai
dan tepat waktu atau merujuknya.
Syarat:
1. Bidan mampu :
Menggunakan partograf dan catatan persalinan.
Periksa dalam secara baik.
Mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama.
2. Adanya alat atau bahan yang diperlukan untuk
persalinan, misalnya sabun, air bersih dan handuk
bersih untuk mencuci tangan.
3. Adanya antibiotika, cairan infuse dan peralatan untuk
pemberian cairan IV, kateter karet steril, gunting steril
untuk episiotomi yang befungsi dengan baik.
4. Adanya partograf dan catatan persalinan / kartu ibu.
Proses:
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu
dan janin, his dan kemajuan persalinan pada partograf
dan catatan persalinan.
2. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan
persalinan (misalnya garis waspada pada partograf
tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi
melemah dan cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak
teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus dengan
teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda
lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl.
3. Mintalah ibu BAK apabila kandung kencingnya penuh.
Pakailah kateter bila ibu tidak bisa kencing.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih serta keringkan
dengan handuk bersih. Lakukan pemeriksaan dalam. Ingat selalu
tindakan aseptic. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya.
Periksa juga letak janin, pembukaan serviks dan apakah serviks
tipis, sedang atau mengalami edema. Coba untuk menentukan
posisi dan derajat penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila
pembukaan serviks tetap/lambat maka rencanakan rujukan.
5. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet atau tanda bahaya
pada bayi atau ibu maka ibu di baringkan miring dan berikan
cairan IV sesuai dengan pedoman. Rujuk segera ke RS.
Dampingi ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik.
Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya mengenai apa yang
terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke RS.
6. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau
syok berat) maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan cairan IV,
biasanya diberikan ampicillin 1 gr IM, diikuti pemberian 500 mg
setiap 6 jam IM lalu pemberian per oral sampai bayi lahir.
7. Bila kondisi ibu / bayi buruk dan pembukaan serviks
sudah/hampir lengkap maka bantu kelahiran bayi
dengan ekstraksi vakum.
8. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir
(distosia bahu), raba perut ibu dan periksa apakah
bahu sudah berada di bawah PAP. Jika belum, maka
tekan perut ibu dengan 1 tangan dan lihat apakah
bahu bayi masuk. Jika tindakan tersebut tidak
menolong maka lakukan episiotomi dan baringkan ibu
miring ke kiri sebelum mencoba membantu
pemutaran bahu ke posisi yang benar yaitu kearah
anterior-posterior.
9. Buat pencatatan yang benar.
Standar 20
Penanganan Retensio Plasenta
Tujuan:
mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika
terjadi retensio plasenta total atau parsial.
Pernyataan standar:
bidan mampu mengenali retensio plasenta,dan
memberikan pertolongan pertama,termasuk plasenta
manual dan penanganan perdarahan,sesuai dengan
kebutuhan.
Syarat:
1. Bidan telah terlatih dalam :
- Fisiologi dan manajemen aktif kala
III,termasuk penegangan tali pusat terkendali
- Pengendalian dan penanganan
perdaraha,termasuk pemberian
oksitosika,cairan IV dan plasenta manual
2. Tersedianya alat atau bahan penting seperti
sabun,air bersih,handuk bersih,cairan IV,infus
set dan sarung tangan panjang yang steril
3. Adanya partograf dan catatan persalinan atau
kartu ibu
Proses:
1. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta(perdarahan
yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap,sedangkan uterus
tidakberkontraksi,merupakan salah satu tanda retensio plasenta)
2. Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah bayi lahir,atau
bila terjadi perdarahan sementara plasenta belum lahir,maka
berikan oksitosin 10 unit IM.Bisa juga menggunakan penegangan
tali pusat terkendali.
3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada
perdarahan, sementara tempat rujukan tidak terlalu jauh,
bawalah ibu ketempat rujukan tersebut.
4. Bila terjadi perdarahan,maka plasenta harus segera dilahirkan
secara manual.
5. Berikan cairan IV : NaCl atau RL secara guyur untuk mengganti
cairan yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki
ditempat tidur
8. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada
berikan diazepam 10mg
9. Cuci tangan dengan sabun,air bersih dan handuk bersih,gunakan
sarung tangan steril
10. Masukkan tangan kanan ddengan hati-hati.Jaga agar jari-jari
tetap merapat dan melengkung,mengikuti tali pusat sampai
mencapai plasenta
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta,letakkan tangan
kiri diatas fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan
yang berada didalam uterus carilah tepi plasenta terlepas,telapak
tangan kanan menghadap keatas lalu lakukan gerakan mengikis
kesamping untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap,keluarkan plasenta
dengan hati-hati dan perlahan
13. Bila plasenta sudah lahir,segera lakukan masase uterusagar
terjadi kontraksi dan dan pengeluaran bekuan darah secara
bersamaan
14. Periksa plasenta dan selaputnya.Jika tak
lengkapperiksa lagi cavum uteri dan keluarkan
potongan plasenta yang tertinggal.
15. Periksa robekan terhadap vagina.Jahit
robekan,bila perlu.
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman
17. Jika ragu plasenta sudah keluar semua atau
jika perdarahan tidak terkendali,maka rujuk
ibu kerumah sakit dengan segera
18. Buat pencatatan yang akurat

Anda mungkin juga menyukai