Anda di halaman 1dari 75

GEOMETRI

TRANSFORMASI
I. PENGANTAR
UNSUR-UNSUR TAK TERDEFINISI: TITIK & HIMPUNAN
BAGIAN BIDANG DISEBUT GARIS

I. AXIOMA INSIDENSI:
- SEBUAH GARIS ADLH HIMPUNAN TTK2 YG TAK KOSONG
DAN MENGANDUNG PALING SEDIKIT 2 TTK
- KALAU ADA DUA TTK, MK ADA TEPAT SEBUAH GRS YG
MEMUAT DUA TTK TSB
- ADA 3 TTK YG SEMUA TERLETAK PD SUATU GRS.
II. SISTEM AKSIOMA URUTAN:
MENGATUR URUTAN 3 TTK PD SEBUAH GRS, KONSEP
SETENGAH GARIS(SINAR), KONSEP RUAS GARIS
III. SISTEM AXIOMA KEKONGRUENEN
MENGATUR KEKONGRUENAN DUA RUAS GARIS,
KEKONGRUENAN DUA SEGITIGA DSB.

IV. AXIOMA KEKONTINUAN (AXIOMA ARCHIMEDES)


MENYATAKAN BAHWA APABILA a DAN b DUA BILANGAN REAL
POSITIF DGN a<b, MK ADA BILANGAN ASLI n SHG na>b

V. AXIOMA KESEJAJARAN EUCLIDES


MENYATAKAN BAHWA APABILA ADA 2 GRS a & b YG SEJAJAR
DAN DIPOTONG GARIS KE 3 c DI TTK A a DAN TTK B b SHG
JUMLAH BESAR SUDUT2 DALAM SEPIHAK DI A DAN B
KURANG DARI 180, MK AKAN BERPOTONGAN PD BAGIAN
BIDANG YG TEBAGI OLEH GRS c YG MEMUAT KE 2 SUDUT
DLM SEPIHAK ITU.
GEOMETRI YG HANYA MEMENUHI AXI. I S/D IV
DINAMAKAN GEOMETRI NETRAL.
GEOMETRI YG HANYA MEMENUHI AXI. I S/D IV DAN
DIBERLAKUKAN PULA AXI. YG MENGATAKAN MELALUI
SEBUAH TTK P DILUAR GRS g ADA LEBIH SATU GRS YG
SEJAJAR GRS g. DINAMAKAN GEOMETRI LOBACHEVSKY.
JADI GEOMETRI YG TDK MENGANUT AXIOMA
KESEJAJARAN EUCLIDES DINAMAKAN GEOMETRI NON
EUKLIDES

SIFAT KEKONGRUENAN
- S SD S
- SD S SD
- S S S
- S S SD
GARIS-GARIS ISTIMEWA DLM SEGITIGA
- GRS BAGI
- GRS BERAT
- GRS TINGGI
- GRS SUMBU
TUGAS:
1. BUKTIKAN BAHWA HANYA ADA SATU GRS a
MELALUI SEBUAH TTK PD SEBUAH GRS b, SHG
a TEGAK LURUS b
2. DIK g SEBUAH GRS DAN ABC. APABILA ABC
DICERMINKAN PD GRS g KITA PEROLEH A1B1C1
APAKAH ABC KONGRUEN DGN A1B1C1?
3. DIK g SEBUAH GRS. k & l DUA GRS SALING TEGAK
LURUS. GRS k & l DICERMINKAN PD GRS g YG
MENGHASILKAN KURVA k1 DAN KURVA l1.
APAKAH k1 & l1 JUGA GRS?
4. DIK g SEBUAH GRS; l SEBUAH LINGKARAN DGN
PUSAT A; l DICERMINKAN PD g YG MENGHASIL-
KAN KURVA l DAN TTK A. APAKAH l
LINGKARAN DGN PUSAT A?
PERTEMUAN 2

II. TRANSFORMASI
TRANSFORMASI
Suatu trnsformasi pd suatu bidang V adalah
Suatu fungsi yg bijektif dgn daerah asal V dan
daerah nilainya V juga.

Fungsi bijaktif: 1. Surjektif


2. Injektif
Surjektif artinya: bahwa pada setiap ttk B V ada
prapeta. Jadi kalau T suatu transformasi mk ada
A V shg B = T(A). B dinamakan peta dari A oleh
T, dan A dinamakan prapeta dari B.
Injektif artinya: Kalau A1 A2 dan T(A1) = B1,
T(A2) = B2 mk B1 B2.
ATAU Kalau T(P1) = Q1 dan T(P2) = Q2
sedangkan Q1 = Q2 maka P1 = P2.

Pada contoh2 berikut ini, diberlakukan bahwa V


adalah bidang Euclides, artinya pada himpunan
ttk2 V berlaku sistem aksioma Euclides.
Contoh 1. Andaikan A V. Ada prapeta (padanan) T dgn daerah asal V
dan daerah nilai juga V.
Jadi T : V V yg didefinisikan sbb.
1. T(A) = A
2. Apabila P A mk T(P) = Q dgn Q ttk tengah grs AP
Selidiki apakah padanan T tsb suatu transformasi?
JAWAB: (Perhatikan Gambar)
Jelas bahwa A mempunyai peta yaitu A sendiri.
Ambil sebarang ttk R A pada V. Olehkarena V bidang Euclides mk ada
suatu grs yg melalui A dan R.
Jadi ada ruas grs AR shg ada tepat satu ttk S dgn S antara A dan R, shg AS
= AR. Ini berarti untuk setiap X Y ada satu Y dgn Y = T(X) yg memenuhi
pernyataan 2. Jadi daerah asal T adalah V.
a. Apakah T surjektif, atau daerah nilai T juga V?
Untuk menyelidiki ini cukup dipertanyakan
apakah setiap ttk di V memiliki prapeta.
(perhatikan gambar)
Apabila Y V apakah ada X V yg bersifat bahwa T(X) = Y.
Dari 1 (diketahui), kalau Y = A prapetanya adalah A sendiri
sebab T(A) = A.
Apabila Y A, mk oleh karena V bidang Euclides, ada X
tunggal dgn X AY shg AY = AX. Jadi Y adalah satu-satunya
ttk tengah AX. Jadi Y = T(X).
Ini berarti X adalah prapeta dari ttk Y.
Shg setiap ttk di V memiliki prapeta (T surjektif).
b. Apakah T injektif? Untuk menyelidiki ini ambil
2 ttk P A, Q A dan P Q. P, Q, A kolinier.
Akan diselidiki kedudukan T(P) dan T(Q).
(perhatikan gambar).
Andaikan T(P) = T(Q). Oleh karena T(P) AP dan T(Q) AQ, mk
d lm hal ini AP dan AQ memiliki dua ttk sekutu yaitu A dan
T(P) = T(Q).
Ini berarti bahwa grs AP dan AQ berimpit, shg mengakibatkan Q
AP. Ini berlawanan dgn pemisalan bahwa A, P, Q kolinear. Jadi
pengandaian T(P) = T(Q) tdk benar shg haruslah T(P) T(Q).
Jadi T injektif.
Karena T Surjektif dan Injektif, mk T adalah padanan yg bijektif.
Dgn demikian terbukti T suatu transformasi dari V ke V.
Contoh 2. Perhatikan bidang Euclides V suatu
sistem koordinat ortogonal. T adalah padanan yg
mengaitkan setiap ttk P dgn ttk P yg letaknya
satu satuan dari P dgn arah sumbu X positif.
Selidiki apakah T suatu transformasi?
Jawab. (perhatikan gambar)
Kalau P(X,Y) mk T(P) = P dan P = (x + 1, y).
Jelas daerah asal T adalah bidang V. Akan
diselidiki: a. Apakah T surjektif?
b. Apakah T Injektif?
Jika A(x,y) pertanyaan yg harus dijawab adalah:
Apakah A memiliki prapeta oleh T?
Andaikan B = (x, y)
a. Kalau B prapeta ttk A(x,y) mk haruslah berlaku
T(B) = (x+1, y). Jadi x+1 = x, y=y
atau x = x-1
y= y
Jelas T(x-1,y) = ( (x-1)+1,y) = (x,y)
Oleh karena x,y selalu ada, untuk segala nilai
x,y maka B selalu ada, shg T(B) = A.
Karena A sebarang, mk setiap ttk di V memiliki
prapeta yg berarti bahwa T surjektif.
b. Andaikan P(x1,y1) dan Q(x2,y2) dgn P Q.
Apakah T(P) T(Q)?
Ambil T(P) = (x1+1,y1) dan T(Q) = (x2+1,y2)
Kalau T(P) = T(Q), maka (x1+1, y1) = (x2+1,y2)
Jadi x1+1 = x2+1 dan y1 = y2.
Jadi P = Q.
Ini kontradiksi dgn yg diketahui bahwa P Q.
Jadi haruslah T(P) T(Q). Dgn demikian T injektif.
Karena T memenuhi syarat surjektif dan injektif,
mk T padanan yg bijektif.
Jadi T suatu transformasi dari V ke V.
PERTEMUAN 3

PENCERMINAN
PENCERMINAN
Definisi: Suatu pencerminan (refleksi) pd sebuah grs s
adalah suatu fungsi Ms yg didef: untuk setiap ttk pd
bidang V berlaku
(i) Jika Ps mk Ms(P) = P
(ii) Jika Ps mk Ms(P) = P shg garis s adalah sumbu PP
Pencerminan M pd garis s selanjutnya dilambangkan Ms.
Grs s dinamakan sumbu refleksi atau sumbu cermin.
Untuk menyelidiki sifat pencerminan, akan diselidiki
apakah pencerminan itu suatu transformasi.

1. Dari def. di atas jelas bahwa daerah asal M adalah


sebuah bidang V.
2. Ms adalah padanan yg surjektif, sebab ambil XV.
Kalau X s mk X = X sebab Ms(X) = X = X.
Andaikan Xs. Dari sifat geometri ada X V shg s
menjadi suatu ruas grs XX. Ini berarti bahwa
Ms(X) = X (ingat V bidang Euclides). Artinya, setiap X
memiliki prapeta. Jadi M adalah surjektif.
3. Apakah Ms injektif?
Andaikan A B. Kalau A s dan B s mk jelas
A = Ms(A) = A dan B = Ms(B) = B.
Jadi A B.
Kalau salah satu, misal A s. mk A = Ms(A) = A
Karena B s, B= Ms(B) dgn Bs. Disini pula
A B atau Ms(A) Ms(B).
Selanjutnya andaikan As, Bs. Dan andaikan
Ms(A) = Ms(B) atau A= B. Jadi AA s dan
BB s. Ini berarti dari satu ttk A ada dua grs
berlainan yg pada s. Ini tidak mungkin,
pengandaian bahwa A B maka Ms(A) = Ms(B)
adalah tidak benar (pengandaian salah).
Jadi kalau A B maka Ms(A) Ms(B). Dengan
demikian Ms adalah injektif.
Dari sifat 1, 2 dan 3 Ms adalah suatu transformasi
dgn daerah asal V dan daerah nilai V.
Teorema 3.1 Setiap reflexi pada garis adalah
suatu transformasi.
Disamping sifat penting itu, suatu pencerminan
pd grs mengawetkan jarak. Artinya kalau A & B
dua ttk maka apabila A = Ms(A) dan B = Ms(B),
AB = AB.
Jadi jarak setiap dua ttk sama dengan jarak
antara peta-petanya. Jadi jarak tidak berubah,
sehingga Ms disebut transformasi yg Isometrik,
atau Ms adalah suatu ISOMETRI.
Definisi: Suatu transformasi T adalah suatu
Isometri jika untuk setiap pasangan ttk
P, Q berlaku PQ = PQ dengan P= T(P)
dan Q= T(Q).
Teorema 2. Setiap refleksi pada garis adalah
suatu isometri
Bukti: Perhatikan gambar, kemudian Buktikan.
Jadi kalau A= Ms(A), B= Ms(B) maka AB = AB
Soal
1. Diketahui dua ttk A & B. Lukislah sebuah grs g
sehingga Mg(A) = B. Tentukan pula Mg(B).

2. Apabila pd V ada sistem sumbu ortogonal dan


A(1,3) sedangkan B(-2,-1) tentukan persamaan
sebuah grs g sehingga Mg(A) = B
PERTEMUAN 4

ISOMETRI
ISOMETRI
Telah diketahui bahwa pencerminan atau reflexi
pd sebuah grs g adalah suatu transformasi yg
mengawetkan jarak (isometri)
Selain mengawetkan jarak antara dua ttk, suatu
isometri memiliki sifat2 berikut.
Teorema 4.1 Sebuah isometri bersifat:
1. mengawetkan garis menjadi garis
2. mengawetkan besarnya sudut antara dua garis
3. mengawetkan kesejajaran dua garis
Bukti:
1. Andaikan g sebuah grs & T suatu isometri.
Kita akan buktikan bahwa T(g) = h adalah
suatu garis pula. Perhatikan gambar..
Ambil A g dan B g. mk A = T(A)h,
B= T(B)h. melalui A & B ada satu grs misal g.
Akan dibuktikan g= h. Untuk itu akan dibuktikan: (i) g h dan h g.
(i) Bukti:
ambil XA . Karena bidang Euclides, kita andaikan
(AXB), artinya AX + XB AB oleh karena T
suatu isometri. Jadi suatu transformasi. Maka
X T(X) = X dan olehkarena T suatu isometri mk
AX = AX; begitu pula XB = XB.
Jadi AX + XB = AB. Ini berarti bahwa A,X,B
segaris pada g. Jadi X = T(X) h. Sehingga
gh. bukti serupa berlaku untuk (XAB)
atau (ABX).
(ii) Bukti hg
Ambil Y h. maka Y g T(Y) = Y dgn Y
misalnya (AYB). Artinya Y g dan AY + YB = AB
Oleh karena T sebuah isometri, mk AY=AY,
YB=YB, AB=AB. Shg AY+YB=AB.
Ini berarti A,Y,B segaris yaitu grs yg melalui
A dan B. Oleh karena g satu-satunya grs yg
melalui A dan B mk Y g. Jadi haruslah hg.
bukti serupa berlaku untuk (YAB) atau (ABY).
Jadi kalau g sebuah grs mk h=T(g) adalah sebuah
garis pula.
2. Ambil sebuah ABC. Perhatikan gambar
Andaikan A=T(A), B=T(B), C=T(C). Menurut 1
mk AB dan BC adalah grs lurus. Oleh karena
ABC=BABC, mk ABC=BABC
sedangkan AB=AB, BC=BC, dan CA=CA shg
ABCABC jadi ABC=ABC shg suatu
isometri mengawetkan besarnya sebuah sudut.
3. Ambil dua grs ab. Perhatikan gambar .
Perhatikan bahwa ab. Andaikan a memotong
b di ttk P. Jadi Pa dan Pb. Oleh karena T
sebuah transformasi mk ada P shg T(P)=P dgn
Pa dan Pb ini berarti bahwa a memotong b di P.
Maka pengandaian bahwa a memotong b salah.
Jadi haruslah ab. Jadi isometri mengawetkan
kesejajaran dua garis.
Akibat:
Salah satu akibat dari sifat (b) ialah bahwa
apabila ab maka T(a)T(b)dgn T sebuah
isometri.
Contoh: Diketahui grs g(X,Y)Y=-X dan grs
h (X,Y)Y=2X-3 apabila Mg adalah reflexi pd grs g
tentukan persamaan grs h=Mg(h)
Jawab: oleh karena Mg sebuah reflexi pd g jadi suatu
isometri. Mk menurut teorema 4.1 h adalah sebuah grs.
Perhatikan gambar
grs h akan melalui ttk potong antara h & g misal R, sebab
Mg(R)=R. jelas R=(1,-1); h akan pula melalui Q=Mg(Q) oleh
karena Q=(2/3,0) mk Q=(0,-3/2). Dgn demikian persamaan
h= (X,Y)X-2Y-3=0.
Soal
1. Jika g= (X,Y)Y=X dan h= (X,Y)Y=3-2X
Tentukan persamaan garis Mg(h)

2. Jika g=(X,Y)Y=-X dan h= (X,Y)3Y=X+3.


Selidiki apakah ttk A(-2,-4) terletak pada grs
h=Mg(h)?
PERTEMUAN 5
ISOMETRI LANGSUNG DAN
ISOMETRI LAWAN
Suatu transformasi T yg memetakan ABC pd
ABC, misalnya sebuah pencerminan pd grs g
(Perhatikan Gbr 1)
Tampak bahwa apabila pd ABC, urutan keliling
adalah AB C berlawanan dgn putaran jarum
jam maka pd petanya yaitu ABC urutan keliling
ABC adalah sesuai dgn putaran jarum jam.
Demikian pula suatu isometri pd rotasi yg
mengelilingi sebuah ttk O (Perhatikan Gbr 2)
Terlihat bahwa kalau ada ABC urutan keliling
ABC berlawanan dgn putaran jarum jam, mk
pd petanya yaitu ABC urutan keliling
ABC tetap berlawanan putaran jarum jam.
Fenomena isometri di atas dpt dijelaskan dgn konsep
Orientasi tiga ttk yg tak segaris.
Andaikan (P1,P2,P3) ganda tiga ttk tak segaris. Maka
melalui P1,P2, dan P3 ada tepat satu lingkaran l. Kita
dapat mengelilingi l misalnya dari P1 kemudian sampai
pd P2, P3 dan akhirnya kembali ke P1. Apabila arah
keliling ini sesuai dgn putaran jarum jam, mk dikatakan
ganda tiga ttk (P1,P2,P3) memiliki orientasi sesuai dgn
putaran jarum jam (orientasi negatif). Apabila arah
keliling itu berlawanan dgn arah putaran jarum jam, mk
dikatakan ganda tiga ttk (P1,P2,P3) memiliki orientasi
berlawanan putaran jarum jam (orientasi positif). Jadi
pd Gbr 1. di atas (A,B,C) memiliki orientasi positif, dan
(A,B,C) memiliki orientasi negatif.
Sedang pd Gbr 2. (A,B,C) memiliki orientasi positif dan
(A,B,C) juga memiliki orientasi positif. Hal ini berarti
Gbr 1. (reflexi) mengubah orientasi. Sedang Gbr 2.
(rotasi) mengawetkan orientasi.
Definisi 4. 1
1. Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi
apabila utk setiap 3 ttk tak segaris (P1,P2,P3)
orientasinya sama dgn ganda (P1,P2,P3) dgn P1 =
T(P1), P2 = T(P2) dan P3 = T(P3)
2. Suatu transformasi T membalik suatu orientasi
apabila utk setiap 3 ttk tak segaris (P1,P2,P3)
orientasinya tdk sama dgn ganda (P1,P2,P3) dgn P1
= T(P1), P2 = T(P2) dan P3 = T(P3)
Definisi 4.2
Suatu transformasi dinamakan langsung apabila
transformasi itu mengawetkan orientasi. Suatu
transformasi dinamakan transformasi lawan apabila
mengubah orientasi.
Sifat penting pd Geotrans:
Teorema 4.2. Setiap reflexi pd grs adalah suatu
isometri lawan (bukti gbr 1)
Tidak setiap isometri adalah isometri lawan (gbr 2).
Rotasi pd ttk O adalah sebuah isometri langsung.
Teorema 4.3. Setiap isometri adalah sebuah isometri
langsung atau sebuah isometri lawan
PERTEMUAN 6

HASILKALI TRANSFORMASI
HASIL KALI TRANSFORMASI
Definisi: Andaikan F dan G dua transformasi
F: VV
G: VV
maka produk atau komposisi dari F dan G yg ditulis
GF didefinisikan: (GF)(P)=GF(P),PV

Teorema 6.1. Jika F: VV dan G: VV masing2


suatu transformasi, maka hasil kali H= GF: VV
adalah juga suatu transformasi
Bukti: Untuk ini akan dibuktikan 2 hal yaitu H
surjektif dan H injektif.
1). Oleh karena F transformasi mk daerah nilai F
adalah seluruh bidang V, dan daerah asal G
juga seluruh V sebab G transformasi juga.
Ambil yV; apakah ada x shg H(x)=y?
Karena G transformasi mk yV zV shg
y=G(z). Karena F suatu transformasi mk pd z
ini xV shg z=F(x). Mk y=GF(x) atau
y= (GF)(x). Jadi y=H(x). Jadi H surjektif.
2). Akan ditunjukkan bahwa kalau PQ maka
H(P) H(Q).
Andaikan H(P)=H(Q), mk GF(P)= GF(Q)
oleh karena G injektif mk F(P)=F(Q), karena
F injektif mk P=Q. Ini bertentangan dgn
pengandaian bahwa PQ. Jadi pemisalan
bahwa H(P)=H(Q) tidak benar. Sehingga
haruslah H(P) H(Q).
Catatan: Dgn jalan yg serupa dapat pula dibuktikan
hasil kali FG juga suatu transformasi.
Contoh. Andaikan G sebuah grs dan T sebuah
Transformasi T: VV yg didefinisikan sbb:
Jika Xg maka T(X)=X. Jika Xg maka T(X) adalah ttk
tengah ruas grs dari X ke g yg tegaklurus.
Jawab. (perhatikan gambar)
Ankan dibuktikan T suatu transformasi.
Bukti: ambil sebuah grs hg dan Mh adalah reflexi pd
grs h. Jadi hasilkali Mh=T(X)=Y adalah suatu
transformasi pula shg y=(Mh T)(X).
Selanjutnya, apakah hasil kali ini suatu isometri?
Bukti: Pd contoh di atas kebetulan MhT= TMh.
Untuk membuktikan, ambil gbr di atas grs g sebagai
sumbu X suatu sistem h dan g diambil sebagai ttk asal.
Andaikan X=(x,y) mk T(X)=(x,1/2y) dan Mh[T(X)]= (-
x,1/2y). Selanjutnya perhatikan (TMh)
(X)=T[Mh(X)], Kalau X=(x,y) mk Mh(X)=(-x,y) dan
T[Mh(X)]=(-x, 1/2y). Oleh karena Mh[T(X)]=T[Mh(X)]
maka (MhT)(X)= (TMh)(X)
yg berlaku untuk semua XV. Jadi MhT= TMh.
Akan tetapi sifat komutatif tersebut tidak selalu
berlaku.
Contoh: Ambil grs g danm grs h yg tidak pd g.
(perhatikan gambar)
Tampak bahwa Mh[T(X)]=T[Mh(X)]. Jadi MhT=TMh
Dari contoh tsb, dpt dikatakan bahwa jika S dan T
transformasi, maka SoT=ToS.
Hasil kali suatu transformasi tdk terbatas hanya pd dua
transformasi. Misalnya hasil kali T1 oT2 kalikan dgn T3.
Hasil kali ini ditulis T3(T2T1).
Andaikan P=T1(P), P=T2(P), P=T3(P)
maka [T3(T1T2)](P) = T3[T2T1(P)]
= T3[T2(T1(P))]
= T3[T2(P)]
= T3(P)
= P
Atau dpt pula dikalikan spt berikut:
[(T3T2)T1(P)] = (T3T2)[T1(P)]
= (T3T2)(P)
= T3[T2(P)]
= T3(P)
= P
Jadi hasil kali transformasi bersifat assosiatif.
Shg dpt dinyatakan bahwa:
T3(T2T1) = (T3T2)T1 = T3T2T1
TRANSFORMASI BALIKAN
TRANSFORMASI BALIKAN
Pada contoh terdahulu, kalau g sebuah grs dan Mg reflexi pd grs g, maka MgMg(P) =
P atau M2g(P) = P.
Jadi M2 adalah suatu transformasi yg memetakan setiap ttk pd dirinya, diseb ut
sebagai transformasi identitas. Dilambangkan dgn I. Jadi I(P) = P, P.
Jika T suatu transformasi mk TI(P) = IT(P) = T(P),P.
Begitu pula IT(P) = I[T(P)] = T(P). Jadi IT = T.
Sehingga TI = IT = T.
Dengan demikian I berperan sebagai bilangan 1 dlm operasi perkalian atau
transformasi-transformasi.
Kalau ada transformasi balikan T kita tulis sebagai T-1. Jadi T T-1 = T-1T = I.
Teorema 7.1
Setiap transformasi T memiliki balikan.
Bukti: Andaikan T suatu transformasi. Kita definisikan
padanan L sbb: Andaikan XV, V bidang. Olehkarena
T suatu transformasi, mk T bijektif. Jadi ada
prapeta AV shg T(A) = X.
Selanjutnya disebut L(X) = A, artinya L(X) adalah
prapeta dari X. Shg dari T(A) = X T[L(X)] = X atau
(TL)(X) = I(X); XV. Ini berarti TL = I.
Selanjut nya akan dibuktikan (LT)(X) = L[T(X)].
Andaikan T(X) = B, mk L(B) = X. Jadi L[T(X)]=L(B)=X.
Jadi pula (LT)(X)=X=I(X), XV. Jadi LT = I.
Sehingga TL = LT = I.
Sekarang adib bahwa L suatu transformasi.
Dari definisi jelas L suatu padanan yg surjektif.
Andaikan L(X1) = L(X2) dan andaikan T(A1) = X1,
T(A2) = X2 dengan L(X1) = A1 dan L(X2) = A2
olehkarena T suatu transformasi mk karena A1 = A2
kita peroleh X1 = X1. Jadi L(X1) = L(X2), X1 = X1.
Sehingga L injektif.
Dengan demikian terbukti bahwa L bijektif. Jadi L
suatu transformasi. Transformasi L ini disebut
transformasi balikan dari transformasi T. Jadi L = T-1
Contoh 1. Perhatikan gambar.
Ada 2 grs g dan h yg sejajar dan ttk A padanan S
ditentukan sbb: S(P) = PA h, Pg dan
T(Q)= QA g, Qh
Jadi daerah asal S adalah grs g dan daerah asal T
adalah grs h. Sedangkan daerah nilai S adalah h
dan daerah nilai T adalah g.
Untuk Pg, mk (TS)(P) = T[S(P)] = P = IP dan
untuk Qh, mk (ST)(Q) = S[T(Q)] = Q = IQ
shg TS = ST = I. Ini berarti T balikan S dan S
balikan T.
Contoh 2. Pada suatu sistem sumbu ortogonal
XOY, didefinisikan transformasi F dan G sbb:
P(x,y), F(P) = (x + 2, y) dan G(P) = (x-2, 2y)
shg (FG)(P) = F[G(P)] = F[(x-2, 2y)] = (x,y) = P
dan (GF)(P) = G[F(P)] = G[(x + 2, y)] = (x,y) = P
Jadi (FG)(P) = (GF)(P) = P = IP, P.
Atau FG = GF = I. Jadi F dan G balikan satu sama
lain, ditulis G = F-1.
Teorema 7.2 Setiap transformasi memiliki hanya
satu balikan.
Bukti: Andaikan T suatu tranaformasi dgn dua
balikan S1 = S2. Jadi (S1T)(P) = (TS1)(P) = I(P), P.
dan (S2T)(P) = (TS2)(P) = I(P), P.
Sehingga, (TS1)(P) = (TS2)(P) T[S1(P)] = T[S2(P)]
karena T transformasi mk S1(P) = S2(P),P
sehingga S1 = S2. Jadi balikan T adalah S1 = S2 = S.
Teorema 7.3. Balikan setiap pencerminan pd grs
adalah pencerminan itu sendiri.
Bukti: Andaikan pencerminan pd grs g adalah Mg.
Andaikan Mg(X) = Y, Xg mk Mg[Mg(X)] = X atau
(MgMg)(X) = I(X), Xg. Jadi Mg Mg = I.
Kalau Xg mk Mg(X) = X, shg Mg(X) = Mg[Mg(X)]
atau Mg Mg = I. Jadi X diperoleh Mg Mg = I.
Dengan demikian Mg-1 = Mg.
Definisi: Suatu transformasi yg balikannya adalah
transformasi itu sendiri dinamakan INVOLUSI.
Teorema 7.4. Apabila T suatu transformasi-
transformasi, maka (T S)-1 = S-1 T-1.
Bukti: Diketahui bahwa (T S)-1 = T-1 S-1 = I
Tetapi (S-1 T-1) (T S) = S-1 (T-1 T) S = S-1 I S
= S-1 S = I olehkarena suatu transformasi hanya
satu balikan maka (T S)-1 = S-1 T-1
Jadi balikan hasil kali transformasi adalah hasil kali
balikan-balikan transformasi dgn urutan yg terbalik.
Contoh 3. Pada sebuah sistem sumbu ortogonal
ada grs g = (x,y)x=y dan h=(x,y)y=0
Tentukan P shg (MhMg)(P) = R dgn R=(2,-7)
Jawab: Andaikan P=(x,y)
Diperoleh berturut-turut (Mg-1Mh-1)(MhMg)(P)
= (Mg-1Mh-1)(R). Jadi P = Mg-1[Mh-1(R)].
Olehkarena R=(2,-7) dan Mh-1 = Mh maka
Mh-1(R)= Mh(R) = (2,-7) sehingga
Mg-1.Mh-1(R)= Mg-1(2,-7)= Mg(2,-7)=(-7,2)
Jadi P=(-7,2)
SETENGAH PUTARAN
SETENGAH PUTARAN
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa suatu pencerminan
pd grs adalah suatu involusi.
Demikian pula setengah putaran mengelilingi sebuah ttk adalah
suatu involusi. Olehkarena itu setengah putaran juga dinamakan
reflexi.
(Perhatikan Gambar)
Definisi: Sebuah stengah putaran pd suatu ttk A adalah suatu
padanan SA yg didefinisikan untuk setiap ttk pd bidang sebagai
berikut:
1. Apabila PA maka SA(P) = P sehingga A ttk tengah
ruas grs PP
2. SA(A) = A
Teorema 8.1. Apabila A sebuah ttk g dan h dua grs tegak
lurus berpotongan di A, mk SA = MgMh.
Bukti:
Olehkarena g tegak lurus h, mk dpt dibuat sebuah sistem
sumbu ortogonal dgn g sebagai sumbu X dan h sebagai
sumbu Y, dan A sebagai ttk asal. (Perhatikan Gambar)
Akan dibuktikan bahwa untuk setiap P berlaku
SA(P)=MgMh(P).
Andaikan P(x,y) A dan andaikan pula
SA(P)=P(x1 ,y1). Oleh karena A ttk tengah PP mk
(0,0)=[1/2(x1 , x),1/2(y1 , y)] sehingga x1 + x = 0 dan y1 + y =
0 atau x1 = -x dan y1 = -y.
Jadi SA(P)=P(-x ,-y).
Perhatikan sekarang komposisi pencerminan.
(MgMh),(P) = mg[Mh(P)] = Mg(-x,y) = (-x,-y).
Jadi kalau PA, mk SA(P)=MgMh(P).
Jika P = A, mk MgMh(A)= Mg(A)=A. Sedangkan
SA(A)=A. Jadi juga MgMh(A) = SA(A). Sehingga
untuk setiap P pd bidang berlaku
MgMh(A)=SA(A). Ini berarti MgMh = SA
Teorema 8.2. Jika g dan h dua grs saling tegak
lurus maka MgMh=MhMg.
Bukti: Jika P=A, mk MgMh(A)=Mg(A)=A
Juga MhMg(A)=Mh(A)=A. Shg MgMh(A)=MhMg(A).
Untuk PA, mk MgMh=SA.
Selanjutnya MhMg(P)=Mh(x,-y)=(-x,-y)=SA(P)
Jadi MgMh = SA. Shg diperoleh MgMh=MhMg.
Ini berarti bahwa komposisi pencerminan terhadap
dua grs yg tegak lurus adalah komutatif.
Teorema 8.3. Jika SA setengah putaran, mk SA-1= SA
Bukti: Andaikan g dan h dua grs yg saling tegak lurus, mk MgMh=SA
dgn A ttk potong antara g dan h. Jadi (MgMh)-1=Mh-1Mg-1 = SA-1
oleh karena Mh-1= Mh dan Mg-1 = Mg, maka
MhMg = SA-1.
Menurut Teorema 8.2 MgMh=MhMg oleh karena g tegak lurus h.
Jadi SA-1= MgMh = SA.
Teorema 8.4. Jika A=(a,b) dan P(x,y) maka
SA(P) = (2a-x , 2b-y)
Buktikan!!
SETENGAH PUTARAN (LANJUTAN)
SETENGAH PUTARAN (LANJUTAN)
Pada bab terdahulu telah dibicarakan pencerninan
terhadap grs g dinamakan Mg yg didefinisikan:
1) Mg(A) = A, Ag
2) Mg(P) = P, yg bersifat bahwa g adalah
sumbu ruas garis PP
Perhatikan, bahwa semua ttk Ag, A berimpit dgn
petanya. Ttk demikian dinamakan ttk tetap (ivarian) reflexi.
Definisi:
A dinamakan ttk tetap (ivarian) transformasi T apabila
berlaku T(A) = A.
Jadi sebuah reflexi pd grs g memiliki takhingga benyaknya
ttk-ttk tetap, yaitu semua ttk pd sumbu reflexi g.
Selanjutnya, telah diketahui bahwa apabila S A adalah setengah
putaran dgn A sebagai pusat, mk SA dapat disajikan sebagai hasil kali
dua reflexi pd g dan h dgn ttk potong A dan gh .
Jadi SA = MgMh.
Oleh karena setiap reflexi adalah suatu isometri, mk S A juga suatu
isometri. Dan suatu isometri memetakan grs menjadi grs pula.
Definisi: Sebuah transformasi T yg bersifat bahwa sebuah grs petanya
juga grs dinamakan kolinear.
Oleh karena suatu reflexi adalah suatu kolineasi mk setengah putaran
juga suatu kolineasi. Ini diperkuat bahwa setiap isometri adalah suatu
kolineasi. Diantara kolinasi-kolineasi ada yg disebut dilatasi.
Definisi: Suatu kolineasi dinamakan suatu dilatasi
apabila untuk setiap grs g berlaku sifat
(g)g. Salah satu contoh adalah setengah
putaran.
Teorema 8.5
Andaikan SA suatu setengah putaran, dan g sebuah
grs. Apabila Ag mk SA(g)g.
Bukti: (perhatikan gbr)
Andaikan Pg, mk A ttk tengah ruas garis PP dgn
P= SA(P). Andaikan Qg, mk A ttk tengah ruas grs
QQ, dgn Q= SA(Q), mk APQ = APQ sebuah jajar
genjang. Ini berarti bahwa PQ PQ.
Jadi g SA(g).
Contoh: Diketahui dua grs g dan h yg tidak sejajar.
A sebuah ttk yg tidak terletak pada g atau h.
Tentukan semua ttk X pd g dan semua ttk Y pd h
shg A ttk tengah ruas grs XY.
Jawab. (perhatikan gbr)
Ambil sebuah ttk Pg. Lukis P= SA(P). Maka
g=SA(g) akan melalui P dan PA=AP, gg.
Jika g memotong h di Y kita tarik grs YA yg
memotong g di X. mk X dan Y pasangan ttk yg
dicari dan tampak ini satu-satunya pasangan.
Suatu setengah putaran dgn pusat P memiliki hanya satu ttk tetap yaitu P.
Ada pula suatu transformasi yg setiap ttk pd bidang adalah ttk tetap
transformasi itu. Tetapi ada pula suatu transformasi yg tidak memiliki ttk
tetap.
Teorema 8.7. Hasil kali dua setengah putaran dgn pusat-pusat yg berbeda,
tdk memiliki ttk tetap.
Bukti: Andaikan A dan B pusat-pusat setengah putaran tsb. Andaikan g = AB
dan andaikan h dan k grs-grs tegak lurus pd AB di A dan di B. mk berturut-
turut diperoleh:
SASB = (Mh Mg )(MgMk )
= [(Mh Mg )Mg]Mk
= [Mh (MgMg )]Mk
= Mh I Mk = (Mh I )Mk = Mh Mk
(Perhatikan gbr)
Andaikan X ttk ivarian SASB. Jadi SASB(X)=X
Sehingga MhMk(X)= X. Jadi pula Mh[(MhMk)(X)= Mh(X) atau
[MhMh)Mk(X)]= Mh(X)
IMk(X)= Mh(X) atau Mk(X)= Mh(X)
Andaikan Mk(X)= X1. Andaikan pula X X1. Dalam hal ini h
dan k adalah sumbu dari ruas grs X X1 Oleh karena ruas grs
memiliki hanya satu sumbu, mk h = k. Ini tdk mungkin
sebab AB.
Andaikan X = X1, maka Mk(X)= X dan Mh(X)= X. Jadi Xk dan
Xh yg berarti bahwa h dan k berpotongan di X. Ini tak
mungkin sebab hk. Bagaimanapun tdk mungkin ada
sebuah ttk X shg Mk(X)= Mh(X) atau SASB(X)=X. Jadi hasil kali
SASB tidak memiliki ttk tetap.
Teorema 8.7
Jika AB adalah dua ttk mk hanya ada satu
setengah putaran yg memetakan A pada B.
Bukti: Andaikan ada dua setengah putaran SDSE
sehingga SD(A) = B dan SE(A) = B.
Jadi SD(A) = SE(A) maka SD-1[SD(A)] = SD-1[SE(A)].
Karena SD-1 = SD maka A = SD[SE(A)]
Jadi apabila D dan E berbeda, mk ini berarti A
adalah ttk tetap dari hasil kali SDSE. Ini tak mungkin.
Yang artinya tidak ada lebih dari satu setengah
putaran yg memetakan A pada B. Satu-satunya
setengah putaran adalah ST(A) = B dgn T ttk tengah
ruas grs AB.
Teorema 8.8
Suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yg
bersifat involutorik.
Bukti: Andaikan P pusat setengah putaran SP.
Akan dibuktikan dua hal:
1) Kalau g sebuah grs maka SP(g)g.
2) SPSP = I, dgn I transformasi identitas.
(perhatikan gbr)
1) Jelas bahwa SP(g) = g suatu grs. Andaikan Ag,
Bg maka Ag, Bg dan PA = PA, PB = PB,
sedangkan m(APB) = m(APB) sehingga PAB
PAB. Jadi m(BAP)=m(BAP). Ini berarti
gSP(g). Jadi SP sebuah dilatasi.
2) Oleh karena SPSP(A) = SP(A) = A untuk setiap ttk
Ag maka SPSP(g) = I(g).
Jadi SPSP = I. Ini berarti SP bersifat involutorik.
Teorema 8.9
Apabila T suatu transformasi, H himpunan ttk-ttk
dan A sebuah ttk, mk AT(H) jika dan hanya jika T-
1(A)H.

Bukti:
1) Andaikan AT(H), jadi ada XH sehingga A =
T(X) mk T-1(A) = T-1[T(X)] = (T-1T)(X) = I(X) = X.
Jadi T-1(A)H.
2) Andaikan T-1(A)H. Ini berarti bahwa T[T-
1(A)]T(H) atau AT(H)
RUAS GARIS BERARAH
RUAS GARIS BERARAH
Definisi dan Sifat-sifat Sederhana
Definisi: Suatu ruas (garis) berarah adalah sebuah
ruas garis yg salah satu ujungnya dinamakan ttk
pangkal dan ujung yg lain dinamakan ttk akhir.
Apabila A dan B dua ttk, lambang AB disebut ruas
garis berarah dgn pangkal A dan ttk akhir B.
Sedangkan AB dapat menggambarkan sinar atau
setengah grs yg berpangkal di A dan melalui B.
Dua ruas grs AB dan CD disebut kongruen apabila
AB = CD ditulis ABCD.
Andaikan ada dua ruas grs berarah AB dan CD. Dalam
membandingkan dua ruas grs berarah AB dan CD tidaklah cukup
kalau AB = CD, kedua ruas grs berarah itu juga searah. Jika
demikian, kita mengatakan bahwa ruas grs berarah AB dan CD
ekivalen.
Definisi: AB = CD apabila SP(A)=D dengan P titik tengah BC
(perhatikan gbr)
Teorema 9.1
Andaikan AB dan CD dua ruas grs berarah yg tidak segaris, mk
segi-4 ABCD sebuah jajar genjang jhj AB=CD.
Bukti: (lihat gbr di atas)
1) Andaikan AB=CD. Jika P ttk tengah BC, mk SP(A)=D menurut
definisi ke-ekivalenan. Diagonal-diagonal segi-4 ABCD membagi
sama panjang di P. Ini berarti ABCD sebuah paralelogram.
2) Andaikan ABCD sebuah paralelogram. Mk
diagonal-diagonal AD dan BC berpotongan di ttk P.
shg SP(A)=D sebuah P ttk tengah AD maupun ttk
tengah BC. Jadi AB = CD
Akibat: Jika AB = CD mk AB = CD dan AB dan CD
sejajar atau segaris.
Teorema 9.2
Diketahui ruas-ruas grs berarah AB, CD, dan EF mk
1) AB = CD (sifat reflexi)
2) Jika AB = CD mk CD = AB (simetrik)
3) Jika AB = CD dan CD = EF mk AB = EF (transitif)
Catatan: sebuah reflexi yg memiliki ketiga sifat tsb
dinamakan reflexi ke-ekivalenan.
Teorema 9.3
Diketahui sebuah ttk P dan sebuah ruas grs
berarah AB, mk ada ttk tunggal Q sehingga
PQ=AB. (perhatikan gbr)
Bukti: Untuk membuktikan keberadaan Q,
andaikan R ttk tengah BP.
Jika Q = SR(A) mk AB = PQ atau PQ = AB
untuk membuktikan ketunggalan Q, andaikan AB
= PT. Jika SR(A) = T oleh karena R ttk tengah BP.
Berhubung peta A oleh SR tunggal, mk T = Q.
Ini berarti PQ satu-satunya ruas grs berarah dgn
pangkal P dan ttk akhir Q yg ekivalen dgn AB.
Akibat 1: Jika P1(x1, y1), P2(x2, y2), dan P3(x3, y3),
ttk-ttk yg diketahui mk ttk
P(x3 + x2 x1, y3 + y2 y1) adalah tunggal shg
P3P = P1P2
Akibat 2: Jika Pn(xn, yn), n = 1,2,3,4 maka
P1P2 = P3P jhj x2 x1 = x4 x3 y2 y1= y4 y3
Definisi: Andaikan AB sebuah ruas garis berarah dan
k suatu bilangan real. Mk k AB adalah ruas grs berarah
AP sehingga PAB dan AP = k(AB) kalau k 0. Apabila
k 0 maka k AB adalah ruas grs berarah AP dgn P
anggota sinar yg berlawanan arah dgn AB sedangkan
AP = |k|AB. Dikatakan bahwa AP adalah kelipatan AB.

Anda mungkin juga menyukai