Anda di halaman 1dari 26

INFEKSI CHLAMYDIA

Disusun oleh :
Anna Rinanta Ginting
1161050061

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Periode 08 may- 10 juni 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


JAKARTA 2017
Infeksi Chlamydia
Chlamydia adalah infeksi penyakit menular seksual dapat
diobati dengan mudah.
Menurut CDC pada tahun 2009, tingkat infeksi klamidia
menular seksual di Amerika Serikat adalah 426 kasus per
populasi 100.000.
Pada wanita, Chlamydia menyebabkan infeksi di mulut
rahim, sedangkan pada pria, menyebabkan infeksi di
urethra.Sebanyak 75 persen penderitanya tanpa gejala

Pendahuluan
Klasifikasi Spesies Chlamydia

Chlamydia Chlamydia
psittaci muridarum

Chlamydia Chlamydia
trochomatis pneumoniae
4
1. Perlekatan awal partikel infeksius, atau
elementary body (EB), pada sel inang (host)
2. EB masuk ke dalam sel
3. Perubahan morfologis menjadi reticulate
particle, dengan pertumbuhan intraseluler dan
replikasi
4. Perubahan reticulate particle menjadi EB
5. Pelepasan partikel infeksius

Siklus perkembangan
Chlamydia merupakan mikroorganisme dengan
struktur yang kompleks yang memiliki dinding sel
dan membran sangat mirip dengan dinding sel
bakteri gram negatif.
Membran luar Chlamydia mengandung major
outer membrane protein (MOMP)

Morfologi dan komposisi


Imunologi

Chlamydia merupakan organisme yang sangat kompleks,


yang mengandung antigen
Antigen ini berperan dalam reaksi complement-fixing

Antigen spesifik-genus utama yang telah diidentifikasi


adalah lipopolisakarida (LPS)

T**
Patogenesis
Patogenesis beberapa infeksi Chlamydia masih belum
dijelaskan sepenuhnya. Chlamydia tidak dapat
mempenetrasi kulit yang utuh tetapi masuk melalui
laserasi kecil dan abrasi.
Proses penyakit dan manifestasi klinis infeksi Chlamydia
kemungkinan menunjukkan efek kombinasi dari
kerusakan jaringan akibat replikasi Chlamydia dan respon
inflamasi terhadap Chlamydia dan bahan nekrotik dari sel
inang yang rusak
Hasil akhir patologis yang umum dari infeksi Chlamydia
adalah pembentukan jaringan parut pada membran
mukosa yang dikenai.
Manifestasi klinis

Infeksi Urogenital pada Pria

a. Uretriris
Secara klinis, uretritis non gonore (UNG) positif
Chlamydia dan negatif Chlamydia tidak dapat dibedakan
berdasarkan gejala dan tanda. Keduanya biasanya timbul
setelah 7 21 hari masa inkubasi dengan disuria dan sekret
uretra sedang-berat, berwarna keputihan atau jernih.
b. Epididimitis
nyeri skrotal unilateral, pembengkakan, dan demam
c. Proktitis
Nyeri rektal, perdarahan, sekret mukus, dan diare
d) Sindrom Reiter.
Trias klasik dari sindrom Reiter adalah uretritis, artritis,
dan konjungtivitis.
Infeksi Urogenital pada Wanita

a. Servisitis.
sekret mukopurulen dan ektopi hipertropi .Ektopi
hipertropik merupakan suatu daerah ektopi yang
edematosa, kongesti, dan mudah berdarah.
b. Uretritis.
Meskipun gejala uretral mungkin timbul pada
beberapa wanita dengan infeksi Chlamydia,
kebanyakan pasien klinik IMS (infeksi menular
seksual) wanita dengan infeksi Chlamydia uretra
tidak mengalami disuria atau frekuensi.
c. Bartolinitis
Seperti gonokokkus, C. trachomatis dapat
menimbulkan infeksi eksudatif duktus Bartolin.
d. Salpingitis.
e. Perihepatitis (Sindrom Fitz-Hugh-Curtis)
nyeri kuadran atas kanan, demam, mual, atau
muntah. Bukti salpingitis mungkin dijumpai atau
tidak dijumpai pada pemeriksaan.
Lesi primer
papul, ulkus atau erosi, lesi herpetiform kecil, atau
uretritis non spesifik.
Tempat yang paling sering pada pria adalah sulkus
koronal, kemudian frenum, preputium, penis, urethral
glans, dan skrotum.
Lesi LGV primer pada pria dapat berkaitan dengan
limfangitis pada dorsal penis dan pembentukan nodul
limfangial yang nyeri dan besar, atau bubonulus.

Limfagranuloma venerum (LGV)


Limfangitis sangat sering disertai dengan edema lokal dan
regional, yang dapat menimbulkan fimosis pada pria dan
pembengkakan genital pada wanita.

Pada wanita, paling sering dijumpai pada dinding vagina


posterior, fourchette, posterior lip serviks, dan vulva

Servisitis dan uretritis mungkin merupakan manifestasi


LGV primer yang lebih sering
Sindrom Inguinal

Inflamasi dan pembengkakan kelenjar limfe inguinal


Masa inkubasi untuk manifestasi ini adalah 10-30
hari.
massa yang keras, nyeri yang membesar dalam 1-2
minggu. Kulit menjadi kemerahan dan kemudian
melekat dengan permukaan tumor. Nyeri kemudian
terasa berdenyut, dapat terjadi demam. Dengan
membesarnya bubo, pasien pria mengeluhkan nyeri
berat pada pangkal paha. Dalam 1-2 minggu bubo
mengalami fluktuasi, dan kulit di atas bubo secara
khas berwarna pucat kelabu (blue balls) yang
menimbulkan ruptur bubo.
Sindrom Anogenitorektal
proktokolitis dan hiperplasia jaringan limfatik intestinal
dan perirektal (limforoid).
Manifestasi kronis atau lambat adalah abses perirektal,
fistula iskiorektal dan rektovaginal, fistula anal, dan striktur
rektal atau stenosis.
Mukosa menjadi hiperemis setelah beberapa minggu dan
mudah berdarah bila mengalami trauma. Ulserasi multipel,
diskret, superfisial dengan tepi tidak teratur tampak pada
mukosa dan secara bertahap digantikan oleh jaringan
granulasi.
Diagnosis banding

Secara klinis, uretritis non gonore (UNG) positif


Chlamydia dan negatif Chlamydia tidak dapat dibedakan
berdasarkan gejala dan tanda.
LGV primer perlu dibedakan dengan ulkus chancroid dan
ulkus granuloma inguinal, dimana ulkus chancroid
biasanya lebih besar dan lebih nyeri, sedangkan ulkus
granuloma inguinal memiliki banyak jaringan granulasi
yang rapuh dan tidak dijumpai limfadenitis yang berkaitan.
Pemeriksaan penunjang

Kultur Tes deteksi


antigen

Tes deteksi Serologi


asam nukleat
18
Diagnostik pada infeksi Chlamydia Tracomatis dapat

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
sedangkan diagnosis LGV biasanya didasarkan pada:

complement fixation test atau tes serologis lain


positif
isolasi Chlamydia LGV dari jaringan dan

sekresi yang terinfeksi pada tikus, embryonated


DIAGNOSIS eggs, atau kultur jaringan
identifikasi histologis Chlamydia pada jaringan

yang terinfeksi
demonstrasi Chlamydia secara PCR atau NAAT

yang lain pada sekresi atau jaringan yang


terinfeksi.
PENATALAKSANAAN

Azitromisin (Zithromax), 1 g (dosis tunggal)


Infeksi genitourinari
atau
yang tidak rumit
Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama tujuh
hari
Alternatif:
Eritromisin, 500 mg empat kali sehari
selama tujuh hari
Erythromycin ethylsuccinate, 800 mg empat
kali sehari selama tujuh hari
Levofloxacin (Levaquin), 500 mg sekali
sehari selama tujuh hari
Ofloxacin (Floxin), 300 mg dua kali sehari
(atau 600 mg sekali sehari) selama 7 hari
Azitromisin, 1 g (dosis tunggal)
Infeksi selama kehamilan
atau
Amoksisilin, 500 mg tiga kali sehari selama tujuh hari
Alternatif:
Eritromisin, 500 mg empat kali sehari selama
tujuh hari, atau 250 mg empat kali sehari selama
14 hari
Erythromycin ethylsuccinate, 800 mg empat kali
sehari selama tujuh hari, atau 400 mg empat kali
sehari selama 14 hari.
Artritis reaktif kronis Doxycycline, 100 mg dua kali sehari, ditambah
rifampisin, 300 mg sekali sehari selama enam bulan

atau
Azitromisin, 500 mg sekali sehari selama lima hari,
kemudian 500 mg dua kali seminggu, ditambah
rifampisin, 300 mg sekali sehari selama enam bulan.
Lymphogranuloma Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama 21 hari
venereum Alternatif:
Eritromisin, 500 mg empat kali sehari selama 21
hari
Azitromisin, 1 g sekali seminggu selama tiga
minggu
Infeksi paru neonatal Erythromycin atau eritromisin etilsufenin, 50 mg per kg
setiap hari dalam empat dosis terbagi selama 14 hari.

Infeksi okular: ophthalmia Erythromycin atau eritromisin etilsufenin, 50 mg per kg


neonatorum setiap hari dalam empat dosis terbagi selama 14 hari.

Konjungtivitis inklusi Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama satu sampai tiga
dewasa minggu
atau
Eritromisin, 250 mg empat kali sehari selama satu sampai
tiga minggu
Trachoma Azitromisin, 1 g (dosis tunggal)
atau
Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama 21 hari
KOMPLIKASI

penyakit radang panggul, infertilitas, atau


perihepatitis (sindrom Fitz-Hugh-Curtis), nyeri
pelvis kronis dan kehamilan ektopik. Infeksi selama
kehamilan meningkatkan risiko terjadinya
keguguran, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
berat lahir rendah, dan kematian bayi.
Pada pria, konsekuensinya meliputi
epididymoorchitis, yang mengakibatkan infertilitas
Artritis reaktif (sindrom Reiter), tiga serangkai
artritis aseptik, uretritis nongonokokal, dan
konjungtivitis, juga dapat terjadi..
Penanganan dini terhadap infeksi urogenital dengan
antibiotik yang sesuai memberikan prognosis yang
baik dan mengurangi resiko komplikasi jangka
panjang, seperti infertilitas akibat PRP.
Pada LGV, terapi antibiotik, jika diberikan segera,
bersifat kuratif, dimana sindrom anorektal akut
memberi respon lebih dramatis daripada sindrom
genital akut.

Prognosis
KESIMPULAN
C. trachomatis merupakan suatu organisme nonmotile, gram
negatif, intraseluler obligat yang dapat menyebabkan infeksi
saluran urogenital, konjungtivitis kronis dan LGV tergantung
pada serotipenya.
Infeksi Chlamydia dapat bersifat asimtomatis, dimana pada
wanita, hal ini dapat mengakibatkan skuele yang parah seperti
penyakit radang panggul (PRP), yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas tubal, dan pria
dapat mengalami epidydimoorchitis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium yang mendukung.
Penanganan dini dengan antibiotik yang sesuai diperlukan dan
dapat mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai