Disusun oleh :
Anna Rinanta Ginting
1161050061
Pendahuluan
Klasifikasi Spesies Chlamydia
Chlamydia Chlamydia
psittaci muridarum
Chlamydia Chlamydia
trochomatis pneumoniae
4
1. Perlekatan awal partikel infeksius, atau
elementary body (EB), pada sel inang (host)
2. EB masuk ke dalam sel
3. Perubahan morfologis menjadi reticulate
particle, dengan pertumbuhan intraseluler dan
replikasi
4. Perubahan reticulate particle menjadi EB
5. Pelepasan partikel infeksius
Siklus perkembangan
Chlamydia merupakan mikroorganisme dengan
struktur yang kompleks yang memiliki dinding sel
dan membran sangat mirip dengan dinding sel
bakteri gram negatif.
Membran luar Chlamydia mengandung major
outer membrane protein (MOMP)
T**
Patogenesis
Patogenesis beberapa infeksi Chlamydia masih belum
dijelaskan sepenuhnya. Chlamydia tidak dapat
mempenetrasi kulit yang utuh tetapi masuk melalui
laserasi kecil dan abrasi.
Proses penyakit dan manifestasi klinis infeksi Chlamydia
kemungkinan menunjukkan efek kombinasi dari
kerusakan jaringan akibat replikasi Chlamydia dan respon
inflamasi terhadap Chlamydia dan bahan nekrotik dari sel
inang yang rusak
Hasil akhir patologis yang umum dari infeksi Chlamydia
adalah pembentukan jaringan parut pada membran
mukosa yang dikenai.
Manifestasi klinis
a. Uretriris
Secara klinis, uretritis non gonore (UNG) positif
Chlamydia dan negatif Chlamydia tidak dapat dibedakan
berdasarkan gejala dan tanda. Keduanya biasanya timbul
setelah 7 21 hari masa inkubasi dengan disuria dan sekret
uretra sedang-berat, berwarna keputihan atau jernih.
b. Epididimitis
nyeri skrotal unilateral, pembengkakan, dan demam
c. Proktitis
Nyeri rektal, perdarahan, sekret mukus, dan diare
d) Sindrom Reiter.
Trias klasik dari sindrom Reiter adalah uretritis, artritis,
dan konjungtivitis.
Infeksi Urogenital pada Wanita
a. Servisitis.
sekret mukopurulen dan ektopi hipertropi .Ektopi
hipertropik merupakan suatu daerah ektopi yang
edematosa, kongesti, dan mudah berdarah.
b. Uretritis.
Meskipun gejala uretral mungkin timbul pada
beberapa wanita dengan infeksi Chlamydia,
kebanyakan pasien klinik IMS (infeksi menular
seksual) wanita dengan infeksi Chlamydia uretra
tidak mengalami disuria atau frekuensi.
c. Bartolinitis
Seperti gonokokkus, C. trachomatis dapat
menimbulkan infeksi eksudatif duktus Bartolin.
d. Salpingitis.
e. Perihepatitis (Sindrom Fitz-Hugh-Curtis)
nyeri kuadran atas kanan, demam, mual, atau
muntah. Bukti salpingitis mungkin dijumpai atau
tidak dijumpai pada pemeriksaan.
Lesi primer
papul, ulkus atau erosi, lesi herpetiform kecil, atau
uretritis non spesifik.
Tempat yang paling sering pada pria adalah sulkus
koronal, kemudian frenum, preputium, penis, urethral
glans, dan skrotum.
Lesi LGV primer pada pria dapat berkaitan dengan
limfangitis pada dorsal penis dan pembentukan nodul
limfangial yang nyeri dan besar, atau bubonulus.
yang terinfeksi
demonstrasi Chlamydia secara PCR atau NAAT
atau
Azitromisin, 500 mg sekali sehari selama lima hari,
kemudian 500 mg dua kali seminggu, ditambah
rifampisin, 300 mg sekali sehari selama enam bulan.
Lymphogranuloma Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama 21 hari
venereum Alternatif:
Eritromisin, 500 mg empat kali sehari selama 21
hari
Azitromisin, 1 g sekali seminggu selama tiga
minggu
Infeksi paru neonatal Erythromycin atau eritromisin etilsufenin, 50 mg per kg
setiap hari dalam empat dosis terbagi selama 14 hari.
Konjungtivitis inklusi Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama satu sampai tiga
dewasa minggu
atau
Eritromisin, 250 mg empat kali sehari selama satu sampai
tiga minggu
Trachoma Azitromisin, 1 g (dosis tunggal)
atau
Doxycycline, 100 mg dua kali sehari selama 21 hari
KOMPLIKASI
Prognosis
KESIMPULAN
C. trachomatis merupakan suatu organisme nonmotile, gram
negatif, intraseluler obligat yang dapat menyebabkan infeksi
saluran urogenital, konjungtivitis kronis dan LGV tergantung
pada serotipenya.
Infeksi Chlamydia dapat bersifat asimtomatis, dimana pada
wanita, hal ini dapat mengakibatkan skuele yang parah seperti
penyakit radang panggul (PRP), yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas tubal, dan pria
dapat mengalami epidydimoorchitis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium yang mendukung.
Penanganan dini dengan antibiotik yang sesuai diperlukan dan
dapat mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.
THANKYOU