(Purwaningsih, Endang.2013)
1.2 ETIOLOGI
Faktor Genetik
Obat Hormon
Infeksi
1.3 PATOFISIOLOGI
Proses dasar: melibatkan perekrutan sel-sel Th yang bekerjasama dengan
sel-sel B autoreaktif atau prekursor sel T sitotoksik untuk memacu respon
imun perusak diri sendiri
MEKANISME TERJADINYA
PENYAKIT AUTOIMUN
Mediasi Mediasi
Mediasi Difisiensi
Immune Antibodi dan Sel
Antibodi T Komplemen
Kompleks
1.4 KLASIFIKASI
Penyakit Organ Antibodi terhadap Tes diagnosis
(Dorland, 2015)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi RA relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1% di seluruh dunia. insidensi
dan prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai
grup etnik dalam suatu negara. Misalnya, masyarakat asli Ameika, Yakima, Pima,
dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara dilaporkan memiliki rasio prevalensi dari
berbagai studi sebesar 7%. Prevalensi ini merupakan prevalensi tertinggi di dunia.
Beda halnya, dengan studi pada populasi di Afrika dan Asia yang menunjukkan
prevalensi lebih rendah 10 sekitar 0,2%-0,4% (Longo, 2012). Prevalensi RA di India
dan di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%.
RA adalah penyakit inflamasi reumatik yang paling sering dengan prevalensi 0,5%
sampai 0,8% pada populasi dewasa. Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga
30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita
dewasa
2.3 ETIOLOGI
Arthritis Reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik
kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor yang dianggap mencetuskan
penyakit ini yaitu faktor genetik, hormon sex, protein heat shock(HSP) dan beberapa
factor resiko.
Hormon HSP
Genetik Faktor Genetik Faktor Resiko
Seks (Heat Shock Protein)
2.4 PATOFISIOLOGI
2.5 KRITERIA DIAGNOSIS
2.6 DIAGNOSIS BANDING
Artritis terinduksi-kristal
Artritis reaktif
Artritis traumatik
2.7 KOMPLIKASI
-Anemia
-Kanker
-Komplikasi Kardiak
-Penyakit tulang belakang leher (cervical spine disease)
-Gangguan mata
-Pembentukan Fisura
-Peningkatan Infeksi
-Deformitas sendi tangan
-Komplikasi Pernafasan
-Nodul Reumatoid
-Vaskulitis (Suarjana, I Nyoman.2015)
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi Farmako
Dalam jurnal The Global Burden Of Rheumatoid Arthritis In The Year 2000, Obat-obatan dalam terapi RA
terbagi menjadi lima kelompok, yaitu :
1. NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan sendi.
2. Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat dan Sulphasalazine. Obat-obatan ini
merupakan golongan DMARD. Kelompok obat ini akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit 20 dan
mengurangi respon fase akut. Obat-obat ini memiliki efek samping dan harus di monitor dengan hati-hati.
3. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala simptomatis dan tidak memerlukan
montoring, tetapi memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius.
4. Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi kecil untuk pasien dengan penyakit
sistemik.
5. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin inflamasi. Belum ada aturan baku
mengenai kelompok obat ini dalam terapi RA.
(Symmons, 2006)
Terapi Non-Farmako
(Sjamsuhidajat, 2010)
2.9 PROGNOSIS
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara lain: Skor fungsional yang rendah,
status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, ada riwayat keluarga dekat
menderita AR, melibatkan banyak sendi, nilai CRP atau LED tinggi saat permulaan penyakit,
RF atau anti-CCP positif, ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul
rheumatoid/manifestasi ekstraartikular lainnya. Sebanyak 30% penderita AR dengan
manifestasi penyakit berat tidak berhasil memenuhi kriteria ACR 20 walaupun sudah
mendapat berbagai macam terapi. Sedangkan penderita dengan penyakit lebih ringan
memberikan respons yang baik dengan terapi. Rasio keseluruhan penyebab kematian pada
penderita AR dibandingkan dengan populasi umum adalah 1,6. Tetapi hasil ini mungkin akan
menurun setelah penggunaan jangka panjang DMARD terbaru.
(Suarjana, I Nyoman.2015)
2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Allah SWT berfirman: dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Dan apabila aku sakit, maka Dia (Allah) akan memberikan kesembuhan... (Asy-
Syuara : 80)
Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah kalian, dan
jangan berobat dengan sesuatu yang haram. (HR. Ad-Daulabi)
Sabar memiliki keutamaan yang sangat besar di antaranya:
1. Mendapatkan petunjuk. Allah Taala berfirman:
Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.[11]
2. Mendapatkan pahala yang sangat besar dan keridhaan Allah.
Allah Taala berfirman,
sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar diberikan pahala bagi mereka tanpa batas.[12]
3. Mendapatkan alamat kebaikan dari Allah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman
baginya di dunia, sedang apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya maka Dia
menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di hari kiamat.[13]
4. Merupakan anugrah yang terbaik
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah Allah menganugrahkan kepada seseorang sesuatu pemberian yang labih baik dan lebih lapang
daripada kesabaran.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2014. Imunologi Dasar edisi 11. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p. 702, 1003
Purwaningsih, Endang. 2013. Disfungsi Telomer Pada Penyakit Autoimun. Jakarta: Jurnal
Kedokteran Yarsi. Vol 21, No. 1:041-049
Setiati, S et all. 2015. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III, Ed. VI. Jakarta: InternaPublishing
Suarjana, I Nyoman. 2015. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III, Ed. VI. Jakarta: InternaPublishing
https://almanhaj.or.id/222-keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan.html
http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdf
https://muslim.or.id/547-rahasia-sakit.html
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3880/2875
TERIMA KASIH