Anda di halaman 1dari 25

GANGGUAN STRESS PASCA

TRAUMA
Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ
Disusun oleh : Kelompok II

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016
PENDAHULUAN
Dalam penelitian terkini didaptkan bahwa dalam kehidupannya
seseorang individu , minimal akan mengalami satu peristiwa
traumatic dan 25% dari mereka yg akan tetap bertahan hidup
dikatakan akan mengalami gangguan stress pasca trauma.

Disamping gangguan stress pasca trauma mereka yg mengalami


peristiwa traumatic juga beresiko mengalami gangguan psikiatri
lainnya seperti gangguan depresi mayor,gangguan panic,gangguan
cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat.
EPIDEMIOLOGI
American Psychiatri Association memperkenalkan gangguan jiwa
disebut sebagai gangguan stress disorder(post traumatic stress
disorder/PTSD) dengan kriteria diagnosis dalam DSM III dan juga
oleh WHO yg memasukkan diagnosis ini dalam Internasional
Classification of Disease (ICD) X . Sekitar 10,3% untuk pria

dan18,3% untuk wanita .


ETIOLOGI
Gangguan stress pasca trauma didahului oleh adanya suatu
stressor berat .

Faktor predisposisnya :
gangguan psikiatrik sebelum trauma
Trauma masa kanak ( kekerasan fisik/seksual)
mudah khawatir
Ciri kepribadian ambang,paranoid,dependent,antisosial
Karakter introvert/isolasi social
Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi
Lanjutan..
Tipe kejadian yg dapat meningkatkan angka kejadian gangguan
stress pasca trauma, dikategorikan menjadi :

1. Mereka yg mengalami tindakan kekerasan interpersonal


2. Yang mengalami kecelakaan atau yg mengacam nyawa baik
alamiah atau yg dibuat manusia
3. Trauma berulang dan bersifat kronik
Karakteristik dari peristiwa traumatic yg dialami juga akan
mempengaruhi jenis reaksi psikologis yg akan terjadi
seperti :

1. Durasi dan intensitas dari stressor yg dialami


2. Derajat dalam kaitan ancaman terhadp kehidupan
seseorang
3. Berat ringannya kehilangan yg dialami ( materi/personal)
Aspek biologik dari gangguan
jasmani stres pasca trauma
Gejala

Respons Respons
biologik psikologik
Terpaparnya seseorang oleh peristiwa
traumatik akan menimbulkan respons takut
sehingga otak dengan sendirinya akan menilai
kondisi keberbahayaan peristiwa yang
dialami,serta mengorganisasi suatu respons
perilaku yang sesuai.
Aksis hipotalamus-
Sistem saraf
Amigdala hipofisis-kelenjar
parasipatis
adrenal(aksis HAP)

Mengaktivasi
Perangsang saraf
neurotransmiter dan Sistem saraf simpatis
simpatis
bahan neurokimiawi

Membatasi reaksi
Amigdala bereaksi Terjadi peningkatan
saraf simpatis pada
Diotak memberikan denyut jantung dan
beberapa jaringan
stimulus tekanan darah
oleh saraf simpatis

Dapat meningkatkan
Peristiwa traumatik
Waktu beberapa aliran darah dan Reaksi sistem saraf
yang mengancam
milidetik glukosa pada otot- parasimpatis
nyawa
otot skeletal
Kelenjar hipopisis
terangsang dan Adenocorticotropic
Aksis HPA
mensekresi hormone (ACTH)
penegeluaran

Menstimulasi
Terstimulasi oleh Cortico Releasing pengeluaran
neuropeptida otak Factor(CRP) hormon kortisol dari
kelenjar adrenal

saat menghadapi Hipotalamus


peristiwa traumatik mengeluarkan
Peningkatan
Seseorang pengeluaran
mengalami tekanan katekolamin dan
kortisol

Katekolamin berperan dalam menyediakan energi yang cukup dari beberapa organ
vital tubuh dalam bereaksi terhadap tekanan tersebut
Hormon kortisol berperan dalam menghentikan aktivasi sistem saraf simpatik dan
beberapa sistem tubuh yang bersifat defensif yang timbul akibat dari peristiwa
traumatik yang dialami olehindividu tersebut.

Pitman (1989) menghipotesiskan bahwa pada individu yang cenderung untuk


mengalami gangguan stres pasca trauma,mengalami gangguan regulasi neuropeptid
dan juga katekolamin pada otak pada waktu menghadapo pasca traumatik.
Katekolamin yang meningkat akan membuat individu tetap berada dalam kondisi
siaga terus menerus.
Hal yang berkaitan dengan aspek psikodinamik
dari gangguan stress pasca trauma
Arti subjektif dari stressor yang dialami mungkin menentukan
dampak dari peristiwa traumatik yang dialami oleh seseorang
Kejadian traumatik yang dialami mungkin mereaktivasi
konflik-konflik psikologis akibat peristiwa traumatik di masa
kanak
Peristiwa traumatik akan membuat seseorang gagal untuk
meregulasi sistem afeksinya.
Refleksi peristiwa traumatik yang dialami mungkin akan
timbul dalam bentuk somatisasi atau aleksitimia
Beberapa system defensi yang sering digunakan pada individu
dengan gangguan stress pasca trauma adalah penyangkalan,
splitting, projeksi, disosiasi dan rasa bersalah.
Model relasi objek yang digunakan adalah projeksi dan
introjeksi dari berbagai peran seperti penyelamat yang
omnipoten atau korban yang omnipoten.
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Ingatan ingatan kembali akan peristiwa
peristiwa traumatik yang pernah dialami serta
mendesak untuk timbul ke alam sadar dan
disertai adanya mimpi-mimpi buruk
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Pasien datang :
Gejala depresi Diagnosis gangguan
Ide bunuh diri stress pasca trauma
tidak akan pernah
Penarikan diri dari lingkungn sosialdibuat jika dokter tidak
pernah menanyakan
Kesulitan tidur apakah individu pernah
atau tidak pernah
Penyalahgunaan alkohol/zat adiktifmengalami peristiwa
traumatik
Keluhan fisik
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Kriteria diagnosis dari gangguan Stres Pasca
trauma berdasarkan DSM IV :
1.Individu pernah terpapar peristiwa traumatik
berupa :
Menjadi saksi mata atau berhadapan langsung

Terlibat dalam perstiwa sangat mengerikan


Gambaran Klinis dan Diagnosis

2.Peristiwa traumatik yang berulang


Bayangan, Mimpi Ilusi, halusinasi
Distress Reaksi
pikiran yang buruk bersifat
psikologis fisiologis
berulang berulang flashback

3.Perilaku penghindaran yang menetap


terhadap stimulus
Usaha Usaha Sulit ingat Merasa asing,
Penurunan
menghindari menghindari kembali aspek afek terbatas,
pikiran yang aktivitas terkait
ketertarikan
penting dalam hilang
terkait peristiwa peristiwa dalam aktivitas
peristiwa motivasi
Gambaran Klinis dan Diagnosis

4. Adanya gejala yang menetap, 2 gejala atau lebih :


Kesulitan tidur
Iritabilitas
Sulit konsentrasi
Hypervigilance
Respons yang kacau dan tidak terkendali
5. Kriteria 2, 3, 4 lebih dari 1 bulan.
Akut : durasi gejalan < 3 bulan
Kronik : 3 bulan atau lebih
Lambat : gejala muncul 6 bulan
pasca trauma
Gambaran Klinis dan Diagnosis

Kriteria diagnosis dari gangguan stres pasca


trauma berdasarkan PPDGJ III :
Diagnosis setelah 6 bulan stelah kejadian

Harus ada bayang-bayang atau mimpi-mimpi

Gangguan otonomik, afek dan tingkah laku.

Sequele menahun yang terjadi lambat setelah stess


yang luar biasa.
Skrining Rujukan

TATALAKSANA

Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi paparan (exposure
therapy)

PSIKOTERAPI

Manajemen stress (anxiety


management)
TERAPI PAPARAN

Exposure in reality, yaitu


membantu menghadapi situasi
Exposure in the imagination,
yang sekarang aman tetapi ingin
yaitu bertanya pada penderita
dihindari karena menyebabkan
untuk mengulang cerita secara
ketakutan yang sangat kuat
detail sampai tidak mengalami
(misal: kembali ke rumah
hambatan menceritakan
setelah terjadi perampokan di
rumah).
Relaxation
training

Thought Breathing
stopping retraining
MANAJEMEN
STRESS

Positive
Asser-
thinking
tiveness
dan self-
training
talk
FARMAKOTERAPI

1. Selective Serotinin Reuptake Inhibitor (SSRI)


cth: Sertralin
2. Trisiklik cth: Amitriptyline
3. Benzodiazepin cth: diazepam, clobazam
4. Antipsikotik cth: Haloperidol, Risperidon,
Chlorpromazine
Jika kaca retak, bisa direparasi atau diganti.
Jika jiwa manusia yang retak, bagaimana aku
dapat memperbaikinya?

Anda mungkin juga menyukai