Anda di halaman 1dari 70

KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT

SISWATI

PELATIHAN MANAJEMEN REKAM MEDIS


DAN INFORMASI KESEHATAN
RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Pada 16-18 Juli 2012
sis-mik 6/12/2017

Nama : Siswati
T/Tgl Lahir : Banyumas, 1955
Pekerjaan : Bagian Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan
RS.HUSADA (sejak 1993)

Pendidikan: D3 Rekam Medis, IEU Tahun 1993


S1 KesMas, UI Tahun 2001
S2 KesMas, UI Tahun 2007
Org.Profesi: Ketua Umum DPP PORMIKI 1999-2006
Anggota Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) 2011-2016

Alamat : Jl. Mangga Besar Raya No.137, Jakarta Pusat


Telp : 021-6260108 ext: 8416, Fax: 6497494
HP : 081 887 3764, E-mail:siswatiaries@yahoo.com
2
sis-mik 6/12/2017

1. Pengertian keselamatan
pasien
2. Sasaran keselamatan pasien

3
sis-mik 6/12/2017

Setelah mengikuti materi ini, peserta latih


diharapkan:
Memahami pengertian keselamatan pasien

Mampu mengimplementasi program


keselamatan pasien dalam pelayanan
rekam medis

4
6/12/2017

KESELAMATAN PASIEN RS
1. Suatu sistem di mana RS membuat
asuhan pasien lebih aman
2. Termasuk:
a. Asesmen risiko
b. Identifikasi & pengelolaan hal yg
berhubungan dg risiko pasien
c. Pelaporan & analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden & tndk
lanjut
e. Implementasi solusi utk meminimalkan--
risiko

5
6/12/2017

7 STANDAR
KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien & keluarga
3. Keselamatan pasien & kesinambungan pelayn
4. Menggunakan metode paningkatan kinerja
evaluasi & program peningkatan KP
5. Peran kepemimpinan dlm meningkatkan KP
6. Mendidik staf ttg KP
7. Komuniasi kunci bagi staf utk KP

6
6/12/2017

9 SOLUSI KPRS
1. Perhatikan nama obat, rupa, ucapan mirip
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi benar & serah terima/pengoperan
pasien
4. Pastikan tindakan benar pd sisi tubuh yg benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter & salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan
7
6/12/2017

PROGRAM
KESELAMATAN PASIEN
1. Kepercayaan pelanggan meningkat
2. Mengurangi KTD
3. Mengurangi konflik antar dr/nakes dan
pasien

a. Tuntutan dan proses hukum


b. Tuduhan malpraktek
c. Blow up massmedis opini negatif
terhadap pelayanan RS

8
6/12/2017

Keselamatan pasien
(patient safety)

Bersumber dari RM

9
6/12/2017

Masih ada
Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD)

Tuntutan Hukum
10
6/12/2017

HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PASIEN

1. Identifikasi pasien tidak tepat


2. Assesmen pasien tidak lengkap
3. Kegagalan memperoleh persetujuan
(consent)
4. Pendidikan pasien yg tidak adekuat

11
6/12/2017

8 BENAR
1. Benar nama
2. Benar tgl lahir
3. Benar orang tua
4. Benar nomor rekam medis
5. Benar catat
6. Benar simpan
7. Benar kirim
8. Benar pinjam

12
SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
(SKP)
6/12/2017

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT

I : Identifikasi pasien dengan tepat


II : Tingkatkan komunikasi yang efektif
III: Tingkatkan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
lV : Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
V : Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
VI : Kurangi risiko pasien jatuh

14
6/12/2017

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


GAMBARAN UMUM
1. Sasaran Keselamatan Pasien sebagai syarat untuk diterapkan
di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh KARS
2. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving
Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI)
3. Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien
4. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus para ahli atas permasalahan ini
5. Desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum, difokuskan pada
solusi-solusi sistem yang menyeluruh.
15
6/12/2017

SASARAN I :
KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Standar SKP.I.
Rumah sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk
memperbaiki / meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.

16
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.I.


1. Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan.
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada:
a. Pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, tidak sadar;
b. Bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit,
c. Adanya kelainan sensori atau akibat situasi lain
2. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua
kali pengecekan :
a. Identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan
b. Kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut

17
LANJUTAN.. 6/12/2017

3. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara


kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki
proses identifikasi, khususnya pada saat proses
untuk mengidentifikasi pasien ketika :
a. pemberian obat, darah / produk darah

b. pengambilan darah dan spesimen lain untuk


pemeriksaan klinis
c. memberikan pengobatan atau tindakan lain.

4. Kebijakan dan/atau prosedur: dua cara untuk


mengidentifikasi: nama pasien, nomor rekam
medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien
dengan bar-code, dll
18
6/12/2017

LANJUTAN..
5. Dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien
atau lokasi
6. Ada Kebijakan dan/atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas yang
berbeda pada lokasi yang berbeda di rumah
sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit
gawat darurat, atau kamar operasi, termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
7. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi dapat diidentifikasi.

19
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.I.


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan/prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
20
6/12/2017

PENILAIAN
DENGAN CARA PENELUSURAN
UNTUK MENCARI BUKTI BUKTI
PENERAPAN DI LAPANGAN

21
6/12/2017

TELUSUR : LIMA ELEMEN PENILAIAN

1. Pasien cari bukti penerapan di lapangan


dari lima elemen penilaian
2. Wawancara: petugas terkait: dokter,
perawat rawat inap, OK cari bukti bukti
pemahaman dan pelaksanaan di lapangan
3. Observasi: gelang nama, saat penting
dimaksud
4. Dokumen: Kebijakan dan SOP

22
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Pasien : bukti penerapan pada pasien sampel
bisa diambil beberapa tempat pelayanan (IGD,
RI,RJ,ICU,Lab dll) tanyakan pada pasien
1. Lihat gelang pasien yang digunakan
2. Identifikasi menggunakan dua identitas
3. Apakah pasien ditanya namanya oleh petugas:
a. Sebelum diberi obat, darah, atau produk darah.
b. Sebelum diambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
c. Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /
prosedur

23
6/12/2017

TELUSUR SISTEM
1. Dokumen: Kebijakan dan SOP dalam hal
identifikasi pasien:
menggunakan dua identitas
sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
2. Wawancara petugas terkait: dokter, perawat,
petugas admisi, satpam cari bukti bukti :
pengetahuan sikap dan ketrampilan petugas
terkait dalam hal identifikasi pasien
3. Observasi: konsistensi pemakaian gelang nama
oleh pasien, penelusuran pada saat petugas
sebelum melakukan pekerjaan diatas
24
6/12/2017

SASARAN II
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Standar SKP.II.
Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.

25
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.II


1. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan KP
2. Komunikasi berbentuk elektronik, lisan, atau
tertulis.
3. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan
secara lisan atau melalui telpon
4. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang
lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik
cito melalui telepon ke unit pelayanan.
26
LANJUTAN..
6/12/2017

5. Rumah sakit secara kolaboratif


mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon
termasuk : penerima perintah mencatat
perintah secara lengkap/hasil pemeriksaan
kemudian membacakan kembali (read
back) mengkonfirmasi ulang
6. Ada kebijakan dan/atau prosedur
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan
kembali (read back) bila keadaan tidak
memungkinkan seperti di OK, IGD, ICU bila
keadaan gawat darurat

27
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.II.


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui
telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten
28
6/12/2017

TELUSUR : EMPAT ELEMEN PENILAIAN

1. Wawancara: petugas terkait: perawat dan


petugas lain cari bukti bukti penerapan
menerima perintah lisan dan lewat telepon
bagaimana pemahaman dan pelaksanaan
oleh petugas terkait di lapangan
2. Observasi: catatan RM
3. Dokumen: Kebijakan dan SOP , cek
konsistensi disemua unit

29
6/12/2017

SASARAN III : PENINGKATAN


KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

30
6/12/2017

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG


PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

Standar SKP.III.
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)

31
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.III


1. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-
alert medications) adalah
2. obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan / kesalahan serius (sentinel
event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike
/ LASA). 32
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.III


3. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue
keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium
klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium
sulfat =50% atau lebih pekat-).
4. Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan
pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan
terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada
keadaan gawat darurat.

33
6/12/2017

LANJUTAN..
5. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tsb adalah dengan
meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
6. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk: membuat daftar
obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang
ada di rumah sakit.
7. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi
area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi serta
pemberian label secara benar pada elektrolit dan
bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga
membatasi akses untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja / kurang hati-hati.

34
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.III.


1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar
memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit
konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit
pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis
dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di pada unit
pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

35
6/12/2017

TELUSUR : EMPAT ELEMEN PENILAIAN


1. Wawancara: petugas terkait: perawat dan inst farmasi
telusuri bukti bukti pelaksanaan apakah ada
proses identifikasi obat High-alert , penetapan lokasi
dan pemberian label dan penyimpanan elektrolit
konsentrat , cek pengetahuan mereka tentang hal tsb
2. Observasi: cari daftar obat high-alert dan elektrolit
konsentrat
3. Dokumen:
a. Kebijakan dan SPO, cek kebijakan/SPO tentang identifikasi obat
High-alert , penetapan lokasi dan pemberian label dan
penyimpanan elektrolit konsentrat
b. Cek konsistensi disemua unit

36
6/12/2017

SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

37
6/12/2017

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-


PASIEN OPERASI

Standar SKP.IV.
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien.

38
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.IV.


Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu
Yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari
Komunikasi yang tidak efektif/tidak adekuat antara anggota tim bedah

Kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site


marking)
Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi

Asesmen pasien yang tidak adekuat

Penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat

Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim


bedah
Resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)

Pemakaian singkatan

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu


kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi
masalah yang mengkhawatirkan ini.
39
6/12/2017
LANJUTAN..

Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical


Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,
Wrong Person Surgery
Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical
Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,
Wrong Person Surgery
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dengan satu pada tanda
yang dapat dikenali.
Tanda itu harus digunakan secara konsisten di RS dibuat oleh operator /orang
yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar
jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang).

40
6/12/2017
LANJUTAN.

Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :


Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan
baik, dan dipampang
Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus
dan/atau implant 2 implant yg dibutuhkan
Tahap Time out memungkinkan semua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan
Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, melibatkan
seluruh tim operasi. RS menetapkan bgmn proses itu
didokumentasikan secara ringkas misal: menggunakan
ceklist.

41
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.IV.


1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan
dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses
lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur time-out , tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di
luar kamar operasi.

42
6/12/2017

PENILAIAN : DENGAN CARA


PENELUSURAN UNTUK MENCARI BUKTI
BUKTI PENERAPAN DI LAPANGAN

43
6/12/2017

TELUSUR : EMPAT ELEMEN PENILAIAN SKP.IV.


1. Pasien cari bukti bukti penerapan di
lapangan dari Empat elemen penilaian
(pasien preoperasi dan pasien gigi)
2. Wawancara: petugas terkait: dokter,
perawat OK cari bukti bukti pemahaman
dan pelaksanaan di lapangan
3. Observasi: tanda operasi dilokasi operasi ?,
melbatkan pasien?, pelaksanaan time out,
4. Dokumen: Kebijakan dan SOP : ada check-
list pra operasi,

44
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Pasien : pasien preoperasi dan pasien gigi
1. Apakah ditanya identitasnya serta dilihat
gelang namanya
2. Apakah informed consent sudah di jelaskan
oleh dokter yang akan mengoperasi dan
sudah di tanda tangani
3. Apakah ditandai lokasi operasi dengan
melibatkan pasien
4. Lihat tanda operasi, apakah mudah luntur ?

45
6/12/2017

TELUSUR SISTEM
1. Dokumen: adakah Kebijakan dan SOP pra
operasi ?, ada check-list pra operasi?
2. Wawancara petugas terkait: lokasi OK: dokter,
perawat OK cari bukti bukti pemahaman
dan pelaksanaan di lapangan
3. Observasi: tanda operasi dilokasi operasi ?,
apakah melibatkan pasien?, bukti bukti
konsistensi pelaksanaan time out ?

46
6/12/2017

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO


INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN

47
6/12/2017

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT


PELAYANAN KESEHATAN

Standar SKP.V.
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.

48
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.V.


Pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya
untuk mengatasi infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan merupakan
keprihatinan besar bagi pasien maupun para
profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran
kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream
infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilator)
49
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.V.

Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi


lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat
Pedoman hand hygiene dari WHO

Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk


mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk
hand hygiene yang sudah diterima secara umum
untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

50
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.V.


1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum
al dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand
hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
51
6/12/2017

PENILAIAN : DENGAN CARA


PENELUSURAN UNTUK MENCARI BUKTI
BUKTI PENERAPAN DI LAPANGAN

52
6/12/2017

TELUSUR : TIGA ELEMEN PENILAIAN SKP.V.


1. Pasien cari bukti bukti penerapan di
lapangan: tanyakan apakah petugas
kesehatan cucitangan sebelum dan sesudah
menyentuh pasien
2. Wawancara: petugas terkait: dokter, perawat
OK cari bukti bukti pemahaman dan
pelaksanaan di lapangan
3. Observasi: tanda operasi dilokasi operasi ?,
melbatkan pasien?, pelaksanaan time out,
4. Dokumen: Kebijakan dan SOP : ada check-list
pra operasi,

53
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Pasien : pasien rawat inap, rawat jalan, UGD

1. Apakah petugas cuci tangan sebelum dan


sesudah menyentuh pasien ?
2. Apakah petugas cuci tangan sebelum
melakukan tindakan ?
3. Apakah petugas pernah menjelaskan
manfaat cuci tangan

54
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Wawancara telusur:
Petugas (random sampling): dr.prwt,dlnya:
Supaya demonstrasikan cara cuci tangan yang
benar
Kapan saat harus cuci tangan

Mengapa harus cuci tangan saat lima momen


cuci tangan

55
6/12/2017

TELUSUR SISTEM
1. Dokumen:
Kebijakan dan SOP ; adakah Kebijakan dan SOP cuci
tangan yang mengacu pada WHO Guidelines
2. Observasi:
Cek sarana cuci tangan diberbagai tempat pelayanan :
nurse station, ruang rawat inap, koridor, ruang ICU,
ruang UGD, poliklinik
Cek leaflet di tempat tempat yang direkomendasikan
Apakah petugas cuci tangan saat lima momen cuci
tangan

56
6/12/2017

SASARAN VI :
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

57
6/12/2017

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

Standar SKP.VI.
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.

58
6/12/2017

MAKSUD DAN TUJUAN SKP.VI.

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab


cedera pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit
perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

59
6/12/2017

ELEMEN PENILAIAN SKP.VI.


1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan
dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit

60
6/12/2017

PENILAIAN : DENGAN CARA


PENELUSURAN UNTUK MENCARI BUKTI
BUKTI PENERAPAN DI LAPANGAN

61
6/12/2017

TELUSUR : EMPAT ELEMEN PENILAIAN


SKP.VI.
1. Pasien cari bukti bukti penerapan di lapangan:
Tanyakan apakah petugas kesehatan menanyakan
tentang hal hal yang terkait dengan risiko jatuh
2. Wawancara: petugas terkait: dokter, perawat cari
bukti bukti pemahaman dan pelaksanaan di lapangan
tentang risiko jatuh, tanda pasien dengan risiko jatuh di
RM,
3. Observasi: gelang pasien dengan risiko jatuh ?, tersedia
nurse call di tempat tidur pasien dengan risiko jatuh ? ,
pengaman sisi tempat tidur?, tanda tanda daerah licin ?
Pengaman sisi tangga ?
4. Dokumen: Kebijakan dan SOP : asesmen risiko jatuh,
gelang pasien risiko jatuh, RM pelaksanaan asesmen
awal dan ulang pada pasien dengan risiko jatuh

62
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Pasien : pasien rawat inap

1. Apakah petugas menanyakan tentang risiko


jatuh dan mencatatnya?
2. Apakah petugas memberi tahu dan
menjelaskan hal hal yang terkait dengan risiko
jatuh ?
3. Apakah diberitahu kalau membutuhkan
bantuan tidak boleh jalan sendiri melainkan
harus memanggil petugas dengan bel ?

63
6/12/2017

TELUSUR INDIVIDU
Wawancara telusur Petugas (random
sampling): prwt
Bagaimana melakukan asesmen awal dan
asesmen ulang pada pasien dengan risiko
jatuh ?
Apa langkah langkah yang dilakukan pada
pasien dengan risiko jatuh
yang harus dilakukan petugas pada pasien
dengan risiko jatuh ?

64
6/12/2017

TELUSUR SISTEM
Dokumen:
1. Kebijakan dan SOP:
2. Pasien risiko jatuh termasuk pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di
rumah sakit
3. Asesmen awal dan asesmen ulang pada pasien
dengan risiko jatuh
4. Kebijakan penulisan RM pasien risiko jatuh
5. Kebijakan monitoring pasien risiko jatuh
6. Kebijakan pengumpulan data- data pasien risiko jatuh,
pasien jatuh. sebelum dan sesudah program
7. Kebijakan meminimalisasi risiko pasien jatuh , risiko
cacat, pengobatan medis ?

65
6/12/2017

Kerjasama & koordinasi


Semua pihak yg terlibat

Datadan informasi dalam RM


dapat dipertanggungjawabkan

66
6/12/2017

PERHATIKAN
1. Data & informasi kes pasien dapat
dipertanggungjawabkan
2. Pencatatan tidak retrospektif
3. Singkatan & simbol yang ditetapkan
4. Penyimpanan RM di ruang perawatan
(terjamin keamananya)

67
6/12/2017

KESIMPULAN
1. RS---institusi dg kerumitan yg padat KTD
mudah terjadi.
2. Data WHO menyimpulkan KTD di RS ---
masalah yg serius. KP sudah merupakan
gerakan global
3. Sistem KP-RS merupakan integrasi dari semua
komponen asuhan pasien
4. Bagian dari penerapan manajemen mutu,
pelayanan dan manajemen risiko

68
6/12/2017

KESIMPULAN
5.Paradigma baru---utk menekan KTD perlu:
a. Keterbukaan
b. Pelaporan insiden
c. Analisis & belajar
d. Kembangkan solusi
e. Kembangkan komunikasi-pasien
6.Dokter & Perawat ujung tombak KP
7.KODERSI menuntun RS menerapkan KP-7
langkah menuju KP-RS & standar KP-RS

69
6/12/2017

terima
kasih
70

Anda mungkin juga menyukai