Anda di halaman 1dari 21

Tutwuri Handayani

Ibrahim Arifin
Lilian Triana Limoa
Merupakan komplikasi tersering dari diabetes
mellitus. Tapi bukan end-stage dari suatu
diabetes mellitus.
Terjadi pada 50% penderita diabetes mellitus
baik tipe 1 dan 2.
Neuropati simtomatik terjadi pada 20%
penderita diabetes.
Gejala awal dapat berupa tingling, prickling,
paresteshesia, pins and needles pada ibu jari
kaki, atau nyeri dengan distribusi stocking
and glove.
Bentuk klasik berupa nyeri, tebal, dan tingling
dengan distribusi stocking and glove dengan
atau tanpa kehilangan fungsi sensorik.
Keterlibatan otonom dapat menyertai
polineuropati awal.
Merupakan faktor risiko mayor terjadinya
ulkus pada ekstremitas bawah, jadi diperlukan
inspeksi teratur pada daerah kaki.
Penyebab polineuropati lain harus
disingkirkan seperti defisiensi B12, hipotiroid,
infeksi HIV, neoplasma, dll.
Polineuropati diabetik merupakan bentuk
neuropati yang paling sering terjadi.
Gejala terdiri dari parestesi yang digambarkan
seperti tingling, pins and needle, terbakar,
kesetrum, gatal, dan sensasi abnormal
terhadap suhu dan nyeri.
Gejala lain juga dapat berupa numbness, tidak
sensitif terhadap trauma.
Gejala timbul pada kaki hingga dapat
berkembang ke jari-jari dan tangan.
Dapat muncul kram otot, alodinia.
Perubahan motorik yang dapat terjadi adalah
atropi dari m. ekstensor digitorum brevis, tapi
kelemahan dari ibu jari dan fungsi dorsofleksi
kaki terjadi setelahnya.
Polineuropati dapat dibagi dalam subtipe, yaitu:
1. Sensori predominan

small fiber pain, hilangnya sensasi suhu dan


pinprick, hilangnya axon epidermis, konduksi
saraf normal.
large fiber ataxia, hilangnya sensasi raba
ringan, rasa getar, terjadi perubahan konduksi
saraf.
mixed large and small fiber
2. Painful Sensory
chronic painful sensory
acute polyneuropathy pada hiperglikemi, atau
pada kontrol glukosa yang buruk.
3. Sensorimotor

4. Predominantly autonomic

5. Predominantly motor

6. Kombinasi
Defisiensi
Vitamin B (B1, B12)
Vitamin E
Infeksi dan inflamasi
Infeksi HIV, lepra, hepatitis C, GBS, chronic
inflammatory demyelinating polyneuropathy
(CIDP).
Endokrin
Hipotiroid, diabetes mellitus
Obat-obatan
Antibiotik, agen antineoplastik, pestisida,
terapi ARV.
Metabolik
Gagal ginjal, sirosis hepatik, sepsis.
Kongenital
Vaskular
Neoplasma
San Antonio criteria for the diagnosis of
diabetic polyneuropathy.
Modified Toronto Neuropathy Scale
Utah Neuropathy Scale
Michigan Neuropathy Scale
Mayo Clinic/Dyck Diabetic Polyneuropathy
Classification.
EMG
QST (Computerized quantitative sensory
testing) menggunakan ambang rangsang suhu
(hangat dan dingin), panas untuk nyerim rasa
tekan dan getar. Ambang rangsang pada kaki
meningkat pada polineuropati.
Tes otonom.
Biopsi kulit untuk menghitung epidermal axon
dan corneal confocal microscopy.
Sural nerve biopsy tidak dianjurkan pada
pemeriksaan rutin, hanya untuk neuropati
yang tidak biasa atau progresif untuk
menemukan penyebab lain.
Protein LCS sering meningkat, tapi tidak
diharapkan adanya pleositosis (ada lekosit
pada LCS).
Kontroversial
Faktor vaskuler berhubungan dengan
polineuropati diabetik namun tidak ada bukti
bahwa iskemi atau hipoxia mempengaruhinya.
Kemungkinan merupakan komplikasi
mikrovaskuler.
Stres oksidatif dan stres nitratif, memberikan
signal abnormal kepada neuron dengan AGEs
(Advance glycosilated end products), melalui
reseptornya, memberikan signal abnormal
langsung terhadap insulin, mengakibatkan
hilangnya Growth Factor dari neuron,
kelebihan polyols (sugar alkohol) yang melalui
jalur aldose reductase, serta mengakibatkan
iskemi dan hipoxia dari saraf karena
mikroangiopati ( penyakit pembuluh darah
kecil yang mensuplai saraf dan ganglia)
Agen antiepileptik
Gabapentin : dosis awal 300mg, kemudian
300mg 3x1, (dosis maksimal 4000mg per hari)
Pregabalin : dosis awal 75mg, kemudian
150mg 2x1, (dosis maksimal 600mg per hari).
Fenitoin : 300mg 1x1.
Carbamazepine : 400 1200mg per hari. Baik
untuk pasien dengan nyeri electrical.
Topiramate : mulai dengan 25mg 2x1,
maksimum 400mg/hari.
Lamotrigine : mulai dengan 25mg/hari atau
lebih rendah, maksimum 150-250 mg 2x1.
Serotonin and Norepinephrine Uptake
Inhibitors (SSRIs and SSNRIs, antidepressants)
Venlafaxine : mulai 37.5mg/hari, ditingkatkan
tiap minggu dengan 37.5mg/hari
150mg/hari 225mg/hari.
Duloxetine : 30 60 mg/hari. Memiliki efek
hepatotoksik.
Amitriptiline : mulai 10-25mg/hari, kemudian
dapat ditingkatkan menjadi 100-150mg.
Opioids
Tramadol 37.5mg, tiap 3-6 jam, sering
dikombinasikan dengan 325mg
acetaminophen.
Morfin 30-60mg dua kali sehari.
Kombinasi
Gabapentin dan morfin memberikan efek
sinergis dalam mengontrol nyeri, dimana
keduanya diberikan dalam dosis yang lebih
rendah.
Tidak ada penanganan yang definit menangani
polineuropati.
Inspeksi daerah kaki tiap hari dapat sangat
membantu mendeteksi adanya ulkus maupun
trauma.
Kontrol yang ketat dari hiperglikemi
mengurangi insidensi dan progresivitas dari
polineuropati diabetika.
Menangani faktor risiko lain seperti obesitas,
hipertensi dan merokok.

Anda mungkin juga menyukai