Anda di halaman 1dari 26

AFASIA

Amanda Fairuz
NIM : 110610040

Preseptor :

Dr. Basli Muhammad, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
1 2017
DEFENISI
Kelainan yang terjadi karena kerusakan dari bagian otak yang
mengurus bahasa.
yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau
kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga
pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik.

2
ETIOLOGI
Afasia biasanya berarti hilangnya kemampuan berbahasa
setelah kerusakan otak. Stroke, tumor di otak, cedera otak,
demensia dan penyakit lainnya dapat mengakibatkan
gangguan berbahasa.

3
PATFISIOLOGI
Afasia paling sering muncul akibat stroke, cedera kepala, tumor
otak, atau penyakit degeneratif. Kerusakan ini terletak pada
bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area
Broca dan area Wernicke.

4
5
6
Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung
jawab atas pelaksanaan motorik berbicara. Lesi pada area
ini akan mengakibatkan kesulitan dalam artikulasi tetapi
penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.
Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann,
merupakan area sensorik penerima untuk impuls
pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan
penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti
suatu bahasa.

7
Selain itu lesi pada area disekitarnya juga dapat
menyebabkan afasia transkortikal. Afasia juga dapat
muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu
penghubung antara area Broca dan area Wernicke.

8
Berdasarkan manifestasi klinik, afasia dapat dibedakan atas:
1. Afasia tidak lancar atau non-fluent
2. Afasia lancar atau fluent
Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat dibedakan berdasarkan:
Sindrom afasia peri-silvian
3. Afasia Broca (motorik, ekspresif)
4. AfasiaWernicke (sensorik, reseptif)
5. Afasia konduksi
Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)
6. Afasia transkortikal motorik
8. Afasia transkortikal sensorik
9. Afasia transkortikal campuran
Sindrom afasia subkortikal
10. Afasia talamik
11. Afasia striatal
Sindrom afasia non-lokalisasi
12. Afasian anomik
13. Afasia global
9
PEMERIKSAAN GANGGUAN BAHASA
1. PEMERIKSAAN KELANCARAN BAHASA
2. PEMERIKSAAN PEMAHAMAN BAHASA
LISAN
3. PEMERIKSAAN REPETISI
4. PEMERIKSAAN MENAMAI DAN
MENEMUKAN KATA
5. PEMERIKSAAN SISTEM BAHASA
6. PEMERIKSAAN PENGGUNAAN TANGAN
7. PEMERIKSAAN BERBICARA SPONTAN
8. PEMERIKSAAN TAMBAHAN : LAB, MRI, CT-
SCAN
10
DIAGNOSIS
Diagnosis afasia ialah berdasarkan tanda dan gejala klinis yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik dan kejiwaan. Sedangkan
pemeriksaan tambahan lainnya dilakukan untuk mengetahui
penyebab kerusakan otaknya.

11
1. Afasia tidak lancar.
Pada afasia ini, output atau keluaran bicara terbatas.

Gambaran klinisnya ialah:


Pasien tampak sulit memulai bicara
Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per
kalimat)
Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks
Artikulasi umumnya terganggu
Irama bicara terganggu
Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami kalimat
yang lebih kompleks
Pengulangan (repetisi) buruk
Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk
12
2. Afasia lancar.
Gambaran klinisnya ialah:
Keluaran bicara yang lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi dan irama bicara baik
Terdapat parafasia
Kemampuan memahami pendengaran dan membaca
buruk
Repetisis terganggu
Menulis lancar tadi tidak ada arti

13
Seorang afasia yang non-fluen mungkin akan mengatakan
dengan tidak lancar dan tertegun-tegun: mana rokok
beli.

Sedangkan seorang afasia fluen mungkin akan mengatakan


dengan lancar: rokok beli tembakau kemana situ tadi gimana
dia toko jalan

14
3. Afasia Broca.
Ciri klinik afasia Broca:
bicara tidak lancar
tampak sulit memulai bicara
kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)
pengulangan (repetisi) buruk
kemampuan menamai buruk
Kesalahan parafasia
Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami
kalimat
yang sintaktis kompleks)
Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks
Irama kalimat dan irama bicara terganggu

Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata-bahasa (tanpa


grammar). Contoh: "Saya.... sembuh.... rumah.... kontrol.... ya..
kon.. trol." "Periksa...lagi...makan... banyak.."
15
4. Afasia Wernicke
Gambaran klinik afasiaWernicke:
Keluaran afasik yang lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi baik
Prosodi baik
Anomia (tidak dapat menamai)
Parafasia fonemik dan semantik
Komprehensi auditif dan membaca buruk
Repetisi terganggu
Menulis lancar tapi isinya "kosong

Maka terjadilah kalimat yang isinya kosong, berisi parafasia, dan


neologisme. Misalnya menjawab pertanyaan: Bagaimana keadaan
ibu sekarang ? Pasien mungkin menjawab: "Anal saya lalu sana
sakit tanding tak berabir".

16
5. Afasia konduksi.
Ini merupakan gangguan berbahasa yang lancar (fluent)
gangguan repetisi,
kesulitan membaca kuat-kuat (namun pemahaman dalam
membaca baik),
gangguan menulis,
parafasia yang jelas,
pemahaman bahasa lisan terpelihara.
Anomianya berat.

Terputusnya hubungan antara area Wernicke dan Broca.


Sering lesi ada di massa alba subkortikal- dalam di korteks
parietal inferior, dan mengenai fasikulus arkuatus yang
menghubungkan korteks temporal dan frontal.
17
Afasia transkortikal.

disebabkan oleh lesi yang luas, berupa infark berbentuk


bulan sabit, di dalam zona perbatasan antara pembuluh
darah serebral mayor (misalnya di lobus frontal antara
daerah arteri serebri anterior dan media).

18
6. Gambaran klinik afasia motorik transkortikal:
Keluaran tidak lancar (non fluent)
Pemahaman (komprehensi) baik
Repetisi baik
Inisiasi ot/fpunerlambat
Ungkapan-ungkapan singkat
Parafasia semantik
Ekholalia

7. Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal:


Keluaran (output) lancar (fluent)
Pemahaman buruk
Repetisi baik
Ekholalia
Komprehensi auditif dan membaca terganggu
Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai
Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan.

8. Gambaran klinik afasia transkortikal campuran:


Tidak lancar (nonfluent)
Komprehensi buruk
Repetisi baik
Ekholalia mencolok
19
9. Afasia anomik.
Gambaran klinik alasia anomik:
Keluaran lancar
Komprehensi baik
Repetisi baik
Ganggu/an (defisit) dalam menemukan kata.

sering tertegun mencari kata dan terdapat parafasia


mengenai nama objek.

20
10. Afasia global.
Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat.
tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali
dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara
stereotip (itu-itu saja, berulang), misalnya : "iiya, iiya,
iiya", atau: "baaah, baaaah, baaaaah" atau: "amaaang,
amaaang, amaaang".
Komprehensi menghilang atau sangat terbatas, misalnya
hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah
kata.
Repetisi (mengulangi) terganggu.
Membaca dan menulis juga terganggu berat.

21
Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian
besar atau semua daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling
sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri
media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah buruk.
Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau
hemiplegia yang menyebabkan invaliditas khronis yang parah.

22
Bentuk Ekspresi Komprehensi Repetisi Menamai Komprehensi Menulis Lesi
afasia verbal membaca
Broca Tak lancar Relatif Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Frontal inf-
terpelihara post
Wernick Lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Temporal
sup-post
Global Tak lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Fronto-
temporal
Konduksi Lancar Relatif Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Fasikulus
terpelihara arkuatus,
girus supra
marginal
Nominal Lancar Relatif Terpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi Girus
terpelihara angular,
temporal
sup-post
Transkortik Tak lancar Relatif Terpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu Peri-sylvian
al motor terpelihara ant

Transkortik Lancar Terganggu Terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu Peri-sylvian


al sensorik post
23
PENATALAKSANAAN
Atasi penyebab dasarnya, misalnya stroke, perdarahan akut,
tumor otak, dan sebagainya.
Terapi wicara/bina wicara.
Prinsip umum dari terapi wicara adalah:
Hasilnya akan lebih baik jika intensitas terapi
ditingkatkan.
Efektivitas terapi afasia akan meningkat jika terapis
menggunakan berbagai bentuk stimulus sensori
Peningkatan kesulitan dalam praktek latihan tes berbahasa
selama mengikuti sesi terapi akan memberikan hasil yang
lebih baik.

24
Terapi kognitif linguistik.
Program stimulus.
Stimulation-Fascilitation Therapy.
Terapi kelompok (group therapy).
PACE (Promoting Aphasic's Communicative
Effectiveness).
Transcranial Magnetic Stimulation (TMS).

25
PROGNOSIS

Prognosis hidup untuk pendertia afasia tergantung pada penyebab


afasia.
Suatu tumor otak angka harapan hidup kecil
stroke minor prognosis baik.

Prognosis kesembuhan tergantung pada ukuran lesi dan umur serta


keadaan umum pasien.
tanda klinis ringan prognosis baik.
Afasia Broca prognosis yang lebih baik daripada afasia Wernicke.
26

Anda mungkin juga menyukai