Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

TUBERKULOSIS PARU
TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis saat ini masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat di banyak negara terutama di negara berkembang.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar
1,9 miliar manusia atau sepertiga penduduk dunia ini telah
terinfeksi kuman tuberkulosis. Pada dekade ini terjadi 2,9 juta
kematian akibat tuberkulosis serta infeksi HIV dan sebagian besar
terjadi di negara berkembang.
ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkanoleh kuman
TB (Mycobacteriumtuberculosis). Kuman
iniberbentuk batang, mempunyaisifat khusus
yaitu tahan terhadapasam pada pewarnaan,
Olehkarena itu disebut pula sebagaiBasil Tahan
Asam (BTA) .
GEJALA KLINIS
Batuk berdarah
Batuk berdahak
Kurang nafsu makan
Demam
Sesak napas
Diare
Penurunan berat badan serta keringat malam dan
timbulnya limfadenopati
DIAGNOSTIK
Berdasarkan pada Pedoman Penatalaksanaan
Tuberkulosis Paru, maka diagnosis tuberkulosis paru
ditegakkan berdasarkan gejala/pemeriksaan klinis,
radiologis, dan laboratorium.3 Sesuai rekomendasi
WHO, maka diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan
pemeriksaan sputum secara mikroskopis, oleh karena
hal ini merupakan pemeriksaan yang efisien, mudah,
murah, dan cukup cepat (dua hari).
Mikroskopis sputum ini bersifat spesifik dan
cukup sensitif. Pemeriksaan sputum juga bertujuan
untuk menilai kemajuan pengobatan dan menentukan
tingkat penularan. American Tuberculosis Association
menyatakan bahwa diagnosis pasti tuberkulosis paru
adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium
tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru secara
biakan.
Hasil pembacaan foto toraks juga dikelompokkan
menjadi 4 kategori berdasarkan American Tuberculosis
Association. Negatif yang berarti tidak ditemukan
kelainan pada foto toraks atau adanya gambaran
tuberkulosis paru tenang yang ditandai dengan
gambaran fibrosis, kalsifikasi, dan atau penebalan
pleura.
Positif 1 atau minimal lesion yang berarti bercak
dapat mengenai satu atau kedua paru, tetapi luas bercak
tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis tengah,
apeks, dan iga kedua depan atau di atas second
chondrosternal junction dan vertebra torakal keempat
atau kelima. Tidak ditemukan adanya kavitas.
Positif 2 atau moderately advanced lesion yang
berarti bercak dapat mengenai satu atau kedua paru,
tetapi tidak melebihi luas satu lapangan paru.
Bila ditemukan kavitas, diameternya tidak
melebihi 4 cm. Kalau terdapat konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak melebihi luas satu lobus paru
atau sepertiga volume satu paru. Positif 3 atau far
advanced lesion yang berarti luas bercak lebih dari luas
bercak pada positif 2 atau bila ada kavitas yang
berdiameter lebih dari 4 cm.
1. Kesesuaian antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum pada
Evaluasi Respons Pengobatan Tuberkulosis Paru setelah Enam
Bulan Pengobatan

Evaluasi pengobatan penderita tuberkulosis paru meliputi evaluasi


klinis, bakteriologis, dan radiologis. Evaluasi bakteriologis
bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi sputum yang
merupakan indikator keberhasilan pengobatan. Foto toraks
merupakan pemeriksaan yang mudah, cepat dengan biaya yang
relatif murah, tetapi belum dijadikan indikator keberhasilan
pengobatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian antara gambaran
foto toraks dan sputum mikroskopis pada evaluasi respons
pengobatan penderita tuberkulosis paru setelah enam bulan
pengobatan.
Penelitian dilakukan pada 246 orang penderita baru dengan
diagnosis tuberkulosis paru yang telah mendapat pengobatan
tuberkulosis selama enam bulan. Pembacaan hasil foto toraks
dilakukan oleh dua orang ahli radiologi.
Hasil pembacaan kedua ahli radiologi menunjukkan kesesuaian
antara penilaian foto toraks dan hasil mikroskopis sputum. Nilai
kesesuaian hasil pembacaan oleh ahli radiologi I adalah 0,420 (fair)
dan ahli radiologi II adalah 0,446 (fair).
Simpulan, terdapat kesesuaian antara penilaian foto toraks dan hasil
mikroskopis sputum pada evaluasi respons penderita tuberkulosis
paru setelah enam bulan pengobatan. Foto toraks dapat dijadikan
alternatif evaluasi respons tuberkulosis paru setelah enam bulan
pengobatan.
2. GAMBARAN FOTO TORAKS PADA PENDERITA DEWASA
DENGAN DIAGNOSIS KLINIS DIABETES MELITUS YANG
DISERTAI TUBERKULOSIS PARU DI BAGIAN/SMF
RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF. Dr. R. D.
KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI 2011 31
DESEMBER 2011
Diabetes melitus juga merupakan suatu penyakit yang bisa
menimbulkan banyak komplikasi salah satunya tuberkulosis paru,
komplikasi ini diketahui dengan menggunakan radiodiagnostik
seperti foto toraks.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran
foto toraks pada penderita dewasa dengan diagnosis klinis diabetes
melitus yang disertai tuberkulosis paru di Bagian/SMF Radiologi
FK UNSRAT BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
1 januari 2011 31 desember 2011.
Desain penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bersifat
deskriptif. Data berupa lembaran permintaan dan jawaban foto
toraks di Bagian Radiologi dan diolah dalam bentuk deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah penderita dengan diagnosis
radiologis diabetes melitus yang disertai tuberkulosis paru sebanyak
90 penderita. Kebanyakan kasus adalah pada umur 56 65 tahun
(41,11%) dengan laki-laki yaitu sebesar 53,33%. Dengan hasil
gambaran foto toraks terbanyak pada gambaran Infiltrat yaitu
30,00%.
Kesimpulannya ialah dari hasil gambaran foto toraks pada penderita
dewasa dengan diagnosis klinis diabetes melitus yang disertai
tuberkulosis paru ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan yang
tanpa tuberkulosis paru dengan gambaran terbanyak yaitu infiltrat.
Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan gambaran foto toraks.
Gambaran Foto Toraks Jumlah Penderita (n) Persentase
(%)
Infiltrat 27 30,00
Kalsifikasi 6 6,67
Infiltrat dan kalsifikasi 12 13,33
Infiltrat dan kavitas 5 5,56
Kalsifikasi dan efusi pleura 19 21,11
Infiltrat, kalsifikasi, dan fibrotik 7 7,78
Infiltrat dan penebalan 14 15,56
Jumlah 90 100

Anda mungkin juga menyukai