Anda di halaman 1dari 55

PERSALINAN NORMAL

1
1.
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Pemeriksaan dalam
vaginal examination

Perlu diketahui:
1.Vaginal
2.Portio : effacement
dan pembukaan
3.Selaput ketuban
4.Bagian terendah dari
janin
5.Turunnya kepala
Perubahan pada serviks
Kontraksi
Effacement (pendataran)

= Penipisan atau obliterasi


Pembukaan (dilatasi)

Menentukan ukuran pembukaan serviks pada tingkat


os internum
Dinyatakan dalam centimeters. Dikatakan pembukaan
lengkap saat ukuran 10 cm
Pembukaan Serviks Primigravida vs
Multigravida
Station
Menentukan letak bagian terbawah janin dihubungkan dengan
spina iskiadika
Nilai 0 = setinggi spina ischiadica
Negatif = di atas spina ischiadica
Positif = di bawah spina ischiadica
BISHOP SCORE
Kedudukan janin intrauterin

Posisi
Presentasi
Situs
Habitus
HABITUS
Sikap janin fisiologis:
Badan keadaan kifose, punggung konveks, kepala hiperfleksi, dagu dekat
dada, lengan bersilang di depan dada, tali pusat diantara ekstremitas,
tungkai terlipat pada lipat paha, dan lutut rapat ke badan.
SITUS (LETAK)
Hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu

99,6% 0,4%
PRESENTASI bagian terbawah janin
POSISI
Pemeriksaan luar : Leopold
Pemeriksaan dalam: kedudukan bagian terbawah janin (penunjuk)

Presentasi
Penurunan janin

BIDANG HODGE
I : bidang datar melalui bagian
atas simfisis dan
promontorium, dibentuk pada
lingkaran pintu atas panggul
II : bidang sejajar bidang Hodge I,
setinggi bagian bawah simfisis
III : bidang sejajar bidang hodge I
dan II setinggi spina ishiadika
kanan kiri (bidang O)
IV : sejajar bidang Hodge I,II,III,
setinggi os koksigis
2.
Asuhan Persalinan Normal
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala


dua
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
Ibu merasa tekanan yang semakin
meningkat pada rekum dan/atau vaginanya
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan


termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat
suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,
isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah
partus set.
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin
Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air
matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 160 x/menit).
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu
Proses Pimpinan Meneran

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di


perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain
kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu
tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan
4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkankepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
Penanganan Bayi Baru Lahir.

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan


bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
Permulaan kala tiga
Oksitosin
27.Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal).
28.Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan
memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32.Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap
didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penegangan tali pusat terkendali dan pengeluaran
plasenta

34. Memindahkan klem tali pusat


35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di ata tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk palpasi kontraksi
36. Menunggu uterus berkontraksi dan melakukan penegangan ke arah bawah tali
pusat dengan lembut

37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
Pemijatan uterus dan penilaian perdarahan

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,


melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus
menjadi keras).
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat
khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
Melakukan prosedur paskapersalinan

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak


terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.
44.Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM
di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi
didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk
pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
Kebersihan dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
52. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk
memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Dokumentasi
58. Lengkapi patograf
3.
Anestesi lokal di perineum
ANATOMI DAN PERSYARAFAN PERINEUM

Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak


antara vulva dan anus.Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
serta diafragma pelvis.Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus
pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus
perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan
levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu: m.puborektalis,
m.pubokoksigis, dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan
penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan
rektum.
Perineum berbatasan dengan :
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah.
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan.
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang.
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah.

Daerah perineum
1. Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m. sfingter ani
eksterna yang melingkari anus.
2. Regio urogenitalis. Disini terdapat m. bulbokavernosus, m.
transversus perinealis superfisialis dan m. iskiokavernosus.
Persyarafan perineum berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari
sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk
nervus pudendus. Syaraf ini meninggalkan pelvis melalui foramen
sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum,
kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan
kemudian lewat sepanjang dinding samping fossa iliorektal dalam
suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki
kanalis Alcock, n. pudendus terbagi menjadi 3 bagian / cabang
utama, yaitu: n. hemorrhoidalis inferior diregio anal, n. perinealis
yang juga membagi diri menjadi n. labialis posterior dan n.
perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan
diafragma urogenital; dan cabang ketiga adalah n. dorsalis klitoris.
Perdarahan ke perineum
sama dengan perjalanan Persarafan perineum
syaraf yaitu berasal dari
arteri pudenda interna yang
juga melalui kanalis Alcock
dan terbagi menjadi a.
hemorrhoidalis inferior, a.
perinealis dan a. dorsalis
klitoris.
Sifat umum anestesi lokal
Secara kimiawi anestesi lokal digolongkan atas 2 senyawa:
1. Ester
2. Amide
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi
lokal sebab pada degradasi dan aktivasi dalam tubuh
gugus tersebut akan dihidrolisis oleh plasma
cholinesterase, dengan demikian golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami
metabolisme dibandingkan golongan amide.
Obat disuntikkan di otot sekitar vagina.
Cara kerja:
Mengurangi rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, misalnya ketika
akan dilakukan penjahitan luka setelah episiotomi (pengguntingan
dekat vagina).
Tidak efektif untuk menghilangkan nyeri kontraksi persalinan.

Efek samping:
Anestesi lokal jarang berpengaruh terhadap bayi atau ibu.
Pemberian anestesi lokal
Informed consent dan bantu klien untuk merasa rileks.
Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % tanpa epinefrin ke dalam tabung spuit.
Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum
Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat
yang akan diepisiotomi
Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh
darah.
Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimal 10ml lidokain
Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan kulit
melembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum
disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi
4.
Amniotomi
Definisi Teknik amniotomi
Pemecahan ketuban. Harus sudah ada pembukaan
Di inggris juga disebut sedikitnya 2 cm, untuk dapat
memasukkan alat pemecah ketuban
sebagai induksi bedah. Setelah ketuban pecah, jari masih
Sering digunakan untuk tetap dipertahankan di dalam vagina
sehingga aliran air ketuban dapat
menginduksi atau dikendalikan
mempercepat Pengendalian aliran air ketuban ini
untuk menghindari sebanyak mungkin
persalinan. komplikasi yang mungkin terjadi.
Mekanisme amniotomi
Diantara waktu kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam hati-hati.
Raba selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk panggul
dengan baik dan tali pusat atau bagian-bagian kecil dari tubuh bayi dapat di
palpasi,
Saat memecahkan selaput ketuban, satu tangan berada diatas fundus untuk
memfiksasi kepala agar tetap didalam PAP dengan baik
Setelah pecah, tangan yang berada didalam vagina dipertahankan untuk meraba
turunnya bayi dan memastikan bahwa tali pusar atau bagian kecil bayi tidak teraba
Indikasi anatomi
Dampak akibat amniotomi
Kompresi tali pusat Penolong akan memasang
Kompresi kepala yang tidak elektroda pemantau janin
merata disertai molding yang internal
lebih luas dan kaput Pada saat kelahiran, terlihat
suksedaneum dapat bahwa bayi akan lahir dengan
meningkatkan resiko perdarahan ketuban masih utuh
intravaskular, terutama jika Kebutuhan untuk menstimulasi
ketuban pecah pada awal persalinan misal: bila terjadi
persalinan disfungsi uterus hipotonik
Untuk memfasilitasi penurunan
janin dan mengurangi
kemungkinan bahwa dorongan
akibat kontraksi akan
menyebabkan ketuban pecah
dengan tiba-tiba sehingga
terjadi prolaps tali pusat
Prinsip-prinsip Amniotomi
Lakukan amniotomi dengan teknik aseptik
Pada saat amniotomi, kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak
dikeluarkan darin panggul selama prosedur karena tindakan seperti itu akan
menyebabkan prolaps uteri
Lakukan amniotomi diantara kontraksi
Dorongan yang menyebabkan ketuban pecah berkurang

Ketuban tidak diregang dengan ketat terhadap kepala janin (sehingga terdapat
ruang yang tidak terlalu sedikit untuk memegang ketuban kemudian merobeknya
dengan aman.
Gunakan alat yang efektif dan mudah digunakan untuk tindakan cepat, seperti
klem alias atau berbagai bentuk lain yang diproduksi untuk tujuan ini. Instrumen
yang menggelinding atau tergelincir pada permukaan selaput tidak
menguntungkan bagi klinis sekaligus memperpanjang periode pemeriksaan dalam
bagi ibu
Mengevaluasi dampak amniotomi pada serviks (pembuaan) dan pada janin
(penurunan dan rotasi)
Memastikan bahwa tidak terjadi prolaps tali pusat
Evaluasi bunyi jantung janin selama dan setelah amniotomi dilakukan
4.
PEMERIKSAAN FISIK BBL
Pemeriksaan Fisik BBL
Dilakukan minimal 3x
1. Pemeriksaan pada saat lahir
2. Pemeriksaan yang dilakukan dalam 24
jam di ruang perawatan
3. Pemeriksaan pada waktu pulang
1. Pemeriksaan di kamar bersalin

Menilai adaptasi APGAR SCORE


Alur Resusitasi
Mencari kelainan kongenital
Dicurigai dari ANC: obat-obat teratogenik, terkena
radiasi, infeksi virus pada T1
Penilaian:
* Volume Amnion
Poli hidramnion (volume > 2000mL)
Oligo hidramnion (volume < 500mL)
* Tali Pusat kesegaran
*Plasenta pengkapuran, nekrosis,
Pemeriksaan cepat dan menyeluruh
BB dan Masa Kehamilan
Kejadian kelainan kongenital meningkat pada usia
kurang bulan; bayi kecil masa kehamilan
Mulut
Hipersalivasi curigasi atresia esofagus
Cek patensi dengan pemasangan NGT/OGT ke
lambung
Anus
Kelainan pada garis tengah
Spina bifida, ambigus genitalia
Jenis kelamin jika meragukan tunda pemberitahuan
2. Pemeriksaan di Ruang Rawat

Aktivitas fisik : posisi dan gerakan tungkai dan


lengan
Tangisan bayi : merintih curiga kesulitan
bernafas
Wajah BBL : cth: Sindrom Down, dll
Keadaan Gizi : BB dan PB sesuai masa
kehamilan
Suhu : Normal 36,5 - 37,5
3. Pemeriksaan pada waktu memulangkan
Yakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan
akibat trauma
1. Susunan saraf pusat aktivitas bayi, ketegangan ubun-
ubun
2. Kulit adanya ikterus, piodermia
3. Jantungadanya bising yang baru timbul kemudian
4. Abdomen adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
5. Tali pusat adanya infeksi
6. Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai
menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian asi yang
benar

Anda mungkin juga menyukai