Anda di halaman 1dari 27

By :Yosi Fenita

Jurusan Peternakan
2012

NUTRISI VITAMIN
Vitamin adalah nutrien mikro organik,
sedangkan sebagian besar pakan terdiri atas nutrien organik.
Maka wajar jika semula ada anggapan tak ada nutrient organik lagi
selain karbohidrat, lemak dan protein.
Akibatnya pengakuan vitamin sebagai nutrien terlambat,

Sinshe (dokter tradisional) negeri Cina dapat mengobati orang rabun


senja dengan hati sapi. Untuk menambah citarasa, irisan hati
dicelupkan dulu ke dalam madu.

Pada tahun 1747, Lind, seorang dokter Angkatan Laut Kerajaan Inggris
memperlihatkan bahwa penyakit sariawan dapat diobati dengan jeruk.
Sejak itu kapal-kapal Inggris senantiasa membawa bekal jeruk lemon
(lemons; limes) sehingga pelaut Inggris pernah dijuluki the limies
(pemakai lemon).

Di Eropa telah lama diketahui bahwa konsumsi minyak ikan dapat


mencegah penyakit tulang (rachitis; rickets).
Jeans Dumas (1800 1884) dari Perancis mungkin orang pertama
yang meragukan bahwa kebutuhan akan nutriens organik dapat
dipenuhi oleh karbohidrat, protein, dan lemak. Pendiriannya
berlandaskan pengalaman buruknya. Pada masa perang, ketika
Perancis diduduki Jerman (1870 1871) banyak orang kelaparan.
Dumas tergugah untuk mengatasi kekurangan gizi pada bayi dan anak-
anak. Dia membuat susu buatan yang mengandung cukup protein,
lemak, karbohidrat dan garam. Hasilnya ternyata sangat
mengecewakan anak-anak banyak yang jatuh sakit dan meninggal.

Pada tahun 1887, Takaki, seorang Direktur Jendral Kesehatan Departemen


Angkatan Laut Jepang melepas kapal selama 9 bulan dalam rangka menguji
menu pangan baku berbahan utama beras sosoh (polish rice) dan ikan kering.
Sebagian pelaut diberi menu baku. Sebagian baku + suplemen daging, susu,
dan sayur-sayuran. Ternyata 60 % dari 276 pelaut yang mendapat menu baku
menderita beriberi, sedangkan kasus beri-beri dikalangan pelaut yang
mendapat suplemen hanya 5 %. Takaki menarik kesimpulan bahwa beri-beri
dapat diatasi dengan suplementasi protein. Protein anti beri-beri yang hilang
dari beras yang digiling terlalu lanjut itu dinamakan orizanin, diambil dari kata
Oriza Sativa (beras).
Dugaan akan adanya sesuatu yang hilang pada beras sosoh
mendorong seorang dokter belanda, Cristian Eijkman untuk meneliti
beriberi yang banyak diderita oleh penduduk Hindia Belanda (Indonesia
tempo doeloe). Halaman rumah sakit tempat dia bekerja dijadikan
laboratorium percobaan pemberian beras sosoh dan bekatul kepada
ayam kampung. Ayam percobaan yang mendapat beras sosoh ternyata
menderita gangguan system saraf perifer yang mirip beriberi pada orang.
Kelainan lain pada ayam tersebut adalah sayapnya kaku serta kepalanya
tertengadah. Eijkman menduga system syaraf yang terganggu cukup
banyak. Maka penyakit tersebut dinamakan polyneuritis gallinarum
(polineuriitis ayam). Bahkan vitamin B1 pernah dijuluki morele vitamin
karena kemampuannya untuk memelihara kesehatan mental orang.
Gejala itu hilang jika ayam diberi bekatul. Sejak tiu Eijkman memerangi
beriberi dengan anjuran untuk meningkatkan konsumsi bekatul dan beras
tumbuk, beras yang tidak putih bersih hasil penumbukan dengan lesung.
Lembaga Eijkman di Jakarta merupakan bukti sejarah karyanya di
Indonesia.
Grijns (1901) seorang dokter kawan Eijkman dapat mengisolasi kristal
zat anti beriberi dari dedak padi.
Melalui studi histologis setelah beras dikeluarkan dari
sekam, Lubis (1958) menggambarkan bahwa putih
lembaga beras (endosperm) diselimuti 7 lapisan sel.
Mulai dari luar ke dalam berturut-turut terdapat epikarp,
mesokarp, lapisan sel melintang (transversal), lapisan sel
tabung (tubular), evidermis dinding biji (spermoderm),
perisperm, dan lapisan aleron. Lapisan aleron itu kaya
akan protein, mineral dan vitamin, antara lain vitamin B1
(tiamin). Karena masyarakat menyukai beras yang putih
bersih, dahulu penggilingan beras dilengkapi kemudahan
untuk penyosohan (penggosokan). Dengan dmikian beras
yang dihasilkan adalah endosperm yang sebagian besar
terdiri atas pati. Dalam jangka lama, konsumsi beras
seperti itu menyebabkan beriberi, akibat defisiensi tiamin.
Pemberian nama yang salah sejak awal seolah-olah menjadi
pertanda akan terjadinya kesimpangsiuran nomemklatur di
kemudian hari. Nomenklatur vitamin boleh dikatakan kacau balau.
Pada tahun 1913, Mc Collum dan Davis dari Universitas
Wisconsin berhasil mengisolasi vitamin A. Pada tahun itu juga,
Osborne dan mendel dari balai Penelitian Connecticut, melalui
penelitian yang indenpenden, juga melaporkan hal yang sama.
Karena itu mereka semua dicatat sebagai penenu vitamin A.
Vitamin tersebut larut lemak, maka McCollum mengusulkan nama
fat soluble a (faktor A larut lemak), untuk membedakannya
dengan water soluble B yaitu tiamin yang bersifat larut air.
Tampaknya ada niat untuk memberi nama vitamin berdasarkan
abjad. Akan tetapi pelaksanaannya tidak tuntas. Penggunaan
nomor subskrip juga tidak konsisten. Subskrip itu adakalanya
dipakai untuk menyatakan vitamin yang berbeda, seperti B2
(riboflavin) dan B6 (pirodoksin), adakala dipakai untuk
menyatakan vitamer (isotel) seperti vitamin D2 (ergokalsiferol) dan
vitamin D3 (7-dehidrokolesterol).
Vitamer atau isotel bukan isomer. Isomer adalah senyawaan
yang berformula kimia sama. Misalnya -Ala (AA produk
katabolisme basa pirimidin) adalah isomer -Ala (AA niresensial).
Kedua-duanya berformula kimia C3H7NO2. Bedanya, gugus
amino pada -Ala terdapat pada karbon alfa (karbon ke-2),
sedangkan pada -Ala, gugus tersebut ada pada karbon beta
(karbon ke-3).
Vitamer adalah senyawa berformula kimia berlainan namun
beraktivitas vitamin sama. Vitamin D2 adalah C28H44O, sedangkan
vitamin D3 adalah C27H44O. Kecuali unggas, kedua-duanya
berfungsi sebagai vitamin D. Ternak unggs tidak dapat
menggunakan vitamin D2.
Adanya vitamer sedikit banyak menyulitkan penentuan
kadar vitamin. Kebutuhan ternak akan vitamin yang memiliki
vitamer, tidak cukup dinyatakan sebagai kadar atau jumlah satu
vitamer saja. Karena itu penentuan kadar atau kebutuhan ternak
harus didasarkan pada biopotensi kesekuruhan. Hasil uji biologis
jauh lebih berarti daripada sekadar kadar, karena ada keragaman
Selain masalah nomenklatur, vitamer dan keragaman
biopotensi, fungsi vitamin juga sering samar perbedaannya
dengan enzim dan hormon. Sama halnya dengan enzim
dan hormon, vitamin juga merupakan biokatalisis reaksi
kimia dalam tubuh. Bedanya dengan enzim dan hormon,
vitamin perlu tersedia dalam pakan sedangkan enzim dan
hormon dapat dibuat tubuh, kecuali vitamin D. Dalam
jaringan Subkutan, tersedia prekursor (bahan pembangun)
vitamin D (provitaminD) yang dapat diubah menjadi vitamin
D jika terkena radiasi ultraviolet sinar matahari. Enzim
diproduksi oleh organ tubuh dan bekerja lokal atau pada
jaringan yang berdekatan. Sedangkan hormon dihasilkan
oleh kelenjer endokrin lalu diekresikan ke dalam darah,
kemudian dibawa oleh aliran darah ke organ sasaran yang
jauh dari organ yang menghasilkannnya. Vitamin larut air
banyak yang berfungsi sebagai koenzim, sedangkan
vitamin larut lemak banyak berfungsi seperti hormon.
Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh
konsumsi pangan tertentu berangsur-angsur membawa ke
pengakuan akan adanya nutrient organic esensial selain
karbohidrat, protein dan lemak. Nutrien tersebut mula-mula
hanya disebut accessory food factors (faktor bahan
tambahan). Karena jumlah yang dibutihkan sedikit sekali,
accessory food factors itu digolongkan ke dalam
nutrienmikro. Pada tahun 1911 1912, seorang pakar
Biokimia Polandia bernama Funk memberi nama vitamine
pada kelompok nutrient itu. Nama tersebut diambil dari vita
dan amine yang berarti amin yang penting bagi kehidupan.
Funk menduga kelompok nutrient itu semuanya amin.
Kemudian terbukti pemberian nama itu salah
(misnomer),karena tidak semua accessory food factors itu
adalah amin. Namun nama itu tetap dipakai hingga
sekarang. Dalam pustaka berbahasa Inggris, sejak tahun
Vitamin Penemu Tahun
Penem Isolasi atau Struktur
uan identifikasi atau
sintesis
(retinol, retinoldehid, McCollum & Davis 1913 1931 1937
am retinoat) Osborne & Mendel
(Thiamin) Funk 1912 1926 1936
(Riboflavin) Emmett & McKim 1917 1933 1935
(Piridoksin) Gyorgy 1934 1938 1939
2 (Sianokabaliamin) Rickes et al & Smith 1948 1948 1955
otin Boas 1920 1939 1942
lasin (Asam Folat) Itchell et al 1941 1945 1945
asin (asam Nikotenat) Goldberg et al 1915 1935 1937
am aspartat William et al 1933 1933 1940
asam askorbat) Host dan Frohlich 1907 1928 1933
aminobenzoat Woods 1940 1940 1940
ositol Eascott 1850 1928 1940
olin Best dan Hartroft 1947 1949 1949
By :Yosi Fenita

NUTRISI MINERAL
Jika dilihat jenis unsurnya, masukkan yang dibutuhkan ternak terdiri
dari unsur-unsur organogen dan unsur-unsur biogenik. Unsur-unsur
organogen diperlukan untuk membangun bagian tubuh utama tubuh
tanaman dan ternak. Unsur-unsur tersebut terdiri dari atas H, C, N, dan
O yang dapat diperoleh ternak dari karbohidrat, protein, lemak dan
vitamin pakan dan air minum serta O2 dari udara.

Unsur-unsur biogenik adalah nutrien mikro anorganik yang


mempunyai aktivitas biologis dalam tubuh. Unsur-unsur tersebut perlu
tersedia dalam pakan, maka dinamakan mineral essensial. Kini ada 15
mineral yang diakui essensial. Berdasarkan kadarnya, mineral tersebut
dapat dibagi menjadi unsur makro, mikro dan langka. Unsur makro
terdapat dalam kisaran 100- 10-2 sehingga kadarnya masih dapat
dinyatakan dalam %, unsur mikro terdapat dalam kisaran 10-3 10-5
sehingga kadarnya tidak nampak jelas jika dinyatakan dalam %, maka
dinyatakan dalam satuan ppm (part per million) sehingga baru tampak
jelas sebagai bilangan bulat bila dinyatakan dalam satuan ppb (part per
billion) atau mg/ton. Unsur makro terdiri atas Ca, P, K, Na, Cl, Mg dan S.
Unsur mikro terdiri atas Fe, Mn, Zn, dan Cu dan unsur langka J (baca
yodium), Se, Co, dan M, Selain itu Sn, Ni, V dan Si diperkirakan mungkin
juga esensial.
Jika dilihat jenis unsurnya, masukkan yang dibutuhkan ternak terdiri
dari unsur-unsur organogen dan unsur-unsur biogenik. Unsur-unsur
organogen diperlukan untuk membangun bagian tubuh utama tubuh
tanaman dan ternak. Unsur-unsur tersebut terdiri dari atas H, C, N, dan
O yang dapat diperoleh ternak dari karbohidrat, protein, lemak dan
vitamin pakan dan air minum serta O2 dari udara.

Unsur-unsur biogenik adalah nutrien mikro anorganik yang


mempunyai aktivitas biologis dalam tubuh. Unsur-unsur tersebut perlu
tersedia dalam pakan, maka dinamakan mineral essensial. Kini ada 15
mineral yang diakui essensial. Berdasarkan kadarnya, mineral tersebut
dapat dibagi menjadi unsur makro, mikro dan langka. Unsur makro
terdapat dalam kisaran 100- 10-2 sehingga kadarnya masih dapat
dinyatakan dalam %, unsur mikro terdapat dalam kisaran 10-3 10-5
sehingga kadarnya tidak nampak jelas jika dinayakan dalam %, maka
dinyatakan dalam satuan ppm (part per million) sehingga baru tampak
jelas sebagai bilangan bulat bila dinyatakan dalam satuan ppb (part per
billion) atau mg/ton. Unsur makro terdiri atas Ca, P, K, Na, Cl, Mg dan S.
Unsur mikro terdiri atas Fe, Mn, Zn, dan Cu dan unsur langka J (baca
yodium), Se, Co, dan M, Selain itu Sn, Ni, V dan Si diperkirakan mungkin
juga esensial.
Pengetahuan tentang esensialitas suatu mineral dapat diketahui
dengan salah satu atau perpaduan 4 metode di bawah ini ;
Dari kejadian sakit yang disebabkan oleh defesiensinya dan
kesembuhan dari sakit setelah defesiensi itu dikoreksi oleh mineral
yang bersangkutan. Essensialitas Co diketahui dengan Metode I.
Pada tahun 1935, domba di Australia banyak menderita sakit dengan
gejala gelisah, kehilangan selera makan (anorexia), anemia, makin
kurus dan lemah (achexia) dan akhirnya mati. Gejala itu hilang dalam
seminggu setelah domba dipindahkan ke daerah pasturanya (padang
rumput) cukup mengandung Co. Mineral tersebut adalah inti
sianokoalamin (Cyanocobalamin ; vitamin B12). Vitamin tersebut
pernah diberi nama APF (Animal Protein Factor), suatu faktor X yang
menyebabkan mutu protein hewani lebih unggul daripada protein
nabati. Juga pernah dijuluki vitamin anti anemia dan faktor
pertumbuhan. Kelainan domba tersebut di atas pada dasarnya adalah
akibat defesiensi sianokobalamin. Domba penderita sembuh setelah
disuntik sianokobalamin, akan tetapi gejala sakit tidak hilang dengan
penyuntikkan Co. sianocobalamin dapat disintesis oleh bahteri rumen,
jika pakan cukup mengandung Co. Dengan demikian penyakit
defesiensi Co pada ruminansia dapat diobati dengan penyuntikan
sianocobalamin pada ternak atau suplemen Co ke dalam ransum.
Menguji secara eksperimental efek pemberian ransum
sintetik (ransum murni) yang mengandung berbagai
level mineral untuk mengetahui apakah pemberian level
rendah menyebabkan kelainan.

Menguji apakah suatu mineral merupakan kofaktor satu


atau beberapa enzim. Dengan mengunakan metode 3
antara lain dapat dikukuhkan esensialitas Mo. Mineral
tersebut kofaktor enzim oksidase santin (xanthine oxidase)
tikus, anjing, domba, kalkun dan ayam. Enzim tersebut
berperan dalam oksidasi basa-basa purin asam nuklaet
menjadi asam urat dalam rangka hasil ikutan metabolisme
protein.
Menguji mineral seperti dalam metode 2 dalam kondisi
lingkungan udara bersih. Air minum hewan percobaan adalah air
bebas ion (deionized water). Nutrien organik diberikan dalam
bentuk campuran monomer, bukan dalam bentuk polimer seperti
pada pakan alami. Protein misalnya, disediakan sebagai campuran
AA. Vitamin dan mineral diberikan sebagai bahan kimia murni.
Kandang dan perlengkapannya tidak mengandung logam,
semuanya terbuat dari plastik. Udara untuk pernafasan hewan
percobaan disaring guna mencegah masuknya debu (mineral),
karena defesiensinya menyebabkan terjadinya kelainan dan
kecukupan nya bermanfaat.
Shwarz et al (1990) mengemukakan bahwa timah putih
(Stannum ; Sn) mungkin esensial karena suplementasi 2 mg/kg
stanik sulfat (SnSO4) meningkatkan petumbuhan tikus percobaan
dari 1.1 menjadi 1.75g/hari. Timah putih diduga berfungsi sebagai
katalis redoks (reaksi reduksi dan oksidasi) Mungkin juga Sn
diperlukan oleh bagian aktif metaloenzim terkait.

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa nikel (Ni)


mungkin juga esensial. Pemberian nikel pada ayam< 14 mg/ton
menyebabkan abnormalitas yang dapat dikoreksi dengan
suplementasi mineral tersebut. Ayam menderita gangguan hati,
antara lain oksidasi -gliserofosfat dalam hati turun, lemak hati
meningkat, fosfolipid turun, dan terjadi kerusakkan struktur sel.
Ayam percobaan menderita dermatitis dan perubahan warna pada
kulit dan tulang, antara lain tulang ayam bertambah kuning. Nikel
juga esensial untuk meningkatkan aktivitas enzim urease bahteri
rumen (Spears et al, 1997) Fungsi fisiologis Ni diduga ada
hubungannya dengan pemeliharaan struktur membran sel dan
berperan dalam pembangunan struktur asam nukleat.
Vanadium (V) mungkin esensial karena defesiensinya
menurunkan laju pertumbuhan bulu dan bobot ayam,
meningkatkan kolesterol darah serta menurunkan kinerja
reproduksi tikus (Hopkins dan Mohr, 1995). Fungsi Fisiologis
V diperkirakan sebagai katalis redoks. Dugaan sementara
kadarnya dalam BK ransum < 500 mg/ton.

Suatu penelitian pada ayam memberi indikasi bahwa


Silenium (Si) mungkin esensial karena mineral tersebut
diperlukan untuk kalsifikasi tulang (Carlisle. 1990).
Defesiensi Si menyebabkan tulang persendian menjadi kecil
dan kehilangan sekitar 1/3 kadar airnya. Diduga Si berperan
dalam sintesis mukopolisakarida matriks organik tulang.
Mineral tersebut selaku penghubung silang (cross-linker)
jaringan pengikat tulang. Tanpa Si mukopolisakarida dan
glukoprotein tulang akan mengalami dekomposisi.
Essensialitas mineral ditetapkan berdasarkan kriteria yang
berubah sejalan dengan kemajuan ilmu dan tehnologi. Kriteria
tersebut dapat menjadi kriteria konservatif, kriteria moderat, dan
kriteris liberal. Berdasarkan kriteria konservatif, suatu mineral
dinyatakan esensial jika memenuhi persyarakat berikut :

Terdapat dalam semua jaringan


Konsentrasinya dalam tubuh berbagai species menyebar normal
sekitar suatu rataan dengan simpangan baku tertentu.
Konsentrasinya dalam tubuh diatur secara homeostatis.
Defesiensiya pada berbagai species mengganggu kesehatan dengan
gejala sakit yang serupa.
Gangguan kesehatan itu dapat dikoreksi dengan suplementasi
mineral yang bersangkutan.
Defesiensinya menyebabkan penyimpangan dalam reaksi biokimia
dalam tubuh
Penyimpangan biokimia itu dapat dikoreksi dengan suplementasi
mineral yang bersangkutan
Segera tampak bahwa kriteria konservatif itu keras sekali. Jika kriteria itu
dipertahankan, akan sedikit sekali mineral yang dapat dinyatakan esensial.
Selenium (Se) misalnya, tidak memenuhi syarat No 2. Unsur tersebut
beromor atom 34 dengan bobot atom 78,89 (Dalton) dan bervalensi 2,4 dan
6. Karena mineral tersebut bersifat polivalen dan multivalen yang
memungkinkan untuk membentuk ikatan dengan aneka senyawa, sekali
tubuh kemasukkan Se berlebihan, mineral tersebut akan terentensi lama.
Kadar Se tubuh cenderung tidak menyebar normal, melainkan menceng ke
kanan (Skewed) ke arah konsentrasi tinggi. Ternak domba yang mendapat
Se yang ditingkatkan terus hingga 500-600 mg/kg bobotnya memperlihatkan
kadar Se yang meningkat terus sehingga ternak tersebut keracunan.
Selenium mendekati Selene, nama dewi bulan orang Yunani Kuno.
Seperti juga bulan, Se berwajah ganda. Ada permukaan terangnya yaitu
esensialitasnya, adapula permukaan gelapnya, yaitu toksisitasnya. Sebelum
dapat dikukuhkan sebagai mineral essensial dengan kriteria yang telah
diperbaharui, Se sebagai logam berat yang toksik.
Karena kepekaan berbagai species terhadap defesiensi mineral
berbeda-beda, persyaratan nomor 4 kriteria konservatif juga sulit untuk
dipenuhi. Defesiensi Cu mengalami depigmentasi wol. Pedet dan domba
yang defesien Cu kehilangan koordinasi dalam mengatur lokomosi (ataxia).
Dengan kriteria moderat, suatu mineral dinyatakan
esensial jika memenuhi persyarakat berikut :

terdapat dalam tubuh sejak lahir


dalam tubuh kadarnya tidak meningkat dengan
bertambahnya usia.
dalam tubuh konsentrasinya diatur secara
homeostasis.
Adanya mineral dalam tubuh dapat berasal dari polutan. Akibat
polusi, kadar logam berat yang toksik, seperti timah hitam (Pb) dan
Cadmium (Cd) cenderung meningkat bersama kenaikan umur.

Mineral esensial cenderung bertahan dalam kisaran yang konstan,


walaupun ternak bertambah tua. Bahkan khromium (Cr) cenderung
turun jika usia bertambah. Unsur Cr merupakan bagian integral GTF
(Glucose Tolerance Factor). Unsur tersebut dapat mengikat hormon
insulin pada membran sel sehingga entri glukosa ke dalam sel
meningkat. Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit manula
(manusia usia lanjut). Toleransi terhadap glukosa bayi dan anak kecil
sangat tingi. Sesuai dengan kondisi fisiologisnya. Anak kecil cenderung
menyukai permen. Toleransi tersebut berangsur-angsur turun bersama
kenaikan umur. Penurunan toleransi terhadap glukosa berkorelasi
positif dengan penyusutan kadar Cr. Dengan demikian mineral tersbut,
jika dikemas dalam bentuk Cr-organik mungkin dapat dijadikan obat
diabetes orang, peningkatan entri glukosa ke dalam sel untuk sintesis
laktosa susu, dan peningkatan efesiensi penggunaan karbohidrat pada
ikan.
Esensialitas mineral masa kini pada umumnya ditetapkan
dengan kriteria liberal yang persyaratannya seperti berikut :

Defesiensinya mengubah fungsi tubuh dari optimal ke sub


optimal
Perubahan itu dapat dikoreksi oleh mineral yang bersangkutan.

Unsur-unsur mikro dan langka serta unsur yang mungkin


essensial pada umumnya dikukuhkan dengan kriteria liberal. Kriteria
itu memungkinkan untuk melakukan langkah pencegahan defesiensi
suatu mineral tanpa harus menunggu munculnya gejala sakit.
Suplementasi Zn misalnya dapat segera dilakukan setelah melihat
metaloenzim yang mengandung Zn beraktivitas rendah, tanpa harus
melihat dulu bayi-bayi lahir dengan bibir sumbing. Perubahan kriteria
dan progress dalam analisis mineral serta metaloenzim membuka
peluang bagi mineral lain untuk dinyatakan essesial dimasa datang.
Menurut lagu rayuan Pulau Kelapa yang dihormati,
Indonesia itu pulau kelapa nan amat subur..... sejak dulu
kala. Sumber kesuburan adalah gunung api. Indonesia
memiliki 500 gunung api, 129 diantaranya aktif, maka
merupakan negara kelautan bergunung api terbanyak di
dunia. Erupsi gunung api memuntahkan aneka gas panas
dan beracun serta padatan dalam berbagai ukuran.
Padatan yang mengandung logam berat toksik pada
umumnya akan tertimbun pada lapisan tanah bagian
bawah, sedangkan unsur-unsur bernomor atom kecil
terdapat pada bagian tanah bagian atas. Unsur-unsur
bernomor dan bervalensi kecil essensial untuk kehidupan
tanaman, ternak dan orang. Seharusnya defesiensi
mineral pada orang dan ternak juga terjadi.
Akan tetapi, sejak dulu kala pulau bergunung api cenderung banyak
penduduknya. Pertambahan penduduk hampir menuntut ruang. Selama
ini tuntutan itu dipenuhi dengan mengorbankan lahan kehutanan,
perkebunan dan pertanian. Kehilangan vegetasi dan lahan resapan air
menyebabkan kehilangan kendali dalam mengatur tataguna air. Tiap
musim hujan terjadi banjir, tiap kemarau terjadi kekeringan. Bersama
aliran banjir hanjut pula harapan masa depan, yaitu unsur-unsur
kesuburan tanah yang esensial untuk semua mahluk hidup. Unsur-unsur
tersebut pada umumnya berbobot atom dan bervalensi kecil. Tubuh
mengkehendaki unsur berbobot atom dan bervalensi kecil karena unsur-
unsur itu mudah diatur. Unsur-unsur kecil itu mudah ditingkatkan
absorbsinya jika tubuh kekurangan dan mudah dieksresikan ke dalam
urine jika belebihan. Regulasi homeostasis praktis tidak efektif bagi
unsur berbobot atom berat dan polivalen serta multivalen. tanah airku
aman dan makmur, pulau kelapa yang amat subur itu kini sudah masuk
ke dalam sejarah. Peternakan masa depan besar kemungkinan akan
berhadapan dengan masalah defesiensi mineral esessial dan toksisitas
logam berat. Untuk mengantisipasi datangnya hari itu, konfigurasi
elektron mineral esensial pada tabel 1.4 dapat direnungkan kira-kira
unsur apa saja yang berpeluang defesien dan unsur apa yang mungkin
makin meningkat kadarnya dalam pakan.
konfigurasi elektron unsur organogen
dan mineral essensial
Unsur Nomor Bobot Kulit orbit Elektron orbital valensi
atom atom* elektron
(Dalton)
H 1 1.00797 K 1 s 1
C 6 12.01115 K.L 2s, 2s 2p 2,4
N 7 14.0067 K.L 2s, 2s 3p 3,5
O 8 15.9994 K.L 2s, 2s 4p 2
Na 11 22.9898 K, L,M 2s, 2s 6p, 1s 1
Mg 12 24.312 K, L,M 2s, 2s 6p, 2s 2
P 15 30.9738 K, L,M 2s, 2s 6p, 2s 3p 3,5
S 16 32.064 K, L,M 2s, 2s 6p, 2s 4p 2,4,6
Cl 17 35.453 K, L,M 2s, 2s 6p, 2s 5p 1,3,5,7
K 19 39.102 K, L,M 2s, 2s 6p, 2s 6p.., 1s 1
Ca 20 40.08 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p.., 2s 2
Mn 25 54.9380 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 5d .., 2s 2,3,4,6,7
Fe 26 55.847 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 6d .., 2s 2,3
Co 27 58.9332 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 7d .., 2s 2,3
Cu 29 58.996 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 10d .., 1s 1,2
Zn 30 65.37 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 10d .., 2s 2
Se 34 78.96 K, L,M, N 2s, 2s 6p, 2s 6p 10d .., 2s 4p 2,4,6
Mo 42 95.94 K, L,M, N, 2s, 2s 6p, 2s 6p 10d .., 2s 6p 3,4,6
0
5d,.. 1s
J 53 126.9044 K, L,M, N, 2s, 2s 6p, 2s 6p 10d .., 2s 6p 1,3,5,7
0
10d,.. 2s 5p
Diantara 15 mineral esensial ada 9 diantaranya yang
dibutuhkan sebagai kation, yaitu Na+, Mg+, K+, Ca++, Mn++,
Fe++, Co++, Cu++ dan Zn++. Enam sisanya diperlukan dalam
bentuk anion PO4--, So4--, Cl- dan J- atau anion kompleks
MoO4- dan SeO3-. Manfaat suatu mineral bergantung pada
kelarutan dan valensinya. Chromium (Cr) misalnya,
bervalensi 2, 3 dan 6. Unsur Cr yang essensial adalah yang
bervalensi rendah, akan tetapi sulit larut dan tidak dapat
diserap usus. Dalam studi kecernaan, Cr2O3 sering dipakai
sebagai indikator. Sebaliknya Cr bervalensi 6 mudah larut
dan mudah diserap, akan tetapi toksik. Keadaan serba salah
itu dapat terjadi pada semua mineral esensial. Karena itu ada
kecendrungan masa kini untuk memasok mineral esensial
sebagai senyawa organik bermineral.

Anda mungkin juga menyukai