Anda di halaman 1dari 74

Seminar Hasil

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UMBI BIT MERAH


( BETA VULGARIS. P ) ORAL DAPAT MENGHAMBAT
KENAIKAN KADAR F2-ISOPROSTAN PADA URIN TIKUS
WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI
AKTIVITAS FISIK BERLEBIH

Yuannita Khristivanie
1490761015

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penuaan adalah proses alami yang akan dialami oleh setiap
individu, namun masih menjadi hal yang menakutkan bagi
kebanyakan orang

Anti Aging Medicine (AAM): penuaan sebagai suatu


penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati,
sehingga dapat kembali kekeadaan semula (Pangkahila, 2011;
Goldman dan Klatz, 2007)

Hasil akhir AAM : usia harapan hidup menjadi lebih panjang


dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila, 2011)
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor Penyebab Penuan
Faktor Faktor
Internal Eksternal
Genetik Asap rokok
Usia Polusi
Hormonal Radiasi
Jenis kelamin Bahan kimia
Sinar UV
Makanan
BAB I
PENDAHULUAN
Radikal bebas adalah suatu molekul reaktif dengan
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada orbit terluar (Pham-Huy et al., 2008).

Salah satu teori menyebutkan bahwa proses


penuaan diakibatkan oleh radikal bebas.

Seiring dengan bertambahanya usia, maka produksi


radikal bebas yang dihasilkan oleh metabolisme
tubuh akan meningkat secara fisiologis

Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan


antioksidan disebut stres oksidatif.
BAB I
PENDAHULUAN
Stres oksidatif tersebut akan menyebabkan kerusakan
komponen selular, termasuk lipid, protein, karbohidrat
dan DNA, menyebabkan patogenesis berbagai
penyakit (Halliwell dan Gutteridge, 2007) termasuk diabetes,
aterosklerosis, kanker (Kesavulu, 2001).

Aktivitas fisik yang berlebih juga dapat meningkatkan


resiko timbulnya stres oksidatif.

Kerusakan oksidatif yang berulang dan dalam waktu


lama akan menyebabkan sel atau jaringan akan
kehilangan fungsinya dan rusak (Suryohusodo, 2000; Singh, 2006).
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak biomarker yang bisa dipakai untuk mengukur
terjadinya stress oksidatif salah satunya F2 Isoprostan

F2 isoprostan sering digunakan untuk mengukur kadar


reaksi peroksidasi lipid, dan mempunyai implikasi yang
penting untuk petanda biologis, karena pengukuran
lebih mudah dan stabil.

Pemeriksaan F2 Isoprostan dapat dilakukan melalui


plasma dan urin. (Halliwell dan Gutteridge, 2007)
BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini antioksidan digunakan dalam rangka upaya


dalam pencegahan dan penanggulangan stres oksidatif

Umbi bit merah (Beta Vulgaris) merupakan satu dari


sekian banyak sumber antioksidan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan

Kandungan senyawa antioksidan dalam umbi bit


merah terdiri dari Flavonoid, Betasianin, Betanin,
asam askorbat dan karotinoid (Ananda, 2008)
BAB I
PENDAHULUAN

Senyawa betalain pada bit berbeda dengan


pigmen antosianin pada tanaman lain karena
pigmen ini juga mengandung senyawa nitrogen
yang memiliki efek positif terhadap aktivitas radikal
bebas dan kanker (Winanti dkk., 2013).
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah pemberian ekstrak umbi bit merah per oral
dapat menghambat peningkatan F2 Isoprostan
urin tikus yang diberi aktivitas fisik berlebih?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
pemberian ekstrak umbi bit merah dapat
menghambat peningkatan F2 Isoprostan urin
tikus yang diberi aktivitas fisik berlebih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian diperoleh informasi ilmiah
mengenai efektivitas ekstrak umbi bit merah
sebagai antioksidan dalam menangkal radikal
bebas dengan indikator penurunanan kadar F2-
isoprostan pada urin tikus putih wistar yang
diinduksi pelatihan fisik berlebih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Aplikasi
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek
sehari hari, yaitu diharapkan ekstrak umbi bit
merah (beta vulgaris.l) dapat digunakan sebagai
suplemen antioksidan untuk mencegah atau
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada
proses penuaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat membuktikan efektivitas
ekstrak umbi bit merah dalam menangkal radikal
bebas, dan telah dilakukan clinical trial, maka
diharapkan ekstrak umbi bit merah dapat
digunakan sebagai antioksidan.
BAB III
Kerangka Berpikir, Konsep, Hipotesis Penelitian
3.1 KERANGKA BERPIKIR
Penuaan adalah proses alami yang akan di alami oleh semua
mahluk hidup di bumi ini, termasuk manusia.
Radikal bebas akan mempercepat proses penuaan dengan
merusak membran sel, DNA, dan protein yang berperan dalam
proses penuaan.
Pada aktivitas fisik yang berlebih, radikal bebas akan lebih cepat
terpicu pembentukannya, dimana aktivitas fisik berlebih akan
meningkatkan komsumsi oksigen yang dapat mengakibatkan
naiknya kadar Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga
menyebabkan Stres Oksidatif
F2 isoprostan yang merupakan hasil dari peroksidasi lipid
membran sel yang diakibatkan oleh radikal bebas didalam tubuh
adalah salah satu indikator yang digunakan untuk melihat stres
oksidatif.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses
oksidasi dimana antioksidan dapat bereaksi dengan radikal bebas
sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif dan relatif stabil
Umbi bit merah mengandung antoksida Betalain, Flavanoid ,
polyphenol yang dapat menghambat dan memutuskan rantai
reaksi radikal bebas dan mencegah reaksi peroksidasi lipid dengan
cara menghitung F2 isoprostan yang digunakan sebagai indikator.
3.2 konsep
Faktor internal Faktor eksternal
Ekstrak umbi bit merah
Genetik (beta vulgaris.l) . Asap rokok
Usia . Polusi
Hormonal . Radiasi
Jenis kelamin . Bahan kimia
. Sinar UV
. Makanan

Tikus yang di induksi


aktifitas fisik berlebih

Kadar F2 Isoprostan pada


Urin

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian


Keterangan Gambar :
: Tidak di teliti
: Diteliti
3.3 Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak umbi bit merah (Beta
Vulgaris) per oral dapat menghambat
peningkatan kadar F2 isoprostan urin tikus
wistar jantan (Rattus norvegicus) yang di
induksi aktivitas berlebih.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian

Pretest - Posttest control group design


Kelompok 1: kelompok kontrol. Kelompok ini adalah
kelompok tikus wistar jantan yang diberikan plasebo
berupa aquadest 2cc dgn pelatihan fisik berlebih
selama 7 hari.
Kelompok 2: kelompok perlakuan / kelompok tikus
wistar jantan yang diberikan ekstrak umbi bit merah
(Beta Vulgaris) 560 mg/hari yang diencerkan dengan
aquadest hingga 2cc peroral setiap hari selama 7 hari
dengan pelatihan fisik berlebih.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi: Penelitian dan pemberian perlakuan


bertempat di Laboratorium Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Dilanjutkan
tahap pembuatan sediaan dan pemeriksaan F2-
isoprostan bertempat di UPT Laboratorium Analitik
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian (Lanj.)

Penelitian dilakukan selama 3 minggu dengan tahapan


sebagai berikut :
Minggu I : Persiapan, pemilihan, adaptasi sampel,
Minggu II : Pemberian aktivitas fisik berlebih Selama 7
hari dan pemeriksaan kadar F2-isoprostan pretest.
Minggu III : Pemberian plasebo dan ekstrak sesuai
kelompoknya disertai dengan induksi pelatihan fisik
berlebih selama 7 hari.
Minggu IV : Pemeriksaan kadar F2-isoprostan posttest,
pengolahan data, konsultasi.
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah tikus wistar jantan
berusia 2-3 bulan dengan berat 100-200 gram.
Menggunakan tikus jantan karena
metabolismenya tidak berhubungan dengan siklus
amper pada betina. Umur tikus yang dipakai berkisar
2-3 bulan, sama dengan usia manusia 18 tahun atau
dewasa muda (Sengupta, 2013).
4.3.2 Kriteria Subyek

Kriteria
Kriteria
Drop
Inklusi Tikus putih
Usia tikus 2- Out
jantan galur Tikus mati
3 bulan
Wistar

Berat badan
Kondisi tikus Tikus sakit
tikus 200-
sehat
220 gr
4.4.1 Penentuan Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan diambil dan dihitung dengan


menggunakan rumus Pocock ( Pocock, 2008).
Pocock (2008) :
n = 2 2 x f (,)
(1 2)2

Keterangan
n = besar sampel
s = simpangan baku
a = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) tingkat kemaknaan (1-
a) = 0,95 dua sisi
b = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)
f ( a,b) = 10,5 (Tabel Pocock, 2008)
Dalam Penelitian ini nilai rerata kelompok perlakuan adalah (1 =
3,35), (2 = 3,83) dan = 0,31 Perhitungan besar sampel dalam penelitian
ini menggunakan = 0,05 dan = 0,1,maka f (,) = 10,5 ( lianiwati,2011
).
Sehingga besar sampel adalah :
n = 2 (0,31)2x 10,5
(3,83 3,35)2
= 8.2
= 9 (pembulatan)
Jumlah sampel tiap kelompok adalah 9 ekor. Dalam rangka
mengantisipasi drop out pada waktu penelitian, maka sampel Pada
tiap-tiap kelompok ditambah sebesar 10% yaitu 0.9 dibulatkan menjadi
1 ekor.
Maka jumlah seluruh sampel adalah 10 dikali 2 adalah 20.
4.4.2 Tehnik Pengambilan Sampel

Semua tikus putih jantan yang memenuhi kriteria inklusi


diadaptasi selama 7 hari, kemudian diberi aktifitas fisik berlebih
selama 7 hari lalu dilakukan pretest.

Sample dipisahkan menjadi dua kelompok secara acak. Kemudian


diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya

1. Kelompok kontrol, diberikan plasebo berupa aquadest 2 cc dan


pelatihan fisik berlebih selama 7 hari
2. Kelompok perlakuan I diberi perlakuan dengan ekstrak umbi bit
merah (Beta Vulgaris,L) 200 mg/hari (Ashoka dan Gowry, 2010)
yang diencerkan sebanyak 2 cc dan pelatihan fisik berlebih selama
7 hari.
4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel


Variabel yang akan diukur ialah variabel bebas dan
variabel tergantung
4.5.2 Klasifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Ekstrak umbi bit merah (Beta
Vulgaris)
2. Variabel tergantung : F2 isoprostan pada urin tikus
putih
3. Variabel Kendali : usia tikus, suhu jenis kelamin, tipe
tikus, makanan dan minuman.
4.5.3 Definisi Operasional Variabel
Ekstrak Etanol Umbi Bit Merah (beta vulgaris.l)
1. Umbi bit merah berasal dari pusat pembelanjaan Tiara Sanur.
Ekstrak umbi bit merah adalah ekstrak etanol dari umbi bit merah
atau Beta Vulgaris. L yang diambil zat aktifnya dengan cara
ekstraksi. Ekstrak diberikan per oral memakai sonde lambung dan
diberikan 1 kali dalam sehari dengan volume 560 mg/hari dicampur
aquadest hingga 2cc. Ekstrak diberikan selama 7 hari.
2. Tikus yang digunakan adalah tikus wistar jantan tipe tikus putih
(Rattus norvegicus) galur wistar jantan yang berumur 2-3 bulan,
dengan berat badan 100-200 gram. Tikus dalam keadaan sehat
tidak terindikasi / menderita penyakit karena dapat menyebabkan
hasil penelitian menjadi tidak valid.
3. F2-isoprostan yaitu senyawa yang menyerupai prostaglandin yang di
sintesis oleh esterifikasi asam arakhodonat sebagai akibat dari reaksi
katalisasi radikal bebas nonenzimatik in vivo, digunakan sebagai
biomarker untuk mengukur stres oksidatif dan peroksidasi lipid diambil
lewat urin menggunakan metode 8-iso-prostaglandinF2

4. Aktivitas fisik berlebih pada tikus yaitu upaya pelatihan dengan


porsi berlebih di ukur dari waktu maksimal kemampuan berenang tikus
yang dikerjakan setiap hari sampai tikus hampir tenggelam (Laksmi,
2010). Lama pelatihan 7 hari (Hardianty, 2011).

5. Plasebo merupakan preparat bukan zat aktif yang digunakan hanya


sebagai kontrol dalam penelitian. Dalam hal ini berupa aquadest yang
diberikan satu kali dalam sehari sebanyak 2cc pada tikus wistar jantan
menggunakan sonde.
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan Alat Alat pembuat ekstrak

Kandang tikus dari Buku, handschoen, face


Makanan ternak dan
plastik isi sekam, mask
air minum
tempat makan minum,
ditutup atap kawat
Alat pemeriksaan F2-
Plasebo / aquadest isoprostan
Wadah tampung urin

Timbangan skala gram Tikus jantan galur


Ekstrak umbi bit wistar, 2-3 bulan, 200-
merah 220 gr
Ember, spuit, sonde
4.7.1 Pemeliharaan tikus percobaan
Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan di Laboratorium
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
dengan memperhatikan hal berikut :
Tikus dipelihara dalam ruangan berventilasi cukup
Suhu ruangan berkisar antara 28-32 derajat celcius
Makanan dan minuman ad libitum
Setiap hari dilakukan pembersihan kandang
Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang dan 12
jam gelap dimana siklus terang dimulai pukul 06.00
WITA sampai dengan pukul 18.00 WITA
4.7.2 Pelaksanaan Perlakuan

Disiapkan Perlakuan
tikus jantan sesuai
galur wistar, Pretest f2
kelompok
2-3 bulan, isoprostan
selama 7
200-220 gram hari

Aktifitas F2-isopros-
Adaptasi 7 berlebih 7 tan posttest
hari hari
4.7 Alur Penelitian

Tikus wistar jantan

Adaptasi 1 minggu

Aktifitas fisik berlebih selama 1 minggu

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan

F2-isoprostan pretest F2-isoprostan pretest


Kelompok Kontrol (O1) Kelompok Perlakuan (O2)

Aquadest 2cc Ekstrak etanol


Via sonde dan Perlakuan Buah bit merah
Aktivitas fisik 7 hari 200 mg/hari via sonde
Berlebih (P0) Dan aktivitas fisik
berlebih (P1)

F2-isoprostan posttest F2-isoprostan posttest


Kelompok Kontrol (O3) Kelompok Perlakuan (O4)

Analisis Data

Gambar 4.2
Alur Penelitian
4.9 Analisis Data
Menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 17.0

Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan, yaitu:


Analisis deskriptif: dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji
hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis
deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan
uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data.
Uji normalitas: digunakan uji Shapiro-wilk karena sampel yang digunakan
kurang dari 30 sampel. Data berdistribusi normal bila p>0,05.
Uji homogenitas: dilakukan dengan Levenes Test. Varian data bersifat
homogen bila nilai p>0,05.
Uji komparasi: untuk mengetahui perbedaan rerata antar
kelompok baik sebelum dan sesudah perlakuan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Bila data berdistribusi normal (p>0,05) dilakukan uji t-
independent untuk antar kelompok. Untuk mengetahui
perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-
masing kelompok dengan paired t-test.
Bila data tidak berdistribusi normal (p>0,05) maka perlu
ditransformasi. Bila tidak juga normal, uji t-independent
diganti dengan uji Mann-Whitney dan paired t-test diganti
dengan uji Wilcoxon Sign.
Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini sebesar 95 %
(=0.05%). Ho ditolak jika p<0.05.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian eksperimental dgn pretest-posttest control
group design terhadap 20 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus) galur wistar jantan berusia 2-3 bulan, berat
badan 100-200 gram

Kontrol Perlakuan
Aquadest 2 cc Esktrak etanol umbi bit
Merah 200mg/hari
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif
Tabel 5.1
Analisis Deskriptif Kadar F2-Isoprostan Antar Kelompok

Rerata
emeriksaan Kelompok SB Median Min Maks
(ng/mL)

Kontrol (P0) 4,17 0,17 4,16 3,92 4,55


Pretest
Perlakuan (P1) 4,150 0,09 4,17 3,98 4,28

Kontrol (P0) 4,23 0,17 4,18 3,91 4,42


Post-test
Perlakuan (P1) 2,99 0,03 2,99 2,94 3,04
SB= simpangan baku; Min=nilai minimum; Maks=nilai maksimum

Hasil analisis deskriptif terhadap variabel kadar F2-Isoprostan sebelum perlakuan


(pretest) dan sesudah perlakuan selama 7 hari (post-test) pada masing-masing
kelompok disajikan pada Tabel 5.1.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.2 Uji Normalitas Data
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok

Variabel Kelompok N p Keterangan

Kontrol (P0) 7 0,322 Normal


Pretest
Perlakuan (P1) 7 0,088 Normal

Kontrol (P0) 7 0,055 Normal


Post-test
Perlakuan (P1) 7 0,701 Normal
n = jumlah sampel, p = signifikansi

Kadar F2-Isoprostan sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan selama 7


hari (post-test) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal (p>0,05) yang disajikan pada Tabel 5.2
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.3 Uji Homogenitas Data
Tabel 5.3
Hasil Uji Homogenitas DataAntar Kelompok

Jenis data N P Keterangan

Data Pretest 14 0,221 Homogen

Data Posttest 14 0,000 Tidak Homogen


n = jumlah sampel, p = signifikansi
Kadar F2-Isoprostan sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah
perlakuan selama 7 hari (post-test) pada masing-masing kelompok
diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Lavenes statistic.
Hasilnya menunjukkan bahwa varian data homogen (p>0,05) (Tabel 5.3).
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.4 Uji Komparabilitas
UJI KOMPARABILITAS SEBELUM PERLAKUAN (pretest)
Analisis komparabilitas bertujuan u/ membandingkan
rerata kadar F2-Isoprostan antar kelompok kontrol (P0) yg
diberikan plasebo berupa aquadest sebanyak 2cc dgn
pelatihan fisik berlebih selama 7hari, & kelompok
perlakuan (P1) yang diberikan ekstrak umbi bit merah
(Beta Vulgaris. L) 200 mg/hari dicampur aquadest hingga
2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari.
Analisis kemaknaan diuji dengan T-independent
karena sebaran data normal dan varian data homogen.
Hasil analisis komparasi kemudian disajikan pada Tabel 5.4.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.3 Uji Homogenitas Data
Tabel 5.4
Komparasi Kadar F2-Isoprostan antar Kelompok Sebelum Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata SB t p

Kontrol (P0) 7 4,17 0,17


0,279 0,784
Perlakuan (P1) 7 4,15 0,09
N= jumlah sampel; SB=simpangan baku; t= t-hitung; p=signifikansi
BAB V
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar F2-


Isoprostan pada kelompok kontrol (P0) sebelum diberikan
perlakuan (pretest) adalah 4,17 0,17 ng/mL, sedangkan
pada kelompok perlakuan (P1) sebelum diberikan
perlakuan (pretest) adalah 4,15 0,09 ng/mL.

Analisis kemaknaan dengan Independent Sample T-Test


menunjukkan bahwa nilai t= 0,279 dan nilai p= 0,784. Hal
ini berarti bahwa kadar F2-Isoprostan pada kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan adalah tidak berbeda
(p>0,05).
BAB V
HASIL PENELITIAN
UJI KOMPARABILITAS SEBELUM PERLAKUAN (pretest)

Analisis komparabilitas bertujuan untuk membandingkan


kadar F2-Isoprostan antar kelompok kontrol (P0) dan
kelompok perlakuan (P1) sesudah perlakuan selama 7 hari
(posttest).
Analisis kemaknaan diuji dengan uji Independent sample T-
test karena data berdistribusi normal (p>0,05).
Meskipun data posttest menunjukkan varian data yang
tidak homogen (p<0,01) namun distribusi data normal dan
karena jumlah kelompok yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dua kelompok, maka syarat penggunaan uji
parametrik Independent sample T-test adalah distribusi
normal saja, varian data diijinkan baik homogen maupun
tidak homogen (Tabel 5.5).
BAB V
HASIL PENELITIAN
UJI KOMPARABILITAS SEBELUM PERLAKUAN (pretest)

Tabel 5.5
Komparasi Kadar F2-Isoprostan antar Kelompok Sesudah Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata SB t P

Kontrol (P0) 7 4,23 0,17


22,499 0,000
Perlakuan (P1) 7 2,99 0,03
N= jumlah sampel; SB=simpangan baku; t= t-hitung; p=signifikansi
BAB V
HASIL PENELITIAN
UJI KOMPARABILITAS SEBELUM PERLAKUAN (pretest)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar F2-Isoprostan


pada kelompok kontrol (P0) sesudah diberikan aktivitas fisik berlebih
selama 7 hari dan diberikan plasebo berupa aquadest 2 cc selama 7
hari (posttest) adalah 4,23 0,17 ng/mL, sedangkan pada kelompok
perlakuan (P1) diberikan aktivitas fisik berlebih selama 7 hari,
diberikan ekstrak kulit buah bit sebanyak 200 mg yg diencerkan
dengan aquadest menjadi 2 cc secara oral sekali setiap hari
selama 7 hari dengan aktivitas fisik berlebih adalah 2,99 0,03
ng/mL.

Analisis kemaknaan dengan Independent Sample T-Test


menunjukkan bahwa nilai t= 22,499 dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti
bahwa kadar F2-Isoprostan pada kelompok P1 secara statistik lebih
rendah dibandingkan kelompok P0 (p<0,01).
BAB V
HASIL PENELITIAN
ANALISIS EFEK PERLAKUAN

Tabel 5.6
Analisis Pre-Post Kadar F2-Isoprostan Pada Setiap Kelompok

Kelompok n Rerata Pretest Rerata Posttest t p

Kontrol (P0) 7 4,17 0,17 4,23 0,17 -0,866 0,409

Perlakuan (P1) 7 4,15 0,09 2,99 0,03 34,708 0,000

Analisis efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan kadar F2-


Isoprostan sebelum (pretest) dan sesudah perlakuan selama 7 hari
(posttest), baik pada pada kelompok kontrol (P0) maupun kelompok
perlakuan (P1). Analisis kemaknaan diuji dengan uji Paired sample T-
test karena data berdistribusi normal dan varian data homogen (Tabel 5.6).
BAB V
HASIL PENELITIAN
ANALISIS EFEK PERLAKUAN

Hasil analisis efek perlakuan menunjukkan bahwa pada


kelompok kontrol (P0) terjadi peningkatan kadar F2-
Isoprostan dari 4,17 0,17 ng/mL menjadi 4,230,17
ng/mL setelah 7 hari diberikan perlakuan berupa aktivitas
fisik berlebih dan aquadest 2 cc, namun secara statistik
peningkatan ini tidak berbeda bermakna (p>0,05).

Namun sebaliknya pada kelompok perlakuan (P1) terjadi


penurunan kadar F2-isoprostan yang signifikan dari 4,15
0,09 ng/mL menjadi 2,99 0,03 ng/mL setelah 7 hari
diberikan perlakuan berupa aktivitas fisik berlebih dan
diberikan ekstrak kulit buah bit sebanyak 200 mg (p<0,01).
BAB V
HASIL PENELITIAN
Perbandingan Rerata Kadar F2-Isoprostan Setiap Kelompok

Grafik berikut
menunjukan secara
ilustratif fluktuasi
kadar F2-isoprostan
antar kelompok
sebelum & sesudah
perlakuan selama 7
hari dapat dilihat
pada gambar 5.1
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Aktivitas Fisik Berlebih terhadap kadar F2-Isoprostan

Penelitian ini, aktivitas fisik berlebih diberikan dgn cara


perenangan sampai subjek penelitian hampir tenggelam
agar didptkan kondisi stres oksidatif (Laksmi, 2010).
Lama pelatihan fisik berlebih dalam penelitian ini adalah 7
hari (Hardianty, 2011).
Aktivitas fisik berlebih dpt meningkatkan konsumsi oksigen
sampai 100 - 200 kali lipat.
Umumnya 2-5 % dari oksigen yg dipakai dlm proses
metabolisme akan menjadi ion superoksid, sehingga saat
aktivitas fisik berat terjadi peningkatan produksi radikal
bebas yang akan memicu terjadinya stres oksidatif dan
dapat merusak semua sel di dalam tubuh (Sauza et al., 2005).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Aktivitas Fisik Berlebih terhadap kadar F2-Isoprostan

Umumnya 2-5 % dari oksigen yg dipakai dlm


proses metabolisme akan menjadi ion
superoksid, sehingga saat aktivitas fisik berat
terjadi peningkatan produksi radikal bebas
yang akan memicu terjadinya stres oksidatif
dan dapat merusak semua sel di dalam tubuh
(Sauza et al., 2005).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Aktivitas Fisik Berlebih terhadap kadar F2-Isoprostan

F2-isoprostan merupakan indikator yg akurat


dari peroksidasi lipid baik pada manusia
maupun hewan dalam konteks terjadinya
stress oksidatif (Morrow et al., 2002), karena kadar F2-
isoprostan meningkat pada beberapa
keadaan yang berkaitan dengan cedera
oksidatif.
Kadar F2-Isoprostan normal pada urin tikus
jantan dewasa adalah kurang dari 2 ng/Ml
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Aktivitas Fisik Berlebih terhadap kadar F2-Isoprostan
Pada penelitian ini, sebelum perlakuan dimulai seluruh kelompok
tikus diberikan aktivitas fisik berlebih selama 7 hari untuk
menyebabkan kondisi stress oksidatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 7 hari aktivitas fisik
berlebih dan sebelum perlakuan (pretest), kadar F2 Isoprostan pada
kedua kelompok lebih tinggi daripada 2 ng/mL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar F2-Isoprostan
pada kelompok kontrol (P0) sebelum diberikan perlakuan (pretest)
adalah 4,17 0,17 ng/mL, sedangkan pada kelompok perlakuan (P1)
sebelum diberikan perlakuan (pretest) adalah 4,15 0,09 ng/mL
(p>0,05).
Hal ini berarti bahwa kadar F2-Isoprostan pada kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan adalah tidak berbeda.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Tanaman umbi Bit (Beta vulgaris. L). merupakan tanaman yang


mirip dengan umbi-umbian karena bagian akar tanaman bit yang
menggembung sehingga sering disebut buah bit.

Kandungan senyawa antioksidan dalam bit merah terdiri dari


senyawa flavonoid, betasianin, betanin, asam askorbat, dan
karetinoid (Ananda, 2008).

Penelitian menunjukkan bahwa umbi bit merah (Beta vulgaris. L)


menginhibisi akumulasi dari produksi lipid peroksidasi plasma
sama baiknya dengan aktifitas enzyme seperti superoxide
dismutase (SOD) dan catalase (Ashoka dan Gowry, 2010).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar F2-Isoprostan


pada kelompok kontrol (P0) sesudah diberikan aktivitas fisik
berlebih selama 7 hari dan diberikan plasebo berupa aquadest 2
cc selama 7 hari (posttest) adalah 4,23 0,17 ng/mL, sedangkan
pada kelompok perlakuan (P1) diberikan aktivitas fisik berlebih
selama 7 hari, diberikan ekstrak kulit buah bit sebanyak 200 mg
yg diencerkan dengan aquadest menjadi 2 cc secara oral sekali
setiap hari selama 7 hari dengan aktivitas fisik berlebih adalah
2,99 0,03 ng/mL (p<0,01).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak


kulit buah bit berpotensi untuk menurunkan kadar f2-
isoprostan pada aktivitas fisik berlebih. Didukung oleh hasil
analisis efek perlakuan menunjukkan bahwa pada kelompok
perlakuan (P1) terjadi penurunan kadar F2-isoprostan yang
signifikan dari 4,15 0,09 ng/mL menjadi 2,99 0,03 ng/mL
setelah 7 hari diberikan perlakuan berupa aktivitas fisik
berlebih dan diberikan ekstrak kulit buah bit sebanyak 200 mg
(p<0,01).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu


yang serupa. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak methanol buah bit dosis 100 dan 20 mg/kg BB
tikus/hari secara intraperitonial dapat menurunkan kadar
malondialdehid (MDA) yang merupakan biomarker stress
oksidatif, serta meningkatkan kadar SOD dan katalase yang
merupakan antioksidan enzimatik endogen pada tikus wistar
yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) (Babu and Gowri,
2010).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Selain itu pemberian ekstrak buah bit juga terbukti dapat


mencegah stress oksidatif pada otak tikus yang diinduksi acute
restraint stress (ARS)-induced anxiety- and depressive-like
ditunjukkan dengan meningkatnya kadar glutation (GSH) dan
menurunnya kadar MDA pada jaringan otak (Sulakhiya et al.,
2016).

Penelitian lain juga membuktikan bahwa ekstrak buah bit


memiliki kapasitas antioksidan yang cukup tinggi dan mampu
mencegah kerusakan ginjal yang diinduksi gentamisin dosis
toksik dengan meningkatkan kadar katalase dan menurunkan
peroksidasi lipid serta kadar MDA (Gamal et al., 2014).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Umbi bit (Beta vulgaris. L) banyak mengandung polifenol, khususnya


flavonoid. Polifenol secara umum dan flavonoid mempunyai peran penting
sebagai antioksidan pada tanaman (Wu et al, 2006).

Kedua senyawa ini bertindak sebagai penangkap oksigen (oxygen


scavenger). Dan gugus hidroksil yang tinggi didalam struktur fenolid akan
meningkatkan aktivitas antioksidannya (Llorach et al, 2007).

Efek flavonoid terhadap ROS terjadi melalui dua mekanisme yaitu dengan
meningkatkan antioksidan endogen dan menangkap radikal
bebas/menetralisir. Peningkatan antioksidan endogen oleh flavonoid telah
terbukti dalam penelitian in vitro melalui peningkatan faktor transkripsi
Nrf2 yang meningkatkan ekspresi protein HO1 (Maher dan Hanneken,
2005).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Dalam kaitannya dengan menetralisir radikal bebas, flavonoid


dapat menghambat peroksidasi lipid melalui aktivasi peroksidase
terhadap hemoglobin, yang merupakan antioksidan endogen
(enzimatis) (Mot et al., 2009).

Peroksidase bermanfaat untuk mencegah penimbunan H2O2,


yang keberadaannya menjadi berbahaya jika diikuti dengan
peningkatan kadar O2-, dikarenakan dapat membentuk radikal
OH yang merupakan radikal bebas yang paling reaktif dan
paling berbahaya, yang dapat merusak membran sel dengan
menyebabkan terputusnya asam lemak tidak jenuh (Cadenas
and Parker, 2002).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Bit terhadap kadar F2-Isoprostan

Selain itu kandungan flavonoid juga diketahui merupakan antioksidan


pemutus rantai (chain breaking antioxidants) yang larut dalam lemak, yang
bekerja pada membran sel, yang dapat memutus rantai peroksidasi lipid
(Murray et al, 2000; Milner, 2002).

Mekanisme antioksidan ekstrak umbi bit dalam mencegah kerusakan


oksidatif akibat aktivitas fisik berlebih adalah karena kemampuannya untuk
menstabilkan membran sel. Membran sel yang stabil dibutuhkan oleh
lisosom untuk mencegah pelepasan respon inflamasi, dimana inflamasi
dapat memicu pembentukan ROS (Varghese et al., 2013).

F2-isoprostan yang terlibat dalam inflamasi akut maupun inflamasi kronik,


dengan PGF2 sebagai perantara terjadinya inflamasi akibat radikal bebas
yang kemudian menginisiasi stres oksidatif (Basu, 2008). Sehingga
pemberian ekstrak umbi bit dapat menurunkan kadar F2-Isoprostan yang
meningkat akibat induksi aktivitas fisik berlebih.
BAB VII
BAB VI
PEMBAHASAN
Simpulan dan Saran
Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:


Pemberian ekstrak umbi bit (Beta vulgaris. L) per oral
menghambat peningkatan kadar F2 Isoprostan Urine tikus
yang diberi aktivitas berlebih.
BAB VII
BAB VI
PEMBAHASAN
Simpulan dan Saran
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Senyawa bioaktif dalam ekstrak umbi bit (Beta vulgaris. L) secara
umum memiliki aktivitas antioksidan yang bekerja melalui
mekanisme molekuler yang berbeda dan terlibat dalam berbagai
macam jalur yang independen di dalam sel. Hal ini menyebabkan
diperlukannya penelitian lebih lanjut untuk menentukan jalur
respon stress oksidatif mana yang secara signifikan dipengaruhi
oleh pemeberian ekstrak umbi bit (Beta vulgaris. L) .
2. Perlu dilakukan uji klinis pada manusia untuk membuktikan
efektifitas dan keamanan penggunaan ekstrak umbi bit (Beta
vulgaris. L) dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada
aktivitas fisik berlebih, sehingga dapat digunakan untuk
mencegah penuaan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Aan, M. C., and Carol, J. Boushey. 2008. Nutrition in the prevention and treatment of disease.
Second Edition, Elsevier. Academic Press, New York, USA. p. 252,271-273.
Ashoka, B.V.L., and Gowry, R. 2010. Evaluation of Antioxidant Activity of Beta Vulgaris Root
Extract in Rats. Available from : http://www.ajcn.org . Accessed : 10-10-2016
Adiputra, N. 2008. Kesehatan Olah Raga. Available from : http://www.balihesg.
org/index.php?option=com. Accessed:2014 Sept 7th.
Aviram, M., Dornfeld, L., Rosenblat, M., Volkova, N., Kaplan, M., Coleman, R., Hayek, T.,
Presser, D., dan Fuhrman, B.S 2000. Pomegranate Juice Consumption Reduces
Oxidative Stress, Atherogenic Modifications to LDL, and Platelet Aggregation :
Studies in Human and in Atherosclerotic Apolipoprotein E-deficient Mice. Available
from : http://www.ajcn.org. Accessed : 02-12-2009.
Babu, V.L.A., and Gowri, R. 2010. Evaluation of Antioxidant Activity of Beta vulgaris Root
Extract in Rats. Asian Journal of Chemistry. 22(5): 3385-3389
Bagiada, N.A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Hal: 22 .
Bagiada, N. A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. p. 22.
Baraas, F. 2006. Kardio molekuler, radikal bebas, disfungsi endotel, aterosklerosis,
antioksidan, latihan fisik dan rehabilitasi jantung. Jakarta: Yayasan Kardia
Ikratama.hal.266-295.
Barron, J. 2008. Lesson from the Miracle Doctors : A Step-by-Step Guide to Optimum Health
and Relief from Catastrophic Illness. California : Basic Health Publication. p.159-169.
Basu, S. 2008. Comprehensive Invited Review: F2-Isoprostane in Human Health and
Diseases: From Molecular Mechanism to Clinical Implications. Antioxid. Redox
Signal, 10th ed. 10: 1405-1434.
Baynes, J. W., Dominiczak, M. H. 2014. Oxygen and life. Medical Biochemistry. 4th ed. p. 37:
486-495.
Bohn, T. 2014. Dietary Factors Affecting Polyphenol Bioavailability. Oxfordjournal Vol 72
Issue 7: 429-452.
Bucur, L., Taralunga, G., and Schroder, V. Romania.2016. The Betalains Content and
Antioxidant Capacity of Red Beet (Beta Vulgaris L. Subsp.Vulgaris) Root. Farmacia.,
Vol.64,2.
Cadenas, E., dan Packer, L. 2002. Vitamin C : From Molecular Action to Optimum
Intake. Handbook of Antioxidants. Second Edition. California : Marcel Dekker, Inc. p.
128-134.
THANK YOU
FOR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai