REFERAT
ASPEK MEDIKOLEGAL : MALPRAKTEK
Disusun Oleh :
1. Yosep Budiman 406138013
2. Joice Gunawan Putri 406138049 Pembimbing :
3. Elvina Kustanto 406138101 dr. Hadi Sulistyanto, Sp.PD, MH.Kes, FINASIM
4. Jesly Charlies 406138116
5. Winty Septiani 406138123
6. Kevin 406138127
Tindakan Medik
Definisi: tindakan profesional oleh dokter terhadap pasien
dengan tujuan memelihara, meningkatkan, memulihkan
kesehatan, atau menghilangkan atau mengurangi penderitaan.
Keputusan etik dilakukan oleh manusia terhadap manusia lain
berdasarkan pertimbangan atas beberapa alternatif yang ada.
Keputusan etik harus memenuhi tiga syarat:
Harus benar sesuai ketentuan yang berlaku
Harus baik tujuan dan akibatnya
Harus tepat sesuai dengan konteks serta situasi dan kondisi saat itu
3
Legal Malpractice
Statute Law: undang undang yang merupakan produk dari
Lembaga Legislatif
Common Law: hukum kebiasaan yang berasal dari putusan
Pengadilan sebelumnya.
Malpraktek di negara negara yang menganut Common Law
System dikategorikan sebagai tort:
Suatu bentuk kesalahan yang bersifat kurang hati hati dalam
rangka melaksanakan kewajiban yang timbul dalam hubungan
kontraktual. (professional negligence)
9
Criminal Malpractice
Suatu perbuatan dapat dikategorikan criminal malpractice apabila:
1. Perbuatan tersebut (baik positive act ataupun negative act) harus
merupakan perbuatan tercela.
2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah, yaitu berupa:
Kesengajaan (intensional)
Kecerobohan (recklessness)
Kealpaan (negligence)
Tanggung jawabnya selalu bersifat individual dan personal (hanya
pada yang melakukan).
11
Civil Malpractice
= Dokter tidak melaksanakan kewajibannya, yaitu tidak
memberikan prestasinya sebagaimana telah disepakati.
Tindakan dokter yang dapat dikategorikan civil malpractice:
Tidak melakukan (negative act) apa yang menurut kesepakatannya
wajib dilakukan.
Melakukan (positive act) apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi terlambat.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan.
Tanggung gugat (liability) dapat bersifat individual atau
korporasi.
14
Administratice Malpractice
= dokter melanggar hukum tata-usaha negara.
Pemerintah berhak mengeluarkan berbagai macam peraturan di
bidang kesehatan;
Cth: tentang persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk
menjalankan profesi medik, batas kewenangan serta
kewajibannya. Bila dilanggar maka tenaga kesehatan yang
bersangkutan dapat dipersalahkan.
Dapat dikenai sanksi administratif (misalnya pembekuan lisensi
untuk sementara waktu)
15
Contoh tindakan:
Menjalankan praktek kedokteran tanpa lisensi atau izin.
Melakukan tindakan medik yang tidak sesuai lisensi atau izin yang
dimiliki.
Melakukan praktek kedokteran dengan menggunakan lisensi atau
izin yang sudah kadaluwarsa.
Tidak membuat rekam medik
16
Pembuktian Malpraktek
Pada criminal malpractice pembuktiannya didasarkan atas dipenuhi
tidaknya unsur pidananya, tergantung dari jenis criminal
malpractice yang dituduhkan.
Tidak setiap hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan harapan
pasien merupakan bukti adanya criminal malpractice mengingat
kejadian semacam itu dapat merupakan bagian dari risiko tindakan
medik.
Kesalahan diagnosis juga tidak boleh secara otomatis dijadikan
ukuran adanya criminal malpractice sebab banyak faktor yang
mempengaruhi ketepatan diagnosis yang terkadang di luar kontrol
dokter.
17
Cara Langsung
Membuktikan ke empat unsurnya (4 D) secara langsung:
1. Kewajiban (duty)
2. Mentelantarkan kewajiban (dereliction of duty)
Melakukan tindakan medik yang kualitasnya dibawah standar
3. Rusaknya kesehatan (damage)
Jika pasien meninggal dunia perlu dilakukan otopsi dan bila masih
hidup perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter lain sebagai saksi ahli
4. Adanya hubungan langsung antara tindakan mentelantarkan
kewajiban dengan rusaknya kesehatan (direct causation)
18
Undang-undang No 23
Dasar
tahun 1992 tentang
pemidanaan
kesehatan
Undang-undang No 29
tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
22
359
360 361
Kelalaian yang
Kelalaian yang Pemberatan pidana
menyebabkan
menyebabkan luka dan pidana tambahan
kematian
23
Contoh
Perawat tidak
Jika perawat Sanksi sebagai
Surat tahu tentang
tahu bahwa pelaku yang
keterangan Dokter tanda ketidakbenaran
surat tersebut turut serta
dokter diisi tangan isi surat
berisi (Pasal 55 ayat
perawat perawat tidak
ketidakbenaran (1) ke 1 KUHP)
bersalah
25
Hasil pemeriksaan yang dilakukan , dokter tidak menemukan kelainan pada tubuh
pasien, sehingga ia memberikan surat ketrangan sehat yang di minta oleh pasien.
Ternyata sebenarnya pasien menderita hemofilia yang tidak diketahui oleh dokter
tersebut tindakan dokter memberikan surat keterangan yang isinya tidak sesuai
dengan kebenaran tidak dapat dipersalahkan, karena ia tidak sengaja
melakukannya.
26
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaaan atau jika dia seorang dokter,
bidan atau juru obat, pidananya dapat di tambah sepertiga
3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam mejalankan pencariannya,
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu
28
Contoh
Seorang pasien wanita tersebut hamil, dan meminta kepada dokter dengan
pernyataan bahwa wanita tersebut hamil dan meminta kepada dokter untuk
memberikan obat agar kehamilannya tidak berlanjut. Dokter kemudian
memberikan resep dengan keterangan bahwa setelah obat yang tertulis di dalam
resep tersebut habis, kehamilan wantia tersebut akan segera berakhir.
29
Walaupun resep tersebut belum dibelikan oleh pasien dan belum sempat
diminum, perbuatan dokter yang menimbulkan harapan pada pasien bahwa
karena obat tersebut hamilnya dapat digugurkan, akan dapat dituntut dengan
pasal 299 KUHP ini. Dengan demikian berdasar pasal 299 ayat (2) dan ayat
(3) KUHP, dokter yang bersangkutan dapat terkena ancaman pidana selama-
lamanya 4 (empat) tahun ditambah sepertiga sehingga menjadi 5 (lima
)tahun empat bulan dan dapat pula ditambah dengan pencabutan hak
melakukan pekerjaan sebagai dokter.
30
Rahasia kedokteran
Pasal 322 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam
ratus rupiah
Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu dipercayakan dalam
jabatannya atau pekerjaannya, termasuk juga rahasia di ketahui dengan cara lain
daripada yang dipercayakan.
31
Jabatan
Rahasia
Pekerjaan
Eutanasia
Eu baik
Eutanasia
Kematian yang baik atau
kematian yang
menyebangkan.
Thanatos mati, mayat
34
Mengakhiri penderitaan
dan hidup seseorang yang
sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri
dan keluarganya.
36
346
347
Berhubungan dengan
keterlibatan orang lain, tanpa
persetujuan perempuan yang
mengandung
KUHP,
pasal: 348
Berhubungan dengan
keterlibatan orang lain, dengan
persetujuan perempuan yang
mengandung
Aturan hukum
yang mengatur 349
tentang aborsi Pemberatan dan pemberian
pidana tambahan (dokter,
bidan, apoteker)
UU no 23 tahun
1992 tentang Pasal 80 ayat (1)
kesehatan.
43
Pasal 359 KUHP dapat menampung semua perbuatan yang dilakukan yang
mengakibatkan kematian dimana kematian bukanlah yang dituju atau dikehendaki.
46
Adanya causaal
verband antara wujud
perbuatan dengan
akibat kematian
47
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
Pasal 81
Pasal 81 UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan terdiri dari 2 ayat, yaitu:
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp. 140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah
65
Mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan tanpa izin edar
sebagimana dimaksdu dalam pasal 41 ayat (10
Menyelenggarakan penelitian dan atau pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan pada manusia tanpa memperhatikan kesehatan
dan keselamatan yang bersangkutan serta norma yang berlaku dalam
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (2) dan ayat (3)
dipidana dengan pidana penjaara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp 140.000.000,-(seratus empat puluh juta
rupiah)
67
Pasal 82
Pasal 82 ayat (1)
Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:
Dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
68
Pasal 83
Pasal 83 UU kesehatan menyebutkan bahwa ancaman pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 80, pasal 81, dan pasal 82
UU tentang kesehatan ditambah dengan seperempatnya
apabila menimbulkan luka berat atau sepertiga apabila
menimbulkan kematian.
71
Pasal 75
Pasal 76
Tindak pidana praktik kedokteran Pasal 36 mewajibkan setiap dokter
tanpa surat ijin praktik (SIP) atau dokter gigi untuk terlebih dahulu
dirumuskan dalam pasal 76, yaitu: memiliki surat ijin praktik sebelum
Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
dengan sengaja melakukan praktik Indonesia. Kewajiban dokter semula
kedokteran tanpa memiliki surat ijin merupakan kewajiban hukum
praktik sebagaimana dimaksud dalam administrasi yang diangkat menjadi
pasal 36 dipidana dengan pidana kewajiban hukum pidana karna
penjara paling lama 3 (tiga) tahun pelanggaran terhadap kewajiban itu
atau denda paling banyak Rp diancam sanksi pidana. 6,7
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
6,7
75
Pasal 77
Tindak pidana menggunakan identitas-seperti gelar yang
menimbulkan kesan dokter yang memiliki STR dan SIP, diatur dalam
pasal 77.
Dibentuknya sanksi pidana pada pasal 77 ini dimaksudkan untuk tiga
tujuan.
Pertama, sebagai upaya preventif agar tidak terjadi penyalahgunaan
cara-cara praktik kedokteran oleh orang yang bukan ahli kedoktern.
Kedua, melindungi kepentingan hukum masyarakat umum, agar tidak
menjadi korban dari perbuatan-perbuatan yang meniru praktik
kedokteran oleh orang yang tidak berwenang. Menghindari akibat dari
praktik kedokteran oleh orang yang tidak berwenang.
Ketiga, melindungi martabat dan kehormatan profesi kedokteran oleh
orang yang tidak berwenang. 6,7
77
Pasal 78 Pasal 79
Tindak pidana dengan Tindak pidana dokter praktik
menggunakan alat, metode yang memasang papan nama,
pelayanan kesehatan yang tidak membuat rekam medik,
menimbulkan kesan seolah- dan tidak berdasakan standar
olah dokter mempunyai STR profesi diatur dalam pasal 79.
dan SIP, diatur dalam pasal
78.
78
error
Lain halnya apabila adverse events terjadi karena
yang benar-benar dapat dikaitkan dengan malpraktik;
baik yang bersifat kesenjangan (intensional),
kecerobohan (recklessness) maupun
kealpaan (negligence).1
82
Contractual liability
Tanggung gugat jenis ini muncul karena ingkar janji, yaitu
tidak dilaksakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak
dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat adanya
hubungan kontraktual.
Hubungan terapetik, kewajiban atau prestasi oleh health care
provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil (result).
Karena itu dokter hanya bertanggung gugat atas upaya medik
yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya
medik yang dapat dikategorikan sebagai civil malpractice.1
86
Liability in tort
Tanggung gugat ini tidak didasarkan atas adanya contractual
obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum
(Onrechtmatige Daad).
Liability in Tort ini sejalan dengan pasal 1365 KUH
Perdata yang bunyi lengkapnya: Tiap perbuatan yang
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.1
87
Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa
kesalahan (liability without fault) karena seseorang harus
bertanggung jawab meskipun tidak melakukan kesalahan.
Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku untuk product sold
atau article of commerce, dimana produsen harus membayar
ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk yang
dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan
akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut.1,2
88
Vicarious liability
Tanggung gugat jenis ini timbul karena kesalahan yang dibuat
oleh bawahannya (sub-ordinate).
Dalam kaitannya dengan tanggung gugat jenis ini maka rumah
sakit (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan (employee) yang
bekerja di rumah sakit tersebut.2
Lain halnya jika dokter bekerja sebagai mitra (attending
physician atau independent contractor) sehingga
kedudukannya setingkat dengan rumah sakit.1
89
UU RI No 29 th 2004 tentang
Praktik Kedokteran (UUPK)
MKEK MKDKI
badan otonom IDI yang UUPK ps 55 :
bertanggung jawab 1. MKDKI dibentuk untuk menegakkan disiplin
dokter dan dokter gigi dalam
dalam pengembangan penyelenggaraan praktik kedokteran.
kebijakan, pembinaan 2. MKDKI merupakan lembaga otonom dari
pelaksanaan dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
pengawasan penerapan 3. MKDKI dalam menjalankan tugasnya bersifat
etika kedokteran. (ART independen.
IDI ps 41)
100
Tugas MKDKI
UUPK ps
pelanggaran etika pengaduan pada organisasi profesi
68
101
Tidak diterima
Prosedur Pemanggilan
Penyelesaian Kasus
Aspek Perlindungan Pasien Aspek Disiplin Profesi
Bukan mencari siapa yang salah Bertujuan untuk menjaga
tetapi mebacari kemungkinan akuntabilitas profesi (guiding the
adanya kesalahan dan sebab dari doctors) melalui penjeraan pelaku.
kesalahan tersebut. Sifat peer review atau audit klinik
Meskipun sebab kesalahan selalu Sanksi : disiplin
multifactorial, tetapi diharapkan
akan ditemukan cara pencegahan
terulangnya kesalahan yang sama.
106
Upaya Lain
Tidak memberikan garansi kesembuhan karena hal itu dapat diartikan bahwa
dokter telah memilih bentuk perikatan resultaat verbintenis, bukan inspanning
verbintenis.
Hati-hati menangani kasus yang berpotensi menimbulkan medicolegal trouble.
Tidak menggunakan metode pengobatan atau obat-obatan yang sudah
ketinggalan zaman.
Tidak menggunakan metode pengobatan atau obat-obatan yang masih bersifat
eksperimental, kecuali pasien diberitahu sebelumnya.
Semua proedur medik hendaknya dilakukan dengan informed consent.
Rekam medik harus dibuat lengkap dan akurat.
Bila terjadi keragu-raguan, segera berkonsultasi dengan dokter yang lebih ahli.
Perlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya
Jalin komunikasi yang baik dengan pasien maupun masyarakat sekitarnya
110
KESIMPULAN
Malpraktek : praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai
dengan standar profesi atau standar prosedur operasional.
Kelalaian dalam praktek medik jika memenuhi beberapa unsur :
duty atau kewajiban tenaga medis
dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut
damage atau kerugian
direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata.
Unsur pelanggaran displin yaitu pelanggaran meliputi
negligence, malfeasance, misfeasance, lack of skill.
111
SARAN
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang penjelasan mengenai malpraktek,
unsur unsur malpraktek,
aspek hukum malpraktek
contoh kasus yang membedakan antara malpraktek atau bukan,
pemahaman standar profesi secara keseluruhan angka kejadian
malpraktek yang dilakukan dokter dapat ditekan.
113
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan S, Malpraktik. Dalam: Pencegahan dan Penanganan Kasus Dugaan Malpraktik (Continuing Professional Development), Tarjoto
BH, Widyarto D, et al. 1st Ed. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.p: 75-105.
2. Dahlan S, Malpraktek Medik. Dalam: Hukum Kesehatan Rambu-Rambu Bagi Profesi Dokter. 3rd Ed. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2001.p: 59-72.
3. Yunanto A, Helmi. Masalah Medikolegal Dalam Pelayanan Medik. Editor: Suyantoro S. 1st Ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI.p: 27-46.
4. Budiningsih Y, Malpraktek. Dalam : Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. 3rd Ed. Jakarta : SAgung Seto,
2013. P:204-208
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005
6. Indonesia, Undang-undang No.29 th. 2004 Tentang Praktik Kedokteran
7. Yunanto A, Helmi. Pertanggungjawaban Pidana Malpraktik Medik. Editor: Suyantoro S. 1st Ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI.p: 47-82.
8. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
9. Indonesia, Undang-undang No.23 th. 11992 Tentang Kesehatan
10. Dahlan S, Peran MKDKI dan MKEK dalam Penanganan Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran. Dalam: Pencegahan dan Penanganan
Kasus Dugaan Malpraktik (Continuing Professional Development), Tarjoto BH, Widyarto D, et al. 1st Ed. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2006.p: 107-120.
11. Darsono RS. Penanggulangan Konflik di luar Pengadilan. Dalam : Hukum Kedokteran, Penanggulangan Konflik & Perlindungan
Hukum bagi Dokter. Suharto G, Prasetyo A, ed. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2004 : 124-126
12. Darsono RS. Dilema Etis, Deteksi Dini dan Penyelesaian Kasus Tuduhan Pelanggaran, Etik Medik. Dalam : Etik, Hukum Kesehatan
Kedokteran, (Sudut Pandang Praktikus). Suharto G, Prasetyo A, ed. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2004 : 33-36
13. Yunanto A, Helmi. Penyelesaian Kasus Malpraktik Medik. Dalam Hukum Pidana Malpraktik Medik.Editor: Suyantoro S. 1st Ed.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.p: 83-88.