Anda di halaman 1dari 23

Sejarah Pemikiran

Ekonomi
Kelompok 10
Fransiscus Edward Silitonga[160523029]
Andreas Halomoan Sirait [160523030]
Djoel Hasudungan Sitorus [160523031]
Mercy Unocal Parasian Hutabarat [160523032]
Riky Feryadi Hasibuan [160523033]
Julpiano Tarigan [160523064]
TOKOH
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor
kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi less developed,
untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor
tradisional, dan terminologi more developed untuk menyebut kondisi suatu
negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor
kapitalis modern. Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu
negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat
berkembaTahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi
variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi
yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan baru yang
berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan universal, serta
dianggap bersifat permanen.ng dari suatu tahap ke tahap yang lain.
PEMIKIRAN

Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari
masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada
rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami pembangunan sebagai
sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang
bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian
melayang di angkasa.

Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang
ditandai dengan adanya: kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar
masyarakat, sebagian besar non-pertanian, dan sangat berbasis perkotaan. Sebagai
bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi
yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi
menganggap bahwa teori pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa
yang diistilahkan sebagai teori modernisasi
Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap :
1. Masyarakat tradisional (the traditional society),
2. Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),
3. Tinggal landas (the take-off),
4. Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan
5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)

Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah:


Karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu


masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang
multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur
ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan
peningkatan peranan sektor industri saja.
Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan
ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara
lain:
1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang
pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi
berorientasi ke luar.
2. perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga
kecil.
3. perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan
investasi yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah,
dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
4. perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang
merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan
terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi perorangan dan
sebagainya).
1. Tahap Perekonomian Tradisional
Pada tahap masyarakat tradisional (the traditional society) ditunjukkan oleh suatu
masyarakat yang strukturnya berkembang di arus kehidupan ekonomi yang masih
menggunakan cara-cara berproduksi relatif primitif dan cara-cara hidup masyarakat masih
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara berpikir yang tidak rasional,
dan oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun temurun.
Bentuk perekonomian pada masyarakat ini cenderung bersifat subsisten dimana
pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat terbatas. Dalam
perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang peranan penting. Masih
rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses produksi menyebabkan barang-barang
yang diproduksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya.
Struktur sosial kemasyarakatan dalam sistem masyarakat seperti ini bersifat berjenjang.
Kemampuan penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh
hubungan darah dan keluarga. Dalam masyarakat tradisional seperti itu, ciri yang
menonjol adalah
1. Tingkat Produksi perkapita
2. Struktur Sosial masyarakat
3. Kegiatan Politik dan pemerintahan
2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Pada tahap prakondisi tinggal landas, pembangunan ekonomi sebagai sebuah


proses telah menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat, yaitu
perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya,
dan perubahan struktur ekonomi yang bersifat multidimensi.

Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu


masa transisi di mana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai
pertumbuhan atas kekuatan sendiri (selfsustained growth). Menurut Rostow, pada
tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.

Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut, masyarakat


diperhadapkan kepada suatu masa transisi tertentu untuk mempersiapkan diri
mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self sustained growth).
Tahapan ini memiliki dua corak yang amat berbeda :
1. Tahap prasyarat tinggal landas yang dialami oleh negara-negara Eropa, Asia,
Timur Tengah dan Afrika, yaitu perombakan terhadap masyarakat tradisional yg
sudah ada untuk mencapai tahap tersebut dan

2. Tahap prasyarat tinggal landas yg dialami negara born free (daerah imigran
seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru), dan tanpa harus
merubah sistem masyarakat tradisional yg sudah ada. Tahap kedua dari proses
pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya merupakan proses transisi dari masyarakat
agraris menuju masyarakat industri.

Seperti telah diungkapkan di muka, Rostow sangat menekankan perlunya


perubahan-perubahan yang multidimensional, karena ia yakin akan kebenaran
pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah
diciptakan hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat
tersebut tingkat tabungan yang tinggi akan mengakibatkan tiangkat investasi tinggi
pula sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh
kenaikan pendapatan nasional. Namun menurut Rostow pertumbuhan ekonomi
hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan yang dimaksudkan Rostow misalnya kemampuan
masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan moderen dan membuat
penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi
Selain hal-hal di atas, Rostow menekankan pula bahwa kenaikan tingkat investasi
hanya mungkin tercipta jika terjadi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan
di sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-sama
dengan proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya
dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan
perkembangan di sektor pertambangan.

Untuk menjamin terciptanya pembangunan yang teratur, suatu


kepemimpinan baru haruslah mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive
nationalism) yaitu bereaksi secara positif atas tekanantekanan dari negara maju.
Rostow yakin bahwa tanpa adanya tekanan atau hinaan dari negaranegara maju,
modernisasi yang terjad Tahap Tinggal Landas.
Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai berikut:
1. Peningkatan investasi disektor infrastruktur/prasarana terutama prasarana
transportasi;
2. Terjadi revolusi teknologi di bidang pertanian untuk memenuhi peningkatan
permintaan penduduk kota yang semakin besar
3. Perluasan impor, termasuk impor modal, yang dibiayai oleh produksi yang
efisien dan pemasaran sumber alam untuk ekspor
3. Tahap Tinggal Landas

Awal dari tahap tinggal landas pada umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan
yang sangat dramatis dalam kehidupan masyarakat suatu bangsa, seperti terciptanya
kemajuan yang pesat dalam inovasi, terbukanya pasar-pasar baru, terjadinya revolusi
politik dan kehidupan demokrasi secara luas, dan revolusi industri yang berhubungan
erat dengan revolusi metode produksi dan lain sebagainya.
Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai
masa tinggal landas yaitu :
1. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi
10 persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).
2. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan
tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).
3. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang
bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi
yang bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan bahwa


untuk mencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang baku
untuk semua negara yang bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh
karena itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola
perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain.
Selama masa tinggal landas, berkembangnya sektor industri pemimpin dengan
tingkat pertumbuhan tinggi (leading sector), paling tidak ada empat faktor yang
perlu dicermati yaitu :
1. Harus ada kemungkinan perluasan pasar bagi barang-barang yg diproduksi
yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat.

2. Dalam sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern


dan kapasitas produksi harus bisa diperluas.

3. Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus


menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai pembangunan
sektor pemimpin.
4. Pembangunan dan transformasi teknologi sektor pemimpin harus bisa
diciptakan kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi
sektor-sektor lain.

perubahan ekonomi dalam skala besar tidak akan terjadi selama


tidak ada iklim kondusif yang memungkinkan perubahan tersebut. lklim
kondusif tersebut adalah perubahan faktor-faktor non ekonomi dari
masyarakat yang sejalan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
4) Tahap Menuju Kedewasaan
Pada tahap menuju kedewasaan (the drive to maturity), penerapan teknologi
modern secara efektif sudah merambah di hampir semua kegiatan produksi dan
pemanfaatan kekayaan alam. Sektor pemimpin baru akan bermunculan
menggantikan sektor pemimpin yang mengalami kemunduran. Tahap ini
merupakan tahapan jangka panjang di mana produksi dilakukan secara
swadaya, yang ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang baru.
Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga
perubahan pentingyang terjadi, yaitu:
1. Struktur dan keahlian tenaga kerja berubah, kepandaian dan keahlian
pekerja bertambah tinggi, sektor indusri bertambah penting peranannya,
dan sektor pertanian menurun peranannya. Pada saat itu tenaga kerja telah
berubah dari tidak terdidik menjadi tenaga kerja terdidik.
2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan, dan
peranan manajer professional semakin penting dan menggantikan
kedudukan pengusaha pemilik, atau dengan kata lain telah terjadi
perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi
manager yang cerdas, beretika dan sopan.
3. Masyarakat telah jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan
perubahan lebih jauh.
5. Tahap Konsumsi Massa Tinggi

Tahap konsumsi massa tinggi (the age of high mass consumption) merupakan
akhir dari tahapan pembangunan yang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini
akan ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat
perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral
bagi tempat bekerja.

Penggunaan alat transportasi pribadi maupun yang bersifat transportasi


umum seperti halnya kereta api merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan.
Pada fase ini terjadi perubahan orientasi dari pendekatan penawaran (supply
side) menuju ke pendekatan permintaan (demand side) dalam sistem produksi
yang dianut. Sementara itu terjadi pula pergeseran perilaku ekonomi yang
semula lebih banyak menitikberatkan pada sisi produksi, kini beralih ke sisi
konsumsi.

Pada saat itu, masyarakat mulai berpikir bahwa kesejahteraan bukanlah


permasalahan individu, yang hanya dipecahkan dengan mengkonsumsi barang
secara individu sebanyak mungkin, namun lebih dari itu mereka memandang
kesejahteraan dalam cakupan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat
bersama dalam arti luas.
Terlepas dari permasalahan di atas terdapat tiga kekuatan utama yang
cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-
besaran ini (Jhingan, 1988: h.188) yaitu:
1. Penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan
pengaruh melampaui batas-batas nasional
2. Ingin memiliki satu negara kesejahteraan (welfare state) dengan
pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui peningkatan
jaminan sosial, fasilitas hiburan bagi para pekerja dan sistem pajak
progresif
3. Keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting
seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai
peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan sebagainya.

Hal ini sejalan dengan makin meningkatnya konsumsi


masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi
konsumsi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah.
Amerika merupakan satu-satunya negara yang pertama kali mencapai era
konsumsi massa tinggi ini, yaitu sekitar Tahun 1920. Hal yang sama
kemudian diikuti oleh beberapa negara Eropa Barat. Satu-satunya negara
di Asia yang telah mencapai tahap tersebut adalah Jepang.

Negara yang pertama mencapai tahap ini adalah USA (Tahun


1920), Inggris (Tahun 1930), Jepang dan Eropa Barat (Tahun 1950) Rusia
(Pasca Stalin). Sampai sejauh ini, teori pembangunan Rostow masih terus
diperdebatkan dan menuai kritik.

Tahap-tahap pembangunan yang dijelaskan oleh Rostow


merupakan sistem pentahapan yang bersifat prosedural bersyarat.
Misalnya, tahap kedua tidak dapat terjadi tanpa tahap pertama, tahap
ketiga tidak akan terjadi tanpa tahap kedua dan seterusnya.
Konsep dan pola pertumbuhan ini semacam ini dibangun berdasarkan sejarah
pembangunan yang dilakukan di negara-negara di Eropa yang memiliki struktur
sosial dan budaya yang mapan. Kondisi tersebut tentu sulit terjadi pada negara-
negara di Asia dan Afrika yang belum memiliki sistem sosial yang teratur.

Ada negara-negara di dunia ini yang tidak pernah melewati tahap pertama
dari pertumbuhan ekonomi Rostow, namun langsung menginjak tahap kedua.
Amerika Serikat dan Australia merupakan negara yang mengalami pola
pertumbuhan ini.

Hal ini terjadi karena keduanya merupakan benua temuan orang-orang


Eropa, di mana penduduknya adalah orang-orang Eropa yang kemudian mentransfer
ilmu dan pengetahuannya ke benua tersebut. Simon Kuznets (1979) telah
melancarkan suatu kritik tajam terhadap teori Rostow.

Pertanyaan kritisnya adalah: bagaimana mungkin suatu desain sederhana


dapat menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitik dari suatu
perubahan historis yang beragam dan bervariasi? Kusnetz juga mencatat kemiripan
dan perbedaan antara teori Rostow dengan Karl Marx.
Teori Rostow pada dasarnya merupakan alternatif bagi teori Karl
Marx, di mana Rostow menawarkan Communism Manifesto. Pada
dasarnya terdapat beberapa kesamaan antara teori Karl Marx dan
Rostow.
1. pada kedua teori tersebut dengan berani menginterpretasikan
evolusi sosial khususnya di sektor ekonomi
2. baik Karl Marx maupun Rostow telah mencoba mengeksplorasi
permasalahan dan konsekuensi dari pembangunan sosial yang
dilakukan
3. Karl Marx dan Rostow menyadari bahwa perubahan sistem
ekonomi pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari
perubahan yang terjadi di bidang politik, kebudayaan, dan
sosial. Sementara di sisi lain perubahan sistem ekonomi akan
berpengaruh juga terhadap kehidupan politik, kondisi budaya
dan sosial masyarakat.
Meski kedua teori tersebut memiliki banyak kesamaan, namun satu sama lain
tetap memiliki perbedaan yaitu:
1. Karl Marx memandang bahwa manusia bersifat sangat kompleks yang
memiliki berbagai dimensi kebutuhan dari ekonomi sampai budaya. Di sisi
lain, Rostow mempersempit dimensi manusia menjadi satu yaitu sebagai
homo economicus. Meski demikian Rostow sadar bahwa perubahan ekonomi
yang sangat besar harus dipandang sebagai konsekuensi dari perubahan motif
dan inspirasi dimensi non ekonomi dari manusia.
2. Karl Marx mendasarkan teorinya pada sistem konflik antar kelas masyarakat,
eksploitasi satu kelompok manusia terhadap kelompok yang lain, dan adanya
tekanan-tekanan semacam itu yang melekat pada sistem kapitalis, sedangkan
Rostow lebih implisit dalam memandang interaksi kelas masyarakat dalam
sistem kapitalis mengingat Rostow sendiri adalah ekonom yang berkiblat ke
kapitalis.
3. Karl Marx mengasumsikan bahwa keputusan yang diambil oleh masyarakat
semata-mata hanyalah fungsi dari siapa pemilik sumberdaya. Artinya
perubahan ekonomi hanyalah merupakan fenomena yang hanya dipengaruhi
oleh perubahan motif dan inspirasi ekonomis kelas masyarakat penguasa
sumberdaya saja, sedangkan Rostow memandang perubahan ekonomi pada
dasarnya merupakan konsekuensi logis dari perubahan motif dan inspirasi
non-ekonomi yang terjadi pada seluruh lapisan masyarakat
Demikian banyaknya kritik terhadap teori W.W Rostow, sehingga tidak
berlebihan bila dikatakan kritik-kritik tersebut melebihi teori Rostow itu
sendiri. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa pola pemikiran
maupun istilah-istilah Rostow telah mempengaruhi pola pemikiran di
banyak negara sedang berkembang termasuk di Indonesia.

*Selesai

Anda mungkin juga menyukai