Anda di halaman 1dari 16

Toksikologi Forensik

Salah satu cabang forensik sains, yang menekunkan diri pada aplikasi
atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk
kepentingan peradilan
Kerja utama : melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari
racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke
dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam
tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan.
Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut
dengan Surat Keterangan Ahli atau Surat Keterangan.
Epidemiologi
American Association of Poison Control Centers, sekitar 1,5 juta kasus
keracunan terjadi pada anak-anak dan remaja dibawah usia 20 tahun
tiap tahunnya di Amerika.
> 50% dari semua kasus keracunan terjadi pada usia antara 1 sampai
3 tahun. Hingga sekitar usia 13 tahun, kasus keracunan terjadi lebih
sering pada laki-laki daripada perempuan. Pada usia remaja dan
dewasa, keracunan lebih sering terjadi pada wanita.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Sentra Informasi
Keracunan (SIKer) Nasional pada tahun 2014 terdapat 6.377 kasus
keracunan secara nasional yang disebabkan oleh berbagai kelompok
penyebab.
Klasifikasi Umum
Racun : Zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau
menyebabkan kematian.
Berdasarkan sumbernya :
a) Berasal dari tumbuh-tumbuhan : opium, kokain, kokare, aflatoksin
(dari aspergilus niger)
b) Berasal dari hewan : bisa/toksin hewan/laba-laba/hewan laut
c) Mineral : arsen, timah hitam
d) Sintetik : heroin
Berdasarkan tempat dimana racun berada,
dapat dibagi menjadi :
a) Terdapat di alam bebas : gas racun di alam
b) Terdapat di lingkungan rumah tangga : deterjen, disinfektan,
insektisida, herbisida, pestisida
c) Terdapat di lingkungan pertanian : insektisida, herbisida, pestisida
d) Terdapat di lingkungan industri dan laboratorium : asam dan basa
kuat, logam berat
e) Terdapat di dalam makanan : sianida dalam singkong, toksin
botulinus, bahan pengawet, zat aditif
f) Terdapat dalam bentuk obat : hipnotik, sedative, dll
Berdasarkan organ tubuh yang dipengaruhi
hepatotoksik
nefrotoksik
Berdasarkan mekanisme kerja
a) Racun yang mengikat gugus sulfhidril : timbal
b) Racun yang membentuk methemoglobin : nitrat, nitrit.
Berdasarkan cara kerja/efek yang ditimbulkan:
a) Racun yang bekerja local dan menimbulkan reaksi perangsangan,
peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang
hebat dan dapat menimbulkan kematian akibat syok neurogenic.
b) Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai afinitas terhadap
salah satu system misalnya barbiturate, alcohol, morfin, terhadap
susunan saraf pusat, digitalis terhadap jantung, karbonmonoksida
terhadap hemoglobin darah.
c) Racun yang mempunyai efek local dan sistemik : asam karbol, yang
menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diabsorpsi akan
menimbulkan depresi susunan saraf pusat.
Klasifikasi Khusus
Racun Sianida
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano
dengan atom karbon terikat tiga ke atom nitrogen. Mudah dikenali
karena berbau Almond. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak
senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair.
Sianida membunuh dengan mencegah sel sel darah menyerap
oksigen.
Racun Strychnine
Strychnine menyerang system saraf pusat dan menyebabkan reaksi
reflex berlebihan.
Racun Arsenik
Masuknya arsenic dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara
mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat sakit perut
akibat system pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat,
kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian.
Racun Ular
Gigitan ular yang beracun bergantung pada banyak factor, bervariasi
dari lamanya waktu berlalu. Gejala keracunan ular meliputi
pembengkakan, kegagalan organ, muntah, pendarahan dari mata,
hidung, dan gusi serta sakit di lokasi gigitan ular.
Racun Hemlock
Mengandung racun Cicutoxin yang diperoleh dari bagian akar
tanaman. Satu gigitan pada akar tanaman Hemlock dapat
menyebabkan kegagalan otot, kejang-kejang, dan kematian.
Racun heroin
Sebuah racun yang bekerja pada system pernapasan. Heroin
menekan system saraf pusat dan menciptakan perasaan euphoria.
Gejala keracunan meliputi kejang, penglihatan terganggu, tekanan
darah rendah, koma , dan kematian akibat kegagalan pernapasan.
Racun Putterfish
Bagian dari ikan buntal yang beracun adalah tetraodontoxin yang
ditemukan dalam ovarium. Racun ini tidak hancur walaupun dimasak.
Racun Fiddleback Spider Venom
Merupakan salah satu laba-laba yang paling berbisa di dunia. Gigitan
dari Fiddleback biasanya tidak nyeri tetapi setelah delapan jam, korban
akan kesakitan. Dengan gigitan kecil akan menimbulkan gejala muntah,
lepuh, delirium, dan nekrosis.
Racun Belladonna
Sebuah daun Belladonna sudah cukup untuk membunuh manusia
dewasa yang sehat karena racun-racunnya mempunyai kandungan
alkaloid yang mengganggu system saraf.
Racun Kacang Kastor
Merupakan biji dari pohon jarak, mengandung racun Risin. Risin
adalah protein beracun yang terkandung pada kacang kastor. Satu biji
kacang dari kastor dapat membunuh serang remaja.
Kronologis
Rabu, 06 Januari 2016, jam 18.30 Kematian Wayan Mirna Salihin menjadi sorotan, penyebab
kematian wanita 27 tahun ini diduga akibat keracuanan senyawa sianida yang terkandung dalam
es kopi vietnam yang dia minum saat bertemu 2 temannya, yaitu Jessica Kumala Wongso dan
Hani di Restoran Olivier, Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta.
Pertemuan itu diawali dari perbincangan mereka di grup WhatsApp. Mira, Jessica, Vera dan Hani
sepakat untuk bertemu di Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada tanggal 06 Januari 2016. Di Kafe
Olivier lah kemudian dipilih sebagai tempat keempatnya untuk bertemu sekitar pukul 18.30 WIB.
Pada tanggal 6 Januari, dari rekaman kamera pengawas (CCTV) yang ditampilkan di sesi
persidangan, Mirna dan Hani tiba sekitar pukul 17.00. Sementara Jessia terlihat sudah lebih
dahulu tiba dan memilih tempat duduk di meja nomor 54. Dia sudah memesan es kopi Vietnam
yang diinginan Mirna pada perbincangan di WhatsApp.
Begitu tiba di meja dan sedikit berbincang, Mirna kemudian minum kopi es Vietnam yang sudah
dipessankan oleh Jessica. Tetapi baru diseruput sedikit, Mirna sudah mengeluh. Mirna
mengatakan its awful, thats so bad dan bertanya ini minuman apa? Parah banget dilanjutkan
dengan langsung meminta air putih. Kemudia Hani ikut mencicii kopi tersebut, dia pun
berpendapat hal yang sama. Menurut Hani, kopi itu memiliki rasa yang sangat menjijikkan, pedas,
pahit. Tak lama usai mengkonsumsi kopi tersebut, keluar buih berwarna putih dari mulut Mirna.
Dia terlihat kejang-kejang dan tak sadakan diri.
Hasil Pemeriksaan
Hasil dari Ahli forensik :
Pada lambung lapisan dalam ditemukan bercak kehitaman , kemudian bagian luar
mukosa sudah rusak dan mengalami iritasi diakibatkan oleh benda yang bersifat zat
korosif, bisa berupa asam yang kuat atau basa yang kuat contohnya seperti Sianida,
Arsen, As.sulfat. Pada lambung normal seharusnya berwarna putih susu
Bibir berwarna hitam
0,2 mg sianida didalam lambung sementara di hati, urine dan empedu tidak didapatkan
sianida, hal ini dikarenakan Mirna meninggal dlm waktu yang sangat singkat sehingga
sianida belum mencapai hati, empedu dan saluran kencing.
Terdapat gejala-gejala yang muncul yaitu mengibas-ngibaskan mulut
Hasil PA terjadi korosis ( iritasi di dalam lambung )
Melalui tanda-tanda yang dialami Mirna ini cocok seperti keracunan sianida seperti
mengibaskan mulut karena dalam keadaan panas->sakit->kejang-> hingga tidak sadarkan
diri dan meninggal.
Hasil Pemeriksaan
Menurut ahli toksikologi :
pH lambung 5.5 karena masuknya sianida (pH normal 4 )
Singkong < 0.2 mg sianida
Ditemukan 279.6 mg NaCN sianida berdasarkan sedotan (kopi yang diminum mirna 20 ml)
Ditemukan 0.2 mg sianida di lambung
Perhitungan NaCN yang diminum korban:
Hasil uji dengan menggunakan sedotan plastik serupa dengan yang digunakan oleh korban pada saat
minum kopi, diperoleh volume rata-rata untuk satu kali sedotan( normal ) = 20 ml
20 ml cairan kopi dengan kandungan NaCN 14,88 g/l =0,02 l x 14,88 g/l = 0,2976 g/l = 297,6 mg NaCN
Menurut referensi, dosis mematikan terendah NaCN untuk manusia adalah 2,857 mg/kg, sehingga
untuk manusia dengan bobot 60 kg , dosis mematikannya adalah 60 kg x 2,857 mg/kg = 171,42 mg
Bedasarkan perhitungan dosis diatas , jumlah NaCN yang diminum oleh korban lebih besar dari dosis
yang ditentukan.
Reaksi sianida bersifat korosif, bila bersentuhan dengan kulit-> gatal, bila masuk dalam tubuh ->
merusak organ vital (jantung dan otak) dan mengganggu peredaran oksigen dalam darah.
Mirna tewas karena sianida.

Anda mungkin juga menyukai