Siapakah sosok ibnu arabi ? Ibnu Arabi di akui sebagai Filosofi atau ahli Filsafat terkemuka, buku buku karyanya menjadi rujukan utama dalam mata kuliah Theologi dan Filsafat di Universitas universitas Islam di Amerika dan Eropa, karena tujuan dari didirikannya universitas tersebut adalah memang untuk mencetak kader kader orientalis dari kalangan generasi muslim sendiri yang sangat dangkal pemahamannya tentang agama Islam dan nantinya akan merusak Islam dari dalam. BAGAIMANA PEMAHAMAN AQIDAH IBNU ARABI ?
Dalam bukunya Fushushul Hikam Ibnu Arabi
menjelaskan secara gamblang tentang aqidahnya yaitu dengan paham Wihdatul Wujud paham ini menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara Tuhan dan Makhluk. Karena sesungguhnya, Tuhan adalah alam semesta yang kita lihat ini. Dengan berlandaskan pada perinsip Filsafat yang dianutnya, maka ia beranggapan bahwa semua manusia berada diatas kebenaran, tidak terkecuali para penyembah berhala. BEBERAPA PEMIKIRAN IBNU ARABI
1. Firaun beriman kepada Allah dan Rasulnya serta selamat
dari api neraka. (berdasarkan Q.S. Yunus : 90) 2 Iblis adalah makhluk Allah yang paling bertauhid karena ia tidak mau sujud kepada Adam. 3 Firaun setelah di tenggelamkan oleh Allah lalu ia keluar dari lautan dalam keadaan suci dan tersucikan. 4 Mengakui keimanan Firaun lebih utama dan aman dari pada mengkafirkannya. 5 Semua agama adalah sama (pluralisme agama) 6 Berhala berhala yang disembah oleh kaum musyrikin adalah perwujudan bahkan hakikat Allah sendiri. 7 Neraka itu bersifat Fana (tidak kekal) tapi akan hancur, sehingga para penghuni neraka seluruhnya akan masuk SEPINTAS TENTANG PEMAHAMAN PARA SUFI
1. Orang arif menurut para sufi adalah orang yang
telah sampai pada masyarakat Wihdatul Wujud dengan daya rasa musyahadah, yaitu mengetahui bahwa Allah itu adalah alam semesta itu sendiri.
2. Mendengarkan nyanyian , yang dalam istilah sufi
disebut Sima lebih berpengaruh pada hati seorang sufi dari pada Al Quran.
3. Memang betul, bahwa kalamullah lebih utama dari
nyanyian apapun, itu tidak ada yang menolak. Tapi ketahuilah bahwa nyanyian mempunyai kelebihan dalam membangkitkan cinta seseorang yang arif. 4. Ayat Al-Quran tidaklah cocok dengan keadaan pendengar dan tidak bisa langsung di pahami. Maka barang siapa yang diliputi rasa sedih, rindu dan penyesalan maka Al-Quran tidak mampu mengatasinya. 5. Al Quran dihafal oleh orang banyak dan hati serta telinga sudah sering mendengarkannya. Al-Quran ketika di dengarkan pertama kali, ia mempunyai pengaruh yang sangat besar pada hati namun pada bacaan yang kedua pengaruhnya semakin lemah dan pada pengulangan yang ketiga hampir saja pengaruhnya itu tidak ada lagi. 6. Sesungguhnya kata kata yang berirama dan berdaya puitis akan mampunyai pengaruh yang sangat besar dalam jiwa. Adapun irama puitis itu ada pada syair dan bukan pada Ayat ayat Al Quran. 7. Melodi dan nada nada yang indah sangatlah cocok dengan karakter dasar manusia . Jika gubahan gubahan yang indah itu di padukan dengan suara suara yang berirama puitis dari bait bait dan berbentuk syair yang satu dengan yang lainnya, maka terjadilah saling menyerupai dan menyempurnakan. Sehingga ia akan lebih cepat lagi dalam membangkitkan kebahagiaan hati maka kecendrungan kaum untuk menyaksikan lamanya kebahagiaan ini untuk mencapai tujuan lebih utama dari pada kecendrungan kami kepada Firman Allah SWT. (lihat dalam Ihyaa ulumuddin juz 11 hal.298 301) 8. Para tokoh sufi menasehatkan agar lebih memperbanyak zikir kepada Allah dari pada menyibukkan diri dengan membaca Al Quran.
9. Kaum Sufi mengingkari keberadaan akal
yang mampu mengetahui dan memahami hukum hukum Syariat. Teks teks yang disebut dalam dunia tasawuf tidak menyebutkan sama sekali peranan akal, tetapi menjadikan hati sebagai perantara tunggal untuk kesempurnaan pengaturan antara makhluk dan sang pencipta DIANTARA PRINSIP AL QURAN YANG DI INGKARI IBNU ARABI
Salah satu syarat dari sahnya Iman adalah
pengingkaran kita terhadap Thaghut (Syaithan dan apa saja yang disembah selain Allah SWT) seperti yang termaktub dalam Firman Alla SWT maka barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah SWT, sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepad tali yang sangat kokoh yang tidak akan putus (Q.S. Al Baqarah : 256) Tetapi Ibnu Arabi mengingkari prinsip ayat ini.