Anda di halaman 1dari 25

BELAJAR

MENGAJAR DALAM
PERSPEKTIF
ISLAM#KajianIslamProfesi
Prinsip Belajar dalam Perspektif Islam
1. Niat
Dalam Islam, niat merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh setiap
muslim sebelum memulai semua bentuk aktifitas. Dari Umar ra. bahwa Rasulullah
saw bersabda: amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapat
sesuai niatnya (HR. Bukhari, Muslim dan empat Imam Ahli Hadits)
Imam al-Zarnuji mengingatkan: Selanjutnya bagi pelajar hendaknya meletakkan
niat selama dalam belajar. Karena niat itu sebagai pangkal dari segala amal.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw: Sahnya semua perbuatan itu

2. Motivasi
apabila disertai niat.

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan individu melakukan aktifitas,


dalam hal ini belajar. Motivasi ini bisa dibangkitkan dengan cara memberikan
sesuatu yang atraktif, memberikan sesuatu yang mengandung intimidasi ataupun
dengan menggunakan cerita.
3. Reward
Istilah reward yang sering digunakan al-Quran adalah tsawab dan
al-ajru yang berarti ganjaran atau pahala. Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan balasan atas perbuatan baik seseorang dalam
kehidupan dunia atau di akhirat kelak. Dalam surat Ali Imran: 148,
yang artinya: karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala
di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebaikan.
Pendidik diharapkan mengikuti nilai-nilai dalam memberikan
ganjaran atau pujian agar efektif.
Berbicara tentang tsawab, maka selalu diikuti dengan adzab
(punishment) yang berarti hukuman. Dalam Islam, hukuman,
teguran atau nasihat hanya diberikan ketika anjuran-anjuran yang
diberikan tidak dilaksanakan.
4. Pembagian Waktu Belajar
Belajar dalam waktu yang jarang dengan melalui masa istirahat.
Artinya proses belajar dilakukan tidak secara terus-menerus,
melainkan terdapat jeda waktunya sehingga tidak
mengakibatkan kebosanan.
Rasulullah juga telah menerapkan prinsip pembagian waktu ini
dalam mendidik jiwa para sahabatnya atau ketika mengajarkan
materi agama. Rasulullah mengajari dan mengarahkan para
sahabat dalam waktu yang terpisah-pisah karena khawatir
kalau mereka merasa jemu atau bosan. Abdullah ibn Masud
berkata: Nabi shallaahu alaihi wa sallam senantiasa mencari
waktu yang tepat untuk menasehati kami karena khawatir
akan menimbulkan rasa bosan pada diri kami.( HR. Bukhori)
5. Takrir (Pengulangan)
Di antara prinsip belajar yang penting lainnya adalah memelihara
dengan baik materi atau skill yang telah dipelajari. Kebanyakan materi
yang dipelajari membutuhkan repetisi dan latihan hingga materi atau
skill bisa dikuasai secara sempurna.
Rasulullah pun senantiasa berwasiat kepada para sahabatnya agar
senantiasa memelihara hafalan al-Quran dengan cara mengulang-
ulang dan selalu membacanya sehingga hafalan tersebut tidak sampai
lupa. Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya perumpamaan orang yang
biasa bergumul dengan al-Quran hanyalah seperti unta yang diikat
dengan tambang oleh pemilik. Jika dia senantiasa
memperhatikannya, maka dia akan berhasil memegangnya dengan
erat. Namun jika dia melepaskan, maka unta itu akan lari pergi.
(HR. Ahmad)
6. Partisipasi Aktif dan Praktek Ilmiah
Belajar akan lebih baik dan lebih cepat jika terdapat partisipasi aktif
dari pelajar dalam proses pembelajaran. Partisipasi aktif ini dapat
diwujudkan dengan praktek ilmiah ataupun adanya hubungan timbal
balik antara peserta didik dengan pendidik.
Al-Quran dalam menjelasakan tentang keimanan pasti diikuti dengan
amal shalihsehingga dapat dikatakan, keimanan dianggap sebagai
teorinya, sedangkan amal shalih sebagai wujud partisipasi aktif maupun
praktek ilmiah. Banyak sekali ayat yang menjelaskan hal ini,
diantaranya adalah yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 82, yang
artinya: dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka
itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
7. Tarkiz (Konsentrasi)
Konsentrasi dalam Islam secara implisit berasal dari perintah Allah untuk
khusyu ketika shalat. Khusyu menurut pengertian bahasa adalah tunduk,
rendah dan tenang. Maka khusyu berarti keberadaan hati di hadapan Rabb
dalam keadaan tunduk dan merendah yang dilakukan secara bersamaan.
Maka jika diaplikasikan dalam proses pembelajaran adalah peserta didik harus
khusyu, yaitu konsentrasi dan fokus ketika belajar.

8. Tadrij (Belajar secara Gradual)


Diantara prinsip-prinsip penting dalam belajar dan dalam proses perilaku
manusia adalah melakukannya secara gradual (bertahap). Dengan pentahapan
dalam belajar, akan memudahkan peserta didik dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan. Karena manusia itu mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sehingga materi yang diberikan harus mengikuti fase-fase pertumbuhannya
tersebut.
9. Ihtimam (Perhatian)
Perhatian merupakan faktor yang penting dalam belajar,
perolehan pengetahuan dan pencapaian ilmu. Al-Quran
pula menujukkan pentingnya perhatian, sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Muzzamil, bahwa bangun
setelah tidur menjadikan seseorang lebih perhatian
terhadap makna-makna al-Quran dan lebih mengerti
terhadapnya.
Konsep Belajar dalam Perspektif Islam
1.Makna Belajar menurut Islam
Sejak turunnya wahyu yang pertama yaitu Q.S. Al-Alaq [96]:1-5 kepada Nabi Muhammad Saw., yang artinya
Bacalah dengan menyebut mama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciplakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, Dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak deketahuinya.
Islam telah menekankan perintah untuk belajar, ayat pertama juga menjadi bukti bahwa Al-Quran
memandang penting balajar agar manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada di sekitamya sehingga
meningkatkan rasa syukur dan mengakui kebesaran Allah.
Dalam beberapa ayat al-Quran yang secara eksplisit ataupu implisit mewajibkan orang
untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah SWT
: Artinya:...Katakanlah apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakalah yang mampu menerima
pelajaran. QS,Az-Zumar: 9
Dalam perspektif islam belajar merupakan kewajiban bagi setiap individi yang beriman
untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat
kehidupan mereka. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya Niscaya Allah akan
meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu. (QS. Al-
Mujadalah : 11)
2. Makna Pembelajaran menurut Islam
Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.
Pandangan al-Quran terhadap aktivitas pembelajaran, antara lain dapat dilihat dalam kandungan
ayat 31-33 al-Baqarah:Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu memang orang-orang yang benar! (31) Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (32) Allah berfirman: "Hai
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
proses pembelajaran Nabi Adam (manusia pada saat awal kehadirannya) telah sampai pada
tahap praekplorasi fenomena alam, dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan
perilaku alam. Hal ini bisa kita perhatikan pernyataan ayat 31 al-Maidah: Kemudian Allah
menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil)
bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku,
mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.
Peristiwa ini menjadi indikasi bahwa telah terjadi proses pembelajaran melalui fenomena alam,
dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku alam.
Rasulullah menegaskan dalam salah satu haditsnya bahwa siapa saja yang terus berproses
dalam belajar mencari pengetahuan dan ilmu, maka Allah akan menunjukkan kemudahan
mencapai surga.
pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan/merangsang
seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu, kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok , yaitu:
Bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar.
Bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.
Sumber Belajar dalam Perspektif Islam
1.Al-quran sebagai sumber belajar
Al-Quran merupakan sumber utama dari ilmu pengetahuan yang langsung
disampaikan Allah kepada Rasulnya. Disamping mengandung petunjuk-pentunjuk dan
tuntunan-tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah, juga mengandung petunjuk
yang dapat dijadikan pedoman manusia untuk mengelola dan menyelidiki alam semesta,
atau untuk mempelajari gejala-gejala dan hakekat hidup yang dihadapi dari masa ke
masa. Firman Allah SWT Q.S An Nahl:64 Artinya : Dan kami tidak menurunkan
kepadamu al kitab (Al Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka
perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
2. Alam sebagai sumber belajar
Learning Resource by Utilization adalah sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang
untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama,
olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran
televisi, dan masih banyak yang lainnya. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hal-hal
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar :
a) Ciptaan Allah di alam semesta
Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atasnya,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai
retak-retak sedikitpun. Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya
gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah di pandang mata. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba
yang kembali mengingat Allah. (Q.S Qaaf:6-8)
b) Orang (narasumber)



Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui. (Q.S An Nahl:43)

c) Lingkungan keluarga







Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Q.S Luqman:13)
d) Lingkungan Sosial








Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota madinah dan telah beriman (Ansar)
sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa di berikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya; mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr:9)
Prinsip Mengajar dalam Perspektif Islam
Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany,
prinsip-prinsip mengajar menurut Islam adalah :
Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak
didiknya.
Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan
sebelum pelaksanaan pendidikan.
Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta
perubahan anak didik
Mengetahui perbedaan-perbedaan individu didalam
anak didik.
Memperhatikan kepahaman dan hubungan-
hubungan, integrasi pengalaman dan
kelanjutannya, pembaharuan dan kebebasan
berfikir
Menjadikan proses pendidikan sebagai
pengalaman yang menggembirakan bagi anak
didik.
Menegakkan uswah hasanah.
Konsep Mengajar dalam Perspektif Islam
Dalam proses belajar mengajar, manusia menggunakan
metode yang berbeda-beda. Terkadang mereka meniru dari
apa yang diamatinya atau dari apa yang telah diajarkan oleh
orang lain, misalnya orang tua, ataupun gurunya.

Utsman Najati menjelaskan bahwa, dalam belajar menurut


Islam ada beberapa metode yang bisa dilakukan, antara lain,
peniruan, pengalaman praktis (trial and error) dan berfikir.
1. Metode Peniruan
Al-Quran telah menjelaskan contoh bagaimana manusia belajar
lewat metode peniruan, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al
Maidah : 31 yang artinya: Kemudian Allah menyuruh seekor burung
gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya
(Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya,
berkata Qabil: Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu
berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-
orang yang menyesal.
Dalam hadits, Rasulullah saw bersabda: Ajarkanlah anakmu shalat
ketika berumur tujuh tahun dan pukulah ia karena meninggalkan
shalat ketika berumur sepuluh tahun (HR. Tirmidzi).

Allah SWT berfirman dalam Q-S al-Ahzab, yang artinya:


Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagi kamu yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah
2. Metode Pengalaman Praktis
Segala kegiatan yang dilakukan manusia tentunya telah menghasilkan
sesuatu pengalaman hidup baginya. Secara tidak sadar hasil pengalaman itu
merupakan hasil belajar yang telah dilakukan. Dalam kehidupan, manusia
selalu menghadapi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa. Tentunya tidak
semua manusia mau menghadapi peristiwa tersebut. Maka manusia
mencoba untuk menyelesaikan dengan memberi respon terhadap peristiwa
tersebut untuk mengatasi jalan keluarnya.
Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW kamu lebih tau tentang urusan
duniamu.

Dari Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa manusia berhak untuk


membuat dan mencoba sesuai dengan respon yang ada, atau bahkan
membuat respon baru. Al-Quran sendiri mengisyaratkan hal tentang itu:
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Q-S;Ar-Rum; 7)
3. Metode Berfikir
Dengan berfikir manusi dapat belajar dengan cara untuk mencari
jalan keluar dari suatu permasalahan, selain itu dapat
mengungkapkan dan menganalisa berbagai peristiwa, serta dapat
menyimpulkan sehingga menemukan teori baru.

Sistem belajar dengan metode berfikir bisa dalam bentuk


berdiskusi, dan meminta pendapat dari para ahli adalah salah satu
faktor yang dapat memperjelas pemikiran. Al-Quran sendiri telah
mendorong dan memperjelas konsep tersebut dengan ayat yang
menjelaskan tentang musyawarah: Dan musyawarahlah dengan
mereka dalam urusan bersama. (Q-S;Ali Imran [3]: 159)
Pada dasarnya metode musyawarah atau berdiskusi adalah upaya
untuk mempertajam daya fikir agar kemampuan intelek manusia
semakin berkembang dan berkualitas.

Empat Patonah (140621010)& Yani Apriyani (140621004)
#KajianIslamProfesi#BelajarMengajarDalamPerspektifIslam

Anda mungkin juga menyukai