Anda di halaman 1dari 34

Pengertian GCG

Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan
dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders
Jadi dapat disimpulkan, GCG adalah Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)
adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah
satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah
menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung
jawab/ mandat, khususnya implementasi pedoman dan
mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan
melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus
utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan
bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan
untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan
penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang
saham.
Arti penting Good Corporate Governance (GCG)
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya
pasar yang efisien, transparan dan konsisten
dengan peraturan perundang-undangan.
Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar
yang saling berhubungan, yaitu negara dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha.
Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan
sistem pengendaliaan dan keseimbangan (check and
balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari
sumber daya perusahaan dan tetap mendorong
terjadinya pertumbuhan perusahaan.
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar
pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan
perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan
peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak
yang berperan meliputi pemegang saham, dewan
komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
(w)
Prinsip-prinsip dalam Good
Corporate Governance (GCG)
1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-undang
seperti misalnya mengumukan pendirin PT dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun
Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan
informasi ataupun dalam hal penerapan management keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang
akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada share holders maupun stakeholder.
2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Adanya keterbukaan informasi dalam bidang financial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan
oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan
pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan. Sehingga sudah
sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independent mutlak diperlukan kehadirannya. Sehingga
adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang professional
atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan.
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. (w)
contoh
Kebijakan sebuah perusahaan makanan untuk mendapat sertifikat HALAL.
Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Lewat sertifikat ini, dari sisi
konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan yang dikonsumsinya itu halal dan
tidak merasa dibohongi perusahaan. Dari sisi Pemerintah, perusahaan telah mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Peraturan Perlindungan Konsumen). Dari sisi
perusahaan, kebijakan tersebut akan menjamin loyalitas konsumen sehingga kelangsungan
usaha, pertumbuhan, dan kemampuan mencetak laba lebih terjamin, yang pada akhirnya
memberi manfaat maksimal bagi pemegang saham. (w)
Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat umum. Ini juga
merupakan pertanggungjawaban kepada publik. Dari sisi masyarakat, kebijakan ini menjamin
mereka untuk hidup layak tanpa merasa terancam kesehatannya tercemar. Demikian pula dari
sisi Pemerintah, perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup.
Sebaliknya dari sisi perusahaan, kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan
usaha karena akan mendapat dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan. (w)
Prinsip GCG yang paling relevan dengan
pengembangan sistem dan mekanisme internal
perusahaan adalah accountability. Berdasarkan
prinsip ini, pertama-tama masing-masing
komponen perusahaan, seperti komisaris, direksi,
internal auditor dituntut untuk mengerti hak,
kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya.
Hal tersebut penting sehingga masing-masing
komponen mampu melaksanakan tugas secara
professional. (w)
Tujuan Penerapan Good Corporate
Governance
Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan
suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada
terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai
dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang
elegan dalam menghadapi tantangan organisasi
kedepan
Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola
dengan terbuka, adil, dan dapat
dipertanggungjawabkan
Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para
share holders dan stakeholders.
Dalam menerapkan nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan,
Perseroan menggunakan pendekatan berupa keyakinan
yang kuat akan manfaat dari penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang
kuat, maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk
menerapkannya sesuai standar internasional. Guna
memastikan bahwa Tata Kelola Perusahaan diterapkan
secara konsisten di seluruh lini dan unit organisasi,
Perseroan menyusun berbagai acuan sebagai pedoman
bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang disusun
sendiri, Perseroan juga mengadopsi peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (w)
Manfaat dan Faktor Penerapan GCG
Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang
saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-
biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat
penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan
yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber
daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat
resiko perusahaan.
Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi
dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat
jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan
operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
Suatu perusahaan dan atau negara yang ingin
menuai manfaat dari pasar modal global, dan
jika kita ingin menarik modal jangka panjang
yang, maka penerapan GCG secara konsisten
dan efektif akan mendukung ke arah itu. (w)
Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum
yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat
pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good Government
Governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standard
pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting
karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk
mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di
Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana
perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang
kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas
dan skor perusahaan dalam implementasi GCG.

Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG
yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-
kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap
gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
Sumber:
Miko Kamal, Undang Undang PT dan Harapan
Implementasi GCG, www.alf.com, 2008
Sita Supomo, Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Prinsip GCG, Email:
fcgi_probis@yahoo.comfcgi_probis@yahoo.c
om
, 2008

Penerapan GCG didukung 3 pilar


A. Peranan Negara
Melakukan koordinasi secara efektif antar
penyelenggara negara dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan berdasarkan sistem hukum
nasional dengan memprioritaskan kebijakan yang
sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan
masyarakat. Untuk itu regulator harus memahami
perkembangan bisnis yang terjadi untuk dapat
melakukan penyempurnaan atas peraturan perundang-
undangan secara berkelanjutan.
B. Peranan Dunia Usaha
Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga
dapat terwujud iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan.
Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan
kepatuhan dunia usaha dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan.
Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).

C. Peranan Masyarakat
Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan
kepedulian terhadap pelayanan masyarakat yang dilakukan
penyelenggara negara serta terhadap kegiatan dan produk atau jasa
yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian pendapat
secara objektif dan bertanggung jawab.
Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia
usaha dalam mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.
Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab.

Asas GCG
A. Transparansi (Transparency)
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan
strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan
kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan.
Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi
ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan,
dan hak-hak pribadi.
Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.

B. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-
masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.
Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan perannya dalam pelaksanaan GCG.Perusahaan harus memastikan
adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan
perusahaan.Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran perusahaan yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran
utama dan strategi perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system) .Dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus
berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang
telah disepakati
C. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip
kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan
peraturan perusahaan (by-laws).
Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang
memadai.

D. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala
pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara obyektif.
Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem
pengendalian internal yang efektif.

Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness )


Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan
harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan
kewajaran.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat
bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-
masing
Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan.
Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik

Sumber : https://kunami.wordpress.com/2007/11/09/pelaksanaan-good-
corporate-governance/
Teori keagenan
hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan
agensi muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut (w)
Teori agensi merupakan konsep yang
menjelaskan hubungan kontraktual
antara principals dan agents. Pihak principals a
dalah pihak yang memberikan mandat kepada
pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan
semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan
Tujuan dari teori agensi
pertama, untuk meningkatkan kemampuan
individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan
harus diambil
Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari
keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara
prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja
Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses
pada informasi internal perusahaan sedangkan
agen sebagai pelaku dalam praktek operasional
perusahaan mempunyai informasi tentang operasi
dan kinerja perusahaan secara riil dan
menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan,
kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen
yang berbeda dan saling bertolak belakang
tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan
saling tarik menarik kepentingan (conflict of
interest) dan pengaruh antara satu sama lain. (W)
Konflik antara pemegang saham
dengan manajer
konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen
salah satunya dapat timbul karena adanya
kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan
arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal
yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama
perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan
kepentingan karena pemegang saham lebih
menyukai investasi yang berisiko tinggi yang juga
menghasilkan return tinggi, sementara
manajemen lebih memilih investasi dengan risiko
yang lebih rendah

Anda mungkin juga menyukai