Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

STRATEGI PENGOBATAN ANTIBIOTIK UNTUK


PNEUMONIA YANG DIDAPAT DI KOMUNITAS
PADA ORANG DEWASA

Di susun oleh :
Ruth Djalung
Pembimbing:
Dr. Emil B Moerad, Sp. P
LATARBELAKANG

Pneumonia yang didapat dari komunitas merupakan penyebab terbanyak pasien


masuk rumah sakit dan kematian di dunia.
Kebanyakan guidline merekomendasikan penggunaan antibiotik berdasarkan
keparahan dari penyakit dinilai dari kebutuhan perawatan yang dibutuhkan atau
prognosisnya, untuk pasien dengan suspek CAP yang masuk rumah sakit guidline
yang ada merekomendasikan terapi dengan beta laktam + makrolid atau beta laktam
+ ciprofloxcacin dan monoterapi moxifloxacin atau levofloxacin
Guidline tersebut meningkatkan penggunaan makrolid dan fluoroquinolon walaupun
antibiotik golongan ini meningkatkan resistensi. Meskipun sudah terdapat penelitian
keunggulan fluoroquinolon terhadap beta laktam sebagai monoterapi tetapi belum
terlihat keunggulannya.
penelitian ini untuk menilai pengobatan monoterapi betalactam tidak di bawah dari
kombinasi terapi beta laktam + makrolid atau monoterapi fluoroquinolon.
Strategi ini memungkinkan adanya perubahan terapi antibiotik yang selama ini
digunakan.
METODE
Studi desain dan pengawasan
Pada pengobatan awal dengan antibiotik infeksi saluran pernapasan bawah
(CAP START) di lakukan di tujuh rumah sakit di belanda dari februari
2011 hingga agustus 2013. terdapat 18 data yang di laporkan sesuai dengan
standar konsolidasi pelaporan.
Protokol penelitian disetujui oleh dewan etika ulasan di Universitas
Kedokteran Center Utrecht.
Panitia di setiap rumah sakit yang berpartisipasi dalam kelayakan dan
rekrutmen pasien, kriteria pasien berusia 18 tahun atau lebih tua dengan
klinis yang diduga CAP yang memerlukan pengobatan antibiotik dan rawat
inap di bangsal non-ICU yang memenuhi syarat untuk penelitian.
TABLE1
Definisi Kasus
Pneumonia yang didapat dari komunitas (CAP) (diagnosis kerja) : terdapat
sedikitnya dua dari kriteria dignosis dan di rumah sakit diobati dengan
antibiotik untuk yang di suspek CAP sesuai yang didokumentasi oleh klinisi.
Pasien dengan dua atau lebih kriteria dan penyebab infeksi yang nyata bukan
berasal dari respirasi dipertimbangkan bukan merupakan diagnosis kerja CAP,
maupun pasien yang baru saja masuk rumah sakit (untuk > 48 jam dalam 2
minggu terakhir) atau pasien yang berada di fasilitas perawatan dalam jangka
waktu lama.
CAP yang telah dikonfirmasi oleh radiologi : diagnosis kerja CAP ditambah
adanya infiltrat yang baru atau bertambah di paru melalui radiologis atau CT
SCAN dan minimal dua kriteria lain.
Kriteria Diagnosis Klinis
Batuk
Produksi sputum purulen atau perubahan dari gambaran sputum
Temperatur > 38C or > 36,1C
Temuan auskultasi konsisten dengan pneumonia , termasuk rales, bukti
konsolidasi paru (redup pada perkusi, suara napas bronkial, atau egofoni
atau keduanya
Leukositosis (> 10 109 sel darah putih per liter atau> 15% band)
tingkat protein C-reaktif lebih dari 3 kali batas atas dari kisaran normal
Dyspnea, takipnea, atau hipoksemia
Infiltrat baru atau bartambah pada radiografi dada atau CT scan
Strategi intervensi
Strategi beta-laktam: pengobatan yang biasa dipilih adalah
amoksisilin, amoksisilin ditambah klavulanat, atau generasi ketiga
sefalosporin. Penisilin tidak dianjurkan untuk pengobatan
monoterapi beta-laktam.
Strategi beta-laktam-macrolid: pengobatan yang biasa dipilih
adalah penisilin, amoksisilin, amoksisilin ditambah klavulanat,
atau sefalosporin generasi ketiga dalam kombinasi dengan
azitromisin, eritromisin, atau klaritromisin
Strategi fluorokuinolon: pengobatan yang biasa dipilih adalah
moksifloksasin atau levofloksasin

* Strategi didasarkan pada rekomendasi dalam pedoman Belanda


pada pengobatan CAP yang tersedia sebelum
dimulainya penelitian.
Pengacakan
Metode acak dibentuk oleh 6 kelompok masingmasing berisi strategi 3
antibiotikduarumahsakityangmemilikistafmedisyangberkolaborasi
secara acak sebagai satu klaster seluruh rumah sakit direncanakan
berpartisipasi hingga memenuhi besar sampel atau batas maksimal 2
tahun.

Hasil
Hasil primer adalah semua penyebab mortalitas dalam waktu 90 hari
setelahmasukrumahsakit
Hasil sekunder merupakan waktu mulainya pengobatan oral, lamanya
di rawat di rumah sakit, dan munculnya komplikasi minor atau mayor
selamadirawatdirumahsakit

PengumpulanData
o Rekam medis : gambaran klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan
mikrobiologi,antibiotikyangdigunakan,komplikasi,hasilklinis
o Data non rutin didapat dari perawat peneliti secara langsung setelah
pasienterlibatdalampenelitian
TABELPENGAMBILANDATA
HASIL PRIMER
o Segala penyebab mortalitas dalam 90 hari tidak dapat dinilai
pada 4 pasien, pasien ini hanya dimasukkan kedalam analisis
sekunder.
o Perbedaan yang absolut resiko kematian antara strategi beta
laktam dan beta laktam makrolid sebesar 1, 9% lebih baik pada
strategi beta laktam
o Perbedaan absolut antara strategi beta laktam dan strategi
fluoroquinolon sebesar -0,6% , lebih baik pada strategi
fluoroquinolon.
o Hal ini menunjukkan strategi beta laktam tidak di bawah dari
beta laktam makrolid dan fluoroquinolon.
HASIL SEKUNDER
Ratarata pada seluruh strategi pasien dirawat di
rumah sakit selama 6 hari , tapi lebih tinggi pada
periodestrategibetalaktammakrolid
Ratarata durasi pengobatan intravena 3 hari selama
periode strategi fluoroquinolon dan 4 hari untuk
strategiyanglain
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam insidensi
komplikasimayordanminordalam3strategi.
KESIMPULAN
Di antara pasien dengan dugaan klinis CAP yang
dirawat di bagian nonICU, strategi
pengobatandenganmonoterapibetalaktamhasilnya
tidakdibawahdarikombinasistrategibetalaktam
makrolid dan monoterapi fluorokuinolon yang dilihat
darimortalitasselama90hari.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai