Disampaikan Oleh :
Akhmad Aniq Barlian
Deskripsi MK
Mata kuliah ini membahas aspek cara
pembuatan obat yang baik, mempelajari
preformulasi untuk merancang formulasi
sediaan padat, dan menguji hasil sediaan
yang dibuat sesuai persyaratan,
mengetahui dan memahami cara
pemeliharaan peralatan dalam industri
farmasi.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PRODI
STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami cara
pembuatan obat yang baik, mempelajari
preformulasi untuk merancang formulasi
sediaan padat, dan evaluasi sediaan
MINGGU KOMPETENSI
BAHAN KAJIAN
KE - DASAR
Menguasai bentuk-
1 Macam-macam sediaan solida
bentuk sediaan solida
Menguasai
2 preformulasi dan Preformulasi dan master formula
master formula
Preformulasi dan master formula sediaan
3
tablet dengan metode granulasi basah
Pembuatan dan evaluasi sediaan tablet
4
dengan metode granulasi basah
Menguasai teori dan
Preformulasi dan master formula sediaan
5 cara pembuatan
tablet dengan metode granulasi kering
bentuk sediaan tablet
Pembuatan dan evaluasi sediaan tablet
6
dengan metode granulasi kering
Preformulasi dan master formula sediaan
7
tablet dengan metode kempa langsung
Pembuatan dan evaluasi sediaan
Menguasai
8 tablet dengan metode kempa
sediaan tablet
langsung
Preformulasi dan master formula
9
Menguasai sediaan kapsul
sediaan kapsul Pembuatan dan evaluasi sediaan
10
kapsul
1. BENTUK 2. BAHAN
SEDIAAN TAMBAHAN
EX . ..............?
PULVIS PULVERES
EX .....? EX ......?
Ukuran serbuk dinyatakan dengan bilangan
yang biasanya diikuti dengan mesh. Mesh
merupakan ukuran pengayak dalam artian
bahwa ukuran 100 mesh menunjukkan bahwa
dalam 1 inchi (2,54 cm) panjang kawat
pengayak melintang memuat lobang ayakan
sebanyak 100 buah.
Untuk serbuk dengan 2 bilangan ukuran (misal
40/60) maka diartikan bahwa serbuk tersebut
dapat melewati pengayak nomor 40 dan tidak
lebih dari 40% melewati pengayak nomor 60
SIFAT SERBUK ?
1. Higroskopis
Serbuk higroskopis merupakan serbuk yang mampu
menangkap uap air di lingkungan, sehingga serbuk menjadi
basah
2. Deliquescent
Merupakan serbuk higroskopis namun kemampuan
menyerap airnya sangat tinggi, sehingga sejumlah air yang
ditangkap justru melarutka serbuk tersebut.
3. Efflorescent
Merupakan serbuk dari senyawa yang memiliki air kristal,
yang pada kondisi kelembaban lingkungan yang rendah
justru dapat melepaskan air kristal dari strukturnya,
sehingga serbuk menjadi basah
2.TABLET
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-
cetak berbentuk rata atau cembung rangkap,
umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1994).
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung
substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi
.(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
KEUNTUNGAN
Ketepatan yang tinggi dalam dosis;
Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan
volume yang kecil
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan
tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
Memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;
Menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar
dengan volume yang kecil;
zat aktif lebih stabil;
Cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
Menutupi rasa
Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda,
lepas lambat, lepas terkendali);
Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat,
sehingga biaya produksinya lebih rendah;
KERUGIAN
Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan
tablet
Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak
padat
Beberapa Zat aktif sulit terbasahi , lambat melarut,
dosisnya cukup besar atau tinggi, atau kombinasi dari
sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau
yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka
terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara.
Suatu tablet harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Konsistensi :
- kapsul keras
- kapsul lunak
2. Berdasarkan Cara Pemakaian :
- per oral
- per rektal
- per vaginal
- topikal
3. Berdasarkan Tujuan Pemakaian :
- untuk manusia
- untuk hewan
A. Kapsul Keras
A.1. Bhn. Penyusun cangkang kapsul keras :
*Bahan dasar : - gelatin
- gula --> pengeras
- air (10-15%)
*Bhn. tambahan : - pewarna
- pengawet (mis. SO2)
- pemburam (mis. TiO2)
- flavoring agent
Ukuran Kapsul
Bahan Bentuk Serbuk 5 4 3 2 1 0 00 000
b. Bahan tambahan :
- pengawet
- pewarna
- pemburam
- flavor
- penyalut enterik *)
BENTUK-BENTUK CANGKANG KAPSUL LUNAK
4. PIL / PILLUAE
Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat,
mengandung satu atau lebih bahan obat (FI
III, 1979 : 23).
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat
seperti kelereng mengandung satu atau lebih
bahan obat (Moh. Anief, 2008 : 80).
Berdasarkan Beratnya, Dibagi Menjadi 3:
Pil (100-500mg).
Boli (pil yang beratnya >500mg).
Granula (30mg).
PERSYARATAN PIL DALAM FARMAKOPE
Bobot pil ideal antara 100 - 150 mg, rata-rata 120 mg.
Pil-pil setelah dimasukkan ke dalam asam klorida 0,04N
pada 37 derajat dan dikocok-kocok keras-keras (akan
hancur)
Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah,
tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran
pecernaan, dan pil salut enteric tidak hancur dalam
lambung tetapi hancur dalam usus halus.
Memenuhi keseragaman bobot.
Memenuhi waktu hancur dalam air 36 38 derajat
15 menit untuk pil tidak bersalut
60 menit untuk pil yang bersalut.
KEUNTUNGAN SEDIAAN PIL
Menutupi rasa obat yang tidak enak.
Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang mudah bereaksi
dengan udara dan cahaya.
Baik untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang lambat.
Mudah digunakan atau ditelan.
KERUGIAN SEDIAAN PIL
Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang
cepat.
Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi lambung.
Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair
dalam jumlah besar
Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi
waktu hancur
Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan
pengawet)
SUPPOSITORIA
Pengertian :
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Supositoria adalah
sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk
torepedo dapat melarut, melunak atau meleleh pada subu tubuh.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Supositoria adalah
sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra.
Menurut R.Voight hal 281 Suppositoria adalah sediaan bentuk
silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk mantap yang
ditetapkan untuk dimasukan kedalam rektum, sediaan ini melebur
pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.
Menurut FN hal 333, Suppositorium adalah sediaan padat,
melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan
cara menyisipkan kedalam rektum, berbentuk sesuai dengan maksud
penggunaan, umumnya berbentuk terpedo.
Tujuan penggunaan
suppositoria yaitu :
1. Supositoria dipakai unjtuk pengobtan local,baik di dalam
rectum,vagina,atau uretra,seperti pada penyakit
haemorroid/wasir/ambeien,dan infeksi lainnya.
2. Cara rectal juga digunakan untuk distribusi sistemik,karena
dapat diserap oleh membran mukosa dalam rectum .
3. Jika penggunaan obat secara oral tidak
memungkinkan,misalnya pada pasien yang mudah muntah
atau pasien yang tidak sadarkan diri.
4. Aksi kerja awal akan cepat diperoleh,karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rectum dan langsung masuk dalam sirkulasi
darah.
5. Agar terhindar dari perusakan obat oleh enzim di dalam
saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia
di dalam hati.
Keuntungan dan Kerugian Supositoria
Keuntungan Supositoria:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan
dan asam lambung
3. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga
obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat
peroral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
Kerugian Supositoria
1. Pemakaiannya tidak menyenangkan
2. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang
Macam-Macam Suppositoria
Menurut Ansel hal 576-577
1. Suppositoria rectal
Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo atau jari-
jari kecil. Ukuran panjangnya 32 mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan
beratnya 2 gram untuk orang dewasa bila oleum cacao yang digunakan
sebagai Basis. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukuran dan beratnya
dari ukuran dan berat orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti
pensil.
2. Suppositoria vagina
Biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut sesuai dengan
kompendik resmi, beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, sebab
lagi tergantung pada macam basis dan masing-masing pabrik yang
membuatnya.
3. Suppositoria uretra (Bougie)
Bentuk ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukan kedalam lambung urine/saluran urine pria
atau wanita 1 garis tengah 3-6 mm dengan panjang
140 mm. Walaupun ukuran ini masih bervariasi antar
yang satu dengan yang lain apabila basisnya dari oleum
cacao, maka beratnya 4 gram untuk wanita panjang
dan beratnya dari ukuran untuk pria. Panjang
kurang lebih 78 mm dan beratnya 2 gram inipun bila
oleum cacao sebagai basisnya.
Syarat Basis suppositoria
Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan
warna dan bau serta pemisahan obat.
Netral secara Fisiologi & Kimia
Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku
(pembekuan dapat berlangsung cepat dalam
cetakan,kontraksibilitas baik, mencegah pendinginan
mendaak dalam cetakan)
Macam-macam basis Suppositoria.
Basis berlemak, contohnya : oleum cacao.
Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak :campuran
tween dengan gliserin laurat.
Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya :
gliserin-gelatin, PEG (polietien glikol).
PRAKTIUM
TABLET & SUPPO
TABLET
METODE PEMBUATAN
1. GRANULASI BASAH
Memperoleh aliran yang baik
Meningkatkan kompresibilitas
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
Mengontrol pelepasan
Mencegah pemisahan komponen campuran selama
proses
Distribusi keseragaman kandungan
Meningkatkan kecepatan disolusi
2. GRANULASI KERING
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
3. KEMPA LANGSUNG
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
tidak tahan lembab
Zat aktif dosis tinggi
Zat aktif mudah mengalir
KOMPONEN TABLET
1. ZAT AKTIF
2. ZAT TAMBAHAN
1. PENGISI
2. PENGIKAT
3. PENGHANCUR
4. PELINCIR/PELICIN
ZAT PENGISI
Zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang
ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang
diharapkan
Syarat :
Harus non toksik dan dapat memenuhi peraturan-
peraturan
Harganya harus cukup murah.
Tidak boleh saling berkontraindikasi
Harus stabil secara fisik dan kimia
Harus bebas dari segala jenis mikroba yang patogen atau
yang ditentukan.
Harus color compatible (tidak boleh mengganggu warna)
PENGIKAT
Untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan
kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Lachman Industri,
701)
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia,
tragacanth, gelatin)
Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa,
etilselulosa, hidroksipropilselulosa
Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit
membutuhkan bahan.
Disintegran / Penghancur
Berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet ketika
berkontak dengan cairan saluran cerna (Lachman Industri,
702). Cara pakai/penambahan disintegran:
internal addition (saat granulasi) : disintegran dicampur
dengan bahan lainnya sebelum ditambah dengan larutan
penggranul
external addition : disintegran ditambahkan setelah granul
terbentuk
R/
Parasetamol 500 mg Z.A
ZT add 750 mg
MACAM - MACAM perhitungan
Catatan =
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan pengikat, menyesuaikan
sifat masing masing pengikat & kebutuhan untuk membasahi total
zat
Biasanya 1/3 berat tablet
3. PERHITUNGAN % ZAT TAMBAHAN DARI
TOTAL BERAT ZAT TAMBAHAN
BERAT TABLET YANG DIINGINKAN 700 mg
Tiap tablet mengandung = Parasetamol 500 mg
700 mg 500 mg = 200mg
Amilum maydis 5 % = 5/100 x 200 = 10 mg
Gelatin 1 % = 1/100 x 200 = 2 mg (standar 1-
3% HB)
Mg. stearat 1 % = 1/100 x 200 = 2 mg
Talk 2 % = 2/100 x 200 = 4 mg
Laktosa = 200 (10+2+2+4) = 182 mg
Catatan =
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan pengikat, menyesuaikan
sifat masing masing pengikat & kebutuhan untuk membasahi total
zat
Biasanya 1/3 berat tablet
4. PERHITUNGAN FASE DALAM DAN FASE LUAR
TABLET YANG DIINGINKAN 700 mg
FASE DALAM 92 % = 92/100 x 700 = 644 mg
FASE LUAR 8 % = 8/100 x 700 = 56 mg
FASE DALAM =
Parasetamol = 500 mg
Amilum maydis 5 % (bobot total) = 5/100 x 700 = 35 mg
Mucilago Gelatin 1 0 % (1/3 FD) = 21,5 mg
( 1/3 x 644 = 215 x 10% = 21,5)
Laktosa = 644 (500+35+21,5) = 87,5 mg
FASE LUAR =
Mg. stearat 1 % = 1/100 x 700 = 7 mg
Talk 2 % = 2/100 x 700 = 14 mg
Amilum kering 5 % = 5/100 x 700 = 35 mg
Cara kerja
1. Membuat mucilago gelatin (sisihkan) Campuran 1
2. Zat Aktif + Zat Penghancur + Zat Pengisi
Campran 2
3. Campuran 1 + Campuran 2 (Adonan Lembab)
4. Ayak dengan ayakan no.16
5. Keringkan di oven pada suhu 50-60 C, sampai granul
kering (cari literatur kadar air granul).
6. Setelah kering, ayak dengan ayakan no.18, Timbang
hasil granul yang diperoleh
7. Lakukan evaluasi
Evaluasi Granul
1. Kandungan Lembab
Diukur dengan pemanasan (gravimetri) menggunakan
alat Moisture Balance
W = Bobot awal
W1 Bobot Setelah Pengeringan
2. Kecepatan alir
Granul seberat 100 g dimasukkan ke dalam flowability
tester dan diratakan. Waktu yang dimasukkan seluruh
granul yang melewati corong dicatat. Kecepatan alir
dinyatakan sebagai waktu (detik) yang dibutuhkan untuk
mengalirkan 100 gram granul
(dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika untuk 100gr granul
yang di uji mempunyai waktu alir kurang dari 10 detik.
(Achmad Fudholi, 2013))
Diameter corong yang digunakan = 128 132 mm
Dengan tinggi corong = 235 mm (terhitung dari
pangkal mulut corong)
3. Sudut diam
Diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk, diukur.
Kemudian sudut diam dihitung menggunakan
persamaan berikut:
= tan -1 (h / r)
Keterangan:
: sudut diam
h : tinggi kerucut
r : jari-jari kerucut
Tabel hubungan antar sudut diam (Achmad Fudholi,
2013:83)
Alir Sudut
Diam ( )
Sangat baik 25 30
Baik 31 35
Cukup 36 40
Cukup Buruk 41 45
Buruk 45 55
Sangat Buruk 56 65
Sangat Sangat Buruk > 66
4. Berat Jenis
Keterangan :
tapped : setelah pengetapan
bulk : sebelum pengetapan
Serbuk (Granul) dikatakan dapat mengalir bebas bila serbuk sejumlah
100ml yang dimasukan ke dalam gelas ukur, mengalami perubahan
volume sesudah pengetapan < 20% (semakin kecil komprebilitasnya
maka semakin bagus)
Evaluasi tablet
1. Keseragaman bobot tablet
Jika di timbang satu persatu tidak boleh dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata penyimpangan A atau B
Perhitungan :
Bobot Tablet Rata2 Penyimpangan (%) dari
bobot tablet rata2
A B
25mg / < 15 30
26 150 mg 10 20
151 300 mg 7.5 15
>300 mg 5 10
Perhitungan Bahan
zat aktif yang diperlukan = Jumlah Suppo x berat zat aktif (g)
Berat suppo = Jumlah Suppo x Berat Suppo (g)
Nilai tukar = berat zat aktif x nilai tukar
lemak yang dibutuhkan = berat suppo nilai tukar
Lemak + 10%
Nilai Tukar
Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, volume
supositoria harus tetap.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak
cokelat yang mempunyai volume yang sama dengan 1g obat.
1. ORGANOLEPTIK
Appearance
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat di dalam
basis suppo. Suppo dibelah secara longitudinal kemudian dibuat
secara visual pada bagian internal dan bagian eksternal dan
harus nampak seragam. Penampakan permukaan serta warna
dapat digunakan untuk mengevaluasi ketidakadaan:
celah
lubang
eksudasi
pengembangan lemak
migrasi senyawa aktif
(Pharmaceutical Dosage Form Disperse System Volume 2,
Herbert A. Lieberman, 1989,hal. 552
2. Keragaman Bobot
Timbang masing-masing suppo sebanyak 10, diambil secara
acak.
Tentukan bobot rata-rata.
(Tidak lebih dari 2 suppo yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari % deviasi, yaitu 5 %) Keragaman
bobot juga merupakan bagian dari uji keseragaman sediaan,
dilakukan bila sediaan mengandung zat aktif 50 mg atau
lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot sediaan.
(BP 2002,Appendix XII H,A.253, FI IV 1995 hal. 999)
3. Waktu Hancur / Disintegrasi
Uji ini perlu dilakukan terhadap suppo kecuali suppo yang
ditujukan untuk pelepasan termodifikasi atau kerja lokal
diperlama. Suppo yang digunakan untuk uji ini sebanyak 3 buah.
Disintegrasi tercapai ketika suppo :
Terlarut sempurna
Terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di
permukaan air (bahan lemak meleleh) atau tenggelam di dasar
(serbuk tidak larut) atau terlarut (komponen mudah larut) atau dapat
terdistribusi di satu atau lebih cara ini.
Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna
menjadi komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang
membuatnya tahan terhadap tekanan dari pengaduk kaca.
Suppo hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk suppo
basis lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk suppo basis larut air,
kecuali dinyatakan lain. (BP2002, A237, FI IV hal 1087-1088)
4. Ketegaran / Kehancuran Suppositoria
Cek apakah alat yang digunakan sudah dalam keadaan vertikal atau belum.
Tempatkan sediaan di antara kedua penjepit dengan bagian ujung menghadap ke atas.
Tunggu selama 1 menit dan tambahkan lempeng 200 g pertama. Tunggu lagi selama 1
menit dan tambahkan lempeng berikutnya. Hal tersebut diulang dengan cara yang
sama sampai sediaan hancur. Massa yang dibutuhkan menghancurkan sediaan
dihitung berdasarkan massa yang dibutuhkan untuk menghancurkan sediaan
(termasuk massa awal yang terdapat pada alat). Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Apabila sediaan hancur dalam 20 detik setelah pemberian lempeng terakhir maka
massa yang terakhir ini tidak masuk dalam perhitungan.
2. Apabila sediaan hancur dalam waktu antara 20 dan 40 detik setelah pemberian
lempeng terakhir maka massa yang dimasukkan ke dalam perhitungan hanya
setengah dari massa yang digunakan, misal 100 g.
3. Apabila sediaan belum hancur dalam waktu lebih dari 40 detik setelah pemberian
lempeng terakhir maka seluruh massa lempeng terakhir dimasukkan ke dalam
perhitungan.
4. Setiap pengukuran menggunakan 10 sediaan dan pastikan tidak terdapat residu
sediaan sebelum setiap pengukuran.