KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

( K2 )
DAN
KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA
( K3 )

1
 KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

DEFINISI / PENGERTIAN :

KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN ADALAH SEGALA UPAYA ATAU LANGKAH-

LANGKAH PENGAMANAN INSTALASI TENAGA LISTRIK DAN PENGAMANAN PEMANFAAT
TENAGA LISTRIK UNTUK MEWUJUDKAN KONDISI ANDAL BAGI INSTALASI DAN KONDISI
AMAN DARI BAHAYA BAGI MANUSIA, SERTA KONDISI AKRAB LINGKUNGAN, DALAM ARTI
TIDAK MERUSAK LINGKUNGAN HIDUP DI SEKITAR INSTALASI TENAGA LISTRIK

KESELAMATAN
KESELAMATANDAN
DANKESEHATAN
KESEHATANKERJA
KERJA(K3)
(K3)
DEFINISI
DEFINISI K3
K3 : : USAHA-USAHA
USAHA-USAHA UNTUK
UNTUK MENGAMANKAN
MENGAMANKAN KEGIATAN
KEGIATAN PLN
PLN DARI
DARI
TERJADINYA
TERJADINYA KECELAKAAN,
KECELAKAAN, MELALUI
MELALUI KEGIATAN-KEGIATAN
KEGIATAN-KEGIATAN YANG
YANG TUJUANNYA
TUJUANNYA
MEMBERIKAN
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN,
PERLINDUNGAN, PENCEGAHAN
PENCEGAHAN DAN
DAN PENYELESAIAN
PENYELESAIAN TERJADINYA
TERJADINYA
KECELAKAAN
KECELAKAAN

2
 KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
Ditinjau Dari UU.20/2002 dan PP 03/2005
UU. No. 20 Tahun 2002
Pasal 48 :
1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib
memenuhi ketentuan mengenai keselamatan
ketenagalistrikan
2. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standarisasi, pengamanan instalasi tenaga listrik
dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk
mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi
dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia serta
kondisi akrab lingkungan
3. Setiap instalasi tenaga listrik yang akan beroperasi
wajib memiliki sertifikasi laik operasi
4. Setiap pemanfaat tenaga listrik yang akan
diperjualbelikan wajib memiliki tanda keselamatan
5. Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan
wajib memiliki sertifikat kompetensi
6. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,
seritifikat laik operasi, tanda keselamaan, dan
sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
al 60, 61, 62 mengenai Sanki-sanksi
PP No. 3 Tahun 2005
Pasal
21 Setiap
1. : usaha penyediaan tenagalistrik wajib
memenuhi ketentuan mengenai Keselamatan
Ketenagalistrikan
2. Ketentuan mengenai keselamatan Ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standarisasi, pengamanan instalasi tenaga listrik
dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk
mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi
dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia serta
kondisi akrab lingkungan
9. Setiap tenaga teknik yang bekerja dalam usaha
ketenagalistrikan wajub memiliki sertifikat
kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan
Pasal 22 :
(2) Setiap instalasi ketenagalistrikan sebelum
dioperasikan wajib memiliki sertifikat laik operasi
3
 LANDASAN HUKUM / ACUAN
Sebagai dasar pembuatan penilaian Kinerja K2
1. UU No.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan

4. PP No. 03/2005 Pasal 21 Tentang Keselamatan Ketenagalistrikan

5. PP No. 10/1992 ttg Pelaksanaan Program Jamsostek/Jaminan Kecelakaan
Kerja
6. Keppres No. 22/1993 ttg Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja
7. Kepmen No. 04/1980 ttg Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR
8. Kepmen No. 186/Men/1999 ttg Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat
kerja
9. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 040.K & 041.K/DIR/200 Tentang
Kinerja
10. Pedoman Keselamatan Instalasi No 090.K/DIR/2005, Tanggal 19 Mei 2005
11. Pedoman Keselamatan Umum No. 091.K/DIR/2005, Tanggal 19 Mei
2005
12. Pedoman Keselamatan Kerja No. 092.K/DIR/2005, Tanggal 19 Mei 4
2005
 KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
(K2)
SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

5
 LINGKUP KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
1. STANDARISASI

2. KESELAMATAN (4 JALUR)
KESELAMATAN KERJA
KESELAMATAN UMUM
KESELAMATAN LINGKUNGAN
KESELAMATAN INSTALASI

3. SERTIFIKASI
KOMPETENSI TENAGA TEKNIK
SERTIFIKASI LAIK OPERASI

MULAI TAHUN 2004 K2 SUDAH MASUK KINERJA PERUSAHAAN

TERTUANG PADA SK DIREKSI NO. 024&025.K/010/DIR/2004.
Penerapan kegiatan kinerja K2, maksimum tidak melaksanakan
Kegiatan K2 terhadap Target kinerja maka akan mendapat 6
pengurangan 5.
 FAKTOR YANG DINILAI DALAM KINERJA K2

STANDARISASI : -PENERAPAN STANDAR (SNI,SPLN) SETIAP -

KEGIATAN KETENAGALISTRIKAN
KESELAMATAN KERJA : - DIKLAT & SOSIALISASI K3 UTAMA BAGI PEK. LAPANGAN /Tenaga
Teknik
- PENUNJUKAN PENGAWAS SETIAP KEGIATAN YANG
MENGANDUNG BAHAYA
- PENERAPAN SOP SETIAP KEGIATAN YG MENGANDUNG BAHAYA
- PENYELESAIAN KECELAKAAN KERJA & PENYAKIT AKIBAT KERJA

KESELAMATAN UMUM : - SOSIALISASI KESELAMATAN UMUM(AMAN DR BAHAYA LIST.RIK yg

berada di sekitar Instalasi.)
- KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM
KESELAMATAN LINGK : - DIKLAT/SOSIALISASI INSTALASI YANG AKRAB LINGKUNGAN
- PENCEMARAN/KERUSAKAN LING. SEKITAR INSTALASI
KESELAMATAN INST : - DIKLAT/SOSIALISASI KESELAMATAN INSTAL BAGI PEKERJA
- PENCEGAHAN DARI KEBAKARAN/PEMELIHARAAN APAR
- KEBAKARAN DAN KERUSAKAN INSTALASI
SERTIFIKASI : - KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
- SERTIFIKAT LAIK OPERASI BAGI INSTALASI 7
 NILAI PENGURANG SESUAI SK
060.K/DIR/2005
Nilai Pengurang
Standarisasi
Belum menerapkan standar (Maksimum)
Minus 0,8
Keselamatan Kerja
- Luka parah
Minus 0,5
- Tewas
Minus 1,6
Keselamatan Umum
- Luka parah
Minus 0,3
- Tewas
Minus 1,6 Keselamatan Lingkungan
- Terjadi kerusakan lingk ada gugatan masyarakat
8
Minus 0,3
 KISI-KISI KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

VISI SISTEM KETENAGALISTRIKAN YANG &

AMAN, ANDAL & AKRAB LINGKUNGAN

STANDAR &
SNI, SNI WAJIB, STANDAR INTERNASIONAL, STANDAR PABRIKAN, IEC/ISO

KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN

WUJUD KERJA &
UMUM LINGKUNGAN INSTALASI

PEKERJA MASYARAKAT LINGKUNGAN INSTALASI

PERLINDUNGAN (PEGAWAI & TK BUKAN PEG) &
UMUM SEKITAR INSTALASI PENYEDIAAN T.L

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA &

KECELAKAAN PENCEMARAN KERUSAKAN
MASY.UMUM INSTALASI
TEMPAT KERJA KEBAKARAN
LINGKUNGAN KERJA PENYULUHAN
PROSEDUR KERJA (SOP) BAHAYA T.L. PROSEDUR O & M
BAKU MUTU
PERSYARATAN

NILAI AMBANG BATAS (NAB)
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
TANDA
&
PERINGATAN / LINGKUNGAN. SERT.PERALATAN
BERBAHAYA
TANDA PERINGATAN/ LARANGAN SERTIFIKAT LAIK
LARANGAN SERTIFIKAT LAIK OPERASI
PEMERIKSAAN KES.KERJA OPERASI SERTIFIKAT
SERT.PERALATAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
BERBAHAYA KOMPETENSI KESIAPAN ALAT
SERTIFIKAT KOMPETENSI TANDA PEMADAM
TANDA KESELAMATAN KESELAMATAN LATIHAN
PRODUK PRODUK PEMADAMAN
9
 EMPAT PILAR
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

MELIPUTI

KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN

KERJA UMUM LINGKUNGAN INSTALASI

PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN

PERLINDUNGAN
TERHADAP : PEGAWAI, TERHADAP : TERHADAP :
TERHADAP :
BUKAN PEGAWAI MASYARAKAT UMUM INSTALASI
LINGKUNGAN
SEKITAR INSTALASI, PENYEDIAAN TENAGA
INSTALASI
PELANGGAN, TAMU LISTRIK

PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN

TERHADAP TERHADAP TERHADAP TERHADAP
KECELAKAAN DAN KECELAKAAN PENCEMARAN, KERUSAKAN
PENYAKIT AKIBAT MASYARAKAT UMUM KERUSAKAN INSTALASI,
KERJA LINGKUNGAN KEBAKARAN DLL

10
 BATAS LINGKUP KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN DI PT PLN (PERSERO)
Instalasi Pembangkitan:
PLTA, PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU,
PLTP

APP

Jaringan
Distribusi
PLTA PLTU
Pelanggan Kecil

JTR
Saluran (Rumah)
Transmisi JTM

Gardu
Induk

JTM /
Gardu

JTR
Distribusi

APP
Fuse /
APP
AP Instalasi
P Pemda
Pelanggan Besar Pelanggan Sedang
11
Gardu PB (Apartmen/Hotel)
(Pabrik/Industri)
BATAS KEWAJIBAN & TANGGUNG JAWAB

INSTALASI PLN INSTALASI PELANGGAN

NORMAL EMERGENCY
SAKLAR
PINDAH

GENSET
UPS

KWH METER

PERALATAN LISTRIK
/ KOMPUTER DLL
12
 KEBIJAKAN DIREKSI PLN
1. SK Direksi No.: 090.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman
Keselamatan Instalasi

2. SK Direksi No.: 091.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman

Keselamatan Umum

3. SK Direksi No.: 092.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman

Keselamatan Kerja

4. SK Direksi No.: 228.K/DIR/2005 tanggal 14 Oktober 2005

tentang Penataan Fungsi Lingkungan Dan Keselamatan
Ketenagalistrikan (K2) Pada Unit Unit di lingkungan PT
PLN (Persero).

5. SK Direksi No.: 040.K & 041.K /DIR/2006 Tanggal 20 Maret 2006

Perubahan No : 009.K & 010.K / DIR / 2007 Tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kinerja Pada Unit Organisasi PT PLN (Persero) PIKITRING dan
Unit Unit Bisnis) 13
 KESELAMATAN
&
KESEHATAN KERJA ( K3)
SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

14
 UNDANG UNDANG
NO 1 TH 1970
KESELAMATAN KERJA

PASAL 5 (1)

PEGAWAI PENGAWAS DAN AHLI

KESELAMATAN KERJA DITUGASKAN
MENJALANKAN PENGAWASAN LANGSUNG
TERHADAP DITAATINYA UNDANG UNDANG
INI DAN MEMBANTU PELAKSANAANYA

Dituntut
Dituntut profesional
profesional dan
dan memiliki
memiliki kompetensi
kompetensi ::
memahami
memahami peraturan
peraturan dan
dan standar
standar teknik
teknik K3
K3 yang
yang luas,
luas,
ahli
ahli mengidentifikasi
mengidentifikasi sumber
sumber bahaya
bahaya dan
dan
ahli
ahli membuat
membuat rekomendasi
rekomendasi syarat
syarat K3
K3 sesuai
sesuai standar
standar
15
 Tujuan K3
Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat
kerja
Menjamin agar setiap sumber produksi dapat
dipakai secara aman dan efisien
Menjamin proses produksi berjalan lancar

16
Keselamatan (Safety)

Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of

accident loss)

Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan

menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa
diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks)

17
 Pengendalian Potensi Bahaya
Pencegahan Kecelakaan

Identifikasi & Tindakan

analisa potensi Pengendalian
bahaya bahaya

HAZARD CONTROL

18
 HAZARD
Adalah sumber potensi bahaya
penyebab cidera / luka / kematian,
kerusakan, gangguan , atau kerugian
.
HAZARD :
Physical, Chemical, Electrical,
Mechanical, Physiological,

Biological, Ergonomic
19
HAZARD

Peralatan
Mesin, Kerusakan
Instalasi
Korban jiwa
Bahan Accident
Accident
Cacat,
Cara kerja, cidera,
Proses Sakit
Kerugian
Lingkungan Citra

Sifat
pekerjaan
CONSEQUENCE
20
PENILAIAN RESIKO

Adalah pelaksanaan metode-metode untuk

menganalisa tingkat resiko, mempertimbang-
kan resiko tersebut dalam tingkat bahaya
(danger) dan mengevaluasi apakah sumber
bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai
serta mengambil langkah-langkah yang tepat.

21
 Inspeksi K3

Tujuan :
Mengidentifikasi potensi bahaya (Hazard)
dan atau bahaya yang ada;
Mengecek pelaksanaan syarat K3 yang
telah direkomendasikan;
Memonitor kelengengkapan sarana safety
Memperbaiki pelaksanaan safety

22
 Inspeksi K3

Pelaksanaan inspeksi oleh operator

Dilakukan oleh setiap karyawan pada
area kerjanya masing-masing
Hal yang harus di inspeksi adalah
kondisi lingkungan, keadaan
peralatan mesin, metode kerja
Dilakukan seseringnya agar kondisi
bahaya tidak muncul,

23
 Pengawasan Pelaksanaan K3
Meliputi kegiatan-kegiatan, antara lain:
Safety Patrol (team 2/3 org)
Safety Supervisor (petugas ditunjuk PM)
Safety Meeting (bahasan hasil temuan supervisor)

24
Cara penggunaan TOILET DUDUK
YANG SALAH !!
INSECURE ACT IN USING OF TOILETS

25
 Kecelakaan di WC Duduk

Berjongkok pada saat menggunakan WC DUDUK

sangat DILARANG
Karena bahannya terbuat dari keramik / porselein, tidak
mampu untuk menyangga berat seluruh badan pada
satu titik.
IT IS DEFINITELY PROHIBITED TO CLIMB THE TOILETS, SINCE
THEY ARE CHINA AND THEY WERE NOT DESIGNED TO SUPPORT
CONCENTRATED WEIGHT.

26
 Berikut adalah peristiwa yang benar-benar
terjadi, dimana WC DUDUK terbelah, ketika
seorang gadis duduk jongkok saat
mempergunakannya

Next, photos of an accident occurred in last week,

where the toilet broke with one girl who were sitting
with her feet on that toilet.

27
28
29
30
 DIPAKU
DAN DIIKATKAN KABEL

31
 KECELAKAAN KERJA
SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

32
 TUJUAN
1. Memahami pokok-pokok pengertian Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja

2. Memahami jenis, penyebab dan akibat Kecelakaan

serta usaha pencegahannya.

3. Memahami jenis kerugian yang diakibatkan oleh

terjadinya kecelakaan.

4. Memahami langkah-langkah yang harus dilakukan

dengan berperilaku selamat

33
 KECELAKAAN

Kecelakaan (accident) adalah suatu

kejadian (incident) yang dapat
mengakibatkan luka, penyakit, cacat,
atau tewas pada manusia, dan atau
kerugian harta pada manusia atau
perusahaan.
Kecelakaan
Kecelakaan
34
ACCIDENT
ACCIDENT
 PENGERTIAN TENTANG
KECELAKAAN
KECELAKAAN ADALAH SUATU KEJADIAN
YANG TIDAK TERDUGA DAN TIDAK
DIHARAPKAN OLEH MANUSIA

TIDAK TERDUGA, KARENA KECELAKAAN DAPAT

TERJADI DI MANA SAJA, KAPAN SAJA SERTA
TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN
TIDAK DIHARAPKAN, KARENA PERISTIWA
KECELAKAAN ITU DISERTAI KERUGIAN, BAIK
MATERIAL MAUPUN PENDERITAAN, DARI YANG
RINGAN SAMPAI YANG PALING BERAT.
35
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES
PROSES
BAHAN ALAT

LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
36
 Adalah :
SUATU KEJADIAN TIDAK DIDUGA
(INSIDENT) YANG MENGAKIBATKAN
KACAUNYA PROSES PEKERJAAN /
PRODUKSI YANG DIRENCANAKAN
Proses Proses SEBELUMNYA

insident
insident Produksi
terganggu

Kerugian :
People (Luka, Cacat, Meninggal)
Property (Kerusakan bangunan & peralatan)
Profit ( $, Rp)
37
Yang termasuk dalam kecelakaan :
Kejadian yg hampir celaka (near miss).
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi karena hubungan kerja dan disebabkan oleh
bahaya yang berkaitan langsung dengan pekerjaannya,
Penyakit yg timbul krn hubungan kerja
Musibah / Kerugian harta seperti
kebakaran, bencana alam (banjir, longsor, gempa, dan
sebagainya).
Kerugian-kerugian lainnya.

38
 Jenis Uraian Prosedur Pelaks.
Pekerjaan Kerja kerja pekerjaan
AMA
N
Identifikasi
Syarat K3 Inspeksi
Hazard K3

Konsep
K3
Ref: UU, Pert, Standar

safe production
39
 Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan
Identifikasi Bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam
setiap pekerjaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan
dan Safety Departement.
Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku
seperti Check List, JSA, JSO,What If, Hazops, dsb.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan
dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam
melakukan setiap kegiatan.

40
Identification

Setiap lokasi tempat kerja memiliki

karakteristik berbeda.
Lakukan identifikasi potensi bahaya pada
setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Buat mapping potensi bahaya menurut area
atau bidang kegiatan masing-masing

41
Penyebab Kecelakaan :
a. Ketimpangan Pada Tenaga Kerja :
- Tidak cocok terhadap peralatan kerja dan lingkungan kerja.
- Kurang memilik pengetahuan dan ketrampilan.
- Ketidakmampuan fisik dan mental atau karena faktor bakat yang lain.
- Kurang motivasi kerja atau kurang kesadaran akan K3.
b. Ketimpangan Pada Manajemen :
- Sikap manajemen tidak peduli K3 / tidak punya komitmen K3.
- Organisasi buruk / sistem kepegawaian buruk.
- Tidak ada / tidak diterapkan persyaratan dan prosedur kerja.
- Tidak ada pengawasan terhadap kegiatan berpotensi bahaya.
c. Ketimpangan Pada Peralatan / Kondisi Kerja :
- Instalasi dan Alat Produksi : Kesalahan perencanaan, pemasangan,
penggunaan atau kondisinya telah aus / rusak.
- Suku cadang dan Bahan Produksi : Kesalahan pembelian, pengangkutan,
peletakan atau pembuangan sisa produksi.
- Tempat kerja dan Lingkungan Kerja : Sirkulasi udara kurang,
penerangan kurang, bising, bergetar, tekanan lebih, panas / dingin, 42
43
Dua Penyebab Dasar Terjadinya Kecelakaan :
1. Perbuatan Berbahaya (UNSAFE ACTS):
Bekerja tanpa wewenang
Bekerja dengan prosedur salah.
Posisi atau sikap kerja tidak selamat.
Menggunakan perlengkapan yang berbahaya
(aus, rusak, tidak tepat).
Tidak memakai peralatan keselamatan keja dan APD
Mengganggu teman kerja, menyalah-gunakan waktu kerja, dsb..

44
 PEMELIHARAAN JARINGAN
TEGANGAN MENENGAH 20.000 VOLT
45
PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI
46
PEMELIHARAAN PANEL BAGI
GARDU DISTRIBUSI
47
PEMERIKSAAN PEMAKAIAN LISTRIK
PELANGGAN

48
49
50
51
2. Kondisi Berbahaya (UNSAFE CONDITION):

Keadaan / Tempat kerja tidak memenuhi syarat atau rusak

(kasar, tajam, licin, berkarat, longgar, bengkok).
Rancangan / konstruksi dari instalasi / alat produksi yang
tidak selamat.
Penyusunan, penimbunan, penyimpanan bahan secara
berbahaya.
Sirkulasi udara kurang, penerangan kurang, bising, bergetar,
panas / dingin, lembab dan terdapat radiasi berbahaya.
Alat-alat peringatan yang tidak memadai.
Peralaan keselamatan kerja / APD tidak memenuhi syarat /
tersedia, dsb.
Peralatan/Mesin yang bergerak/berputar tanpa pelindung
Dll

52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
 PENYEBAB
PENYEBABTERJADINYA
TERJADINYAKECELAKAAN
KECELAKAANMENURUT
MENURUTMW
MWHEINRICH
HEINRICH
((TEORI
TEORIKARTU
KARTUDOMINO)
DOMINO)

PENYEBAB GEJALA KEJADIAN KERUGIAN

DASAR
PERILAKU
BERBAHAYA
TENAGA
(UNSAFE ACT)
KETIMPANGAN KERJA
KECALAKAAN
MANAJEMEN KONDISI
KERJA PERUSAHAAN
BERBAHAYA
(UNSAFE MASYARAKAT
CONDITION)

JIKA
JIKA KARTU
KARTU PENYEBAB
PENYEBAB DASAR
DASAR ATAU
ATAU GEJALA
GEJALA DICABUT,
DICABUT, MAKA
MAKA TIDAK
TIDAK
AKAN
AKANMENIMBULKAN
MENIMBULKANKECELAKAAN
KECELAKAANKERJA
KERJA
70
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
 Gunung Es Kecelakaan
Biaya Langsung

$1 Pengobatan, kompensasi

Biaya Tidak Langsung

$5-50 -Kerusakan
-Terhentinya produksi
-Claim masyarakat
-Biaya penggantian alat
-Citra

4/28/2004 prosafe institute 9

71
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
Akibat
AkibatKecelakaan
Kecelakaan

Korban/Kerugian
CONSEQUENCY

Kecelakaan
Kecelakaan
ACCIDENT
ACCIDENT

>TENAGA KERJA
>PERUSAHAAN
>MASYARAKAT 72
 KERUGIAN -- KERUGIAN
KERUGIAN KERUGIANAKIBAT
AKIBAT KECELAKAAN
KECELAKAAN

TERHADAP
TERHADAPKARYAWAN
KARYAWAN::
** LUKA
LUKARINGAN,
RINGAN,LUKA
LUKABERAT,
BERAT,CACAT
CACATATAU
ATAUBAHKAN
BAHKANTEWAS
TEWAS
** PENDERITAANDAN
PENDERITAAN DANKESEDIHAN
KESEDIHAN
** BEBANMASA
BEBAN MASADEPAN
DEPAN
** DSB
DSB
TERHADAP
TERHADAPPERUSAHAAN
PERUSAHAAN::
** KEHILANGAN
KEHILANGANJAM
JAMKERJA
KERJA
** TIMBULNYABIAYA
TIMBULNYA BIAYAPENGOBATAN
PENGOBATANDSB
DSB
** KERUSAKANINSTALASI
KERUSAKAN INSTALASI
** MERUSAKNAMA
MERUSAK NAMABAIK
BAIKPERUSAHAAN
PERUSAHAAN
** KELAMBATANPRODUKSI
KELAMBATAN PRODUKSI
** DSB
DSB
TERHADAP
TERHADAPMASYARAKAT
MASYARAKAT::
** KERUSAKAN
KERUSAKANLINGKUNGAN
LINGKUNGAN
** KERUSAKANHARTA
KERUSAKAN HARTABENDA
BENDA
** KEHILANGANJIWA
KEHILANGAN JIWA
** DSB
DSB 73
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
CONTOH KECELAKAAN KERJA KARENA TIDAK MEMATUHI PROSEDUR
KERJA DAN TIDAK MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI.

74
 KERUGIAN/PENGARUH
DARI KECELAKAAN
1. BAGI PEGAWAI
2. BAGI KELUARGA PEGAWAI
3. BAGI PERUSAHAAN
4. BAGI NEGARA

75
 BAGI PEGAWAI
1. SAKIT/MENDERITA/TRAUMA
2. KEHILANGAN ANGGOTA TUBUH/CACAT
3. TIDAK MAMPU BEKERJA SEPERTI
SEDIA KALA
4. KEHILANGAN PENDAPATAN
5. TIDAK DAPAT/SUKAR BERKEHIDUPAN
SOSIAL SECARA NORMAL
76
 BAGI KELUARGA PEGAWAI

1. KEHILANGAN
ANGGOTA KELUARGA
2. KEHILANGAN
SESEORANG YANG
MENJADI ANDALAN
PENCARI NAFKAH
3. TIMBULNYA BEBAN
MASA DEPAN YANG
LEBIH BERAT
77
 BAGI PERUSAHAAN
1. PENURUNAN PRODUK & CITRA PERUSAAHAN
2. PENGGANTIAN PERALATAN/MESIN YANG RUSAK
3. PENGGANTIAN BAHAN BAKU YANG RUSAK
4. REHABILITASI PEGAWAI
5. KEHILANGAN WAKTU KERJA
6. BIAYA PELATIHAN BERTAMBAH
7. BIAYA PERAWATAN KESEHATAN BERTAMBAH
8. TERGANGGUNYA HUBUNGAN BAIK
9. PEKERJAAN MENJADI KURANG MENARIK BAGI
REKAN SEKERJA YANG LAIN 78
 BAGI NEGARA
1. KEHILANGAN
PEGAWAI/APARAT YANG
TRAMPIL, YANG DAPAT
MEMBANTU DI BERBAGAI
BIDANG PEMBANGUNAN
2. DENGAN TERPUBLIKASINYA
KECELAKAAN TERSEBUT,
MENGURANGI MINAT
ORANG UNTUK BEKERJA DI
TEMPAT/DI BIDANG
TERSEBUT

79
 INGAT!!!
KECELAKAAN ADA
SEBABNYA DAN DAPAT
DICEGAH.
80 % PENYEBAB KECELAKAAN
ADALAH KARENA UNSAFE ACTION
(HUMAN ERROR) ! ! !

Meningkatkan Kompetensi Menawarkan Solusi 80

 PENCEGAHAN KECELAKAAN

SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

SOEROYO ASMOERI LKL PLN PUSAT

JANUARI 2007
81
 PENCEGAHAN KECELAKAAN
PENCEGAHAN KECELAKAAN

 PENERAPAN
 PENERAPAN SAFETY
SAFETY ENGINEERING
ENGINEERING PADA
PADA SAAT
SAAT
PERENCANAAN DAN
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
 PENERAPAN
 PENERAPAN SAFETY
SAFETY ENGINEERING
ENGINEERING PADA
PADA WAKTU
WAKTU
BERLANGSUNGNYAPROSES
BERLANGSUNGNYA PROSES PRODUKSI
PRODUKSI

DIARAHKAN TERHADAP
DIARAHKAN TERHADAP::
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN KERJA
KERJA
INSTALASI,
INSTALASI, MESIN,
MESIN, PERALATAN
PERALATAN KERJA
KERJADAN
DAN MATERIAL
MATERIAL
TERHADAP
TERHADAP TENAGA
TENAGAKERJA
KERJA(PERILAKU
(PERILAKU SELAMAT)
SELAMAT)
TERHADAP
TERHADAP CARA
CARAKERJA
KERJA(ADA
(ADASOP,
SOP, PENGAWAS,
PENGAWAS, DLL)
DLL)

82
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
Contoh pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja
secara teknis di lapangan

83
Pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja dan PAK
dengan menggunakan APD (alat pelindung diri)

84
 DOKTRIN
DOKTRINK3
K3

PENCEGAHAN
PENCEGAHAN KECELAKAAN
KECELAKAAN ATAU
ATAU PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN KESELAMATAN
KESELAMATAN DAN
DAN
KESEHATAN KERJA BERTITIK TOLAK DARI KONSEP PENGENDALIAN
KESEHATAN KERJA BERTITIK TOLAK DARI KONSEP PENGENDALIAN
KERUGIAN
KERUGIANMENYELURUH
MENYELURUH

CARA
CARAMENANGGULANGI
MENANGGULANGI KECELAKAAN
KECELAKAANKERJA
KERJA: :
MENIADAKAN
MENIADAKANUNSUR
UNSURPENYEBAB
PENYEBABKECELAKAAN
KECELAKAANDAN DANATAU
ATAUMENGADAKAN
MENGADAKAN
PENGAWASAN YANG KETAT
PENGAWASAN YANG KETAT

85
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
 MOTIVASI UNTUK
MOTIVASI UNTUK MENINGKATKAN
MENINGKATKAN KESADARAN
KESADARAN TERHADAP
TERHADAP
PELAKSANAN K3
PELAKSANAN K3

PENGERTIAN
PENGERTIAN // PEMAHAMAN
PEMAHAMAN TERHADAP
TERHADAP MAKNA
MAKNAK3
K3
CONTOH
CONTOH CARA
CARA KERJA
KERJA YANG
YANG MUDAH
MUDAH DAN
DAN AMAN
AMAN (( SAFE
SAFE
WORK PRACTICE
WORK PRACTICE ))
KETELADAN
KETELADAN DALAM
DALAM BEKERJA
BEKERJA
DASAR
DASAR // PERATURAN
PERATURAN KESELAMATAN
KESELAMATAN KERJA
KERJA YANG
YANG JELAS
JELAS
PEMBAGIAN
PEMBAGIAN TANGGUNG
TANGGUNG JAWAB
JAWAB YANG
YANG JELAS
JELAS
ADANYA
ADANYAKESADARAN
KESADARAN SEMUA
SEMUAPIHAK
PIHAK
PERHATIAN
PERHATIAN YANG
YANG KONTINUE
KONTINUE TERHADAP
TERHADAP PERALATAN
PERALATAN DAN
DAN
LINGKUNGAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
KEBIASAAN
KEBIASAAN PERILAKU
PERILAKU KERJA
KERJA
86
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
87
 MANFAAT KEBERHASILAN
PENCEGAHAN KECELAKAAN

1. PENGAMANAN JIWA & RAGA

2. KONTINUITAS PEKERJAAN
3. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
4. PREMI ASURANSI
5. MEMPERBAIKI HUBUNGAN KERJA
ATASAN BAWAHAN
6. MENGURANGI REKRUITMEN PEGAWAI
88
 PENCEGAHAN KECELAKAAN

BEBERAPA HAL YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH

TERJADINYA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA :

1. Menghilangkan/ Mengurangi Unsafe Actdari semua personil yang

terlibat.
2. Menghilangkan / Mengurangi Unsafe Condition di semua tempat kerja.
3. Membuat / Menetapkan Standing Operation Procedure (SOP) bagi semua
jenis pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.
4. Hanya menugaskan personil yang Kompeten terhadap suatu pekerjaan.
5. Menunjuk / Menetapkan Pengawas dalam setiap pekerjaan yang
mengandung potensi bahaya.
6. Menyediakan Peralatan Kerja, Alat-alat Pelindung Diri (APD) dan material
sesuai Standar yang berlaku.
7. Menerapkan / Mentaati Safety Procedure yang telah ditetapkan.
8. Memberi contoh cara bekerja yang baik, benar dan aman.
9. Memberikan Sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran Safety
Procedure SOP yang telah ditetapkan.
10. DLL.
89
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
 Pencegahan
Para pekerja harus terlatih
dan berkwalitas mengikuti
prosedur keselamatan kerja
Perlu adanya alat pelindung
diri yang tepat seperti baju
non konduksi
Membuat prosedur standard
kecelakaan elektrik
Pengawasan safety yang
ketat dan rutin

90
 UU NO 1/1970
1. BAHWA SETIAP TENAGA KERJA BERHAK
MENDAPAT PERLINDUNGAN ATAS
KESELAMATANNYA DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS/PEKERJAAN
2. BAHWA SETIAP ORANG LAIN DI TEMPAT
KERJA PERLU DIJAMIN
KESELAMATANNYA
3. BAHWA SETIAP SUMBER PRODUKSI
PERLU DIPAKAI DAN DIGUNAKAN
SECARA AMAN DAN EFFISIEN
91
 HUBUNGAN K 3 DENGAN
WAKTU

SATU MENIT UNTUK MENULIS PERATURAN K3

SATU JAM UNTUK MENGADAKAN PERTEMUAN K3

SATU MINGGU UNTUK MERENCANAKAN

PROGRAM K3
SATU BULAN UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM K3

SATU TAHUN UNNTUK MEMPEROLEH

PENGHARGAAN K3
SEUMUR HIDUP UNTUK MENGUSAHAKAN AGAR
SEORANG PEKERJA SELALU MELAKSANAKAN K3
92
TETAPI . . . .
SUATU KECELAKAAN
HANYA
MEMERLUKAN
SATU DETIK
UNTUK
MENGHANCURKAN
SEMUANYA

93
 MATA RANTAI KECELAKAAN
1. SIFAT PEKERJA (CEROBOH, KERAS KEPALA,
MENGANGGAP REMEH DAN SIFAT-SIFAT BURUK
LAINNYA)
2. FISIK PEKERJA (CACAT TUBUH, PELUPA, GUGUP
DAN SEBAGAINYA)
3. LINGKUNGAN (ALAT BERPUTAR TANPA PENU-
TUP, LUBANG TANPA PENUTUP, LICIN DLSB)
4. KECELAKAAN (KEHENDAK YANG MAHA KUASA)

TUGAS SUPERVISOR :
MEMUTUS MATA RANTAI TSB 94
 FUNGSI MANAJEMEN UNTUK
PENCEGAHAN KECELAKAAN
1. PERENCANAAN (MELIPUTI POLICY, KEBUTUHAN
K3 DAN PENGEMBANGANNYA)
2. ORGANISASI (MENENTUKAN ORANG YANG
BERTANGGUNG JAWAB)
3. PENGARAHAN (MEMIMPIN, MENUNTUN DAN
MEMOTIVASI)
4. PENGENDALIAN (MENGUKUR HASIL DENGAN
RENCANA, EVALUASI DAN KOREKSI)

95
 ALATPELINDUNG
ALAT PELINDUNGDIRI
DIRI(APD)
(APD)

FUNGSI APD
FUNGSI APD :: MENGURANGI
MENGURANGI AKIBAT
AKIBAT // RESIKO
RESIKO DARI
DARI SUATU
SUATU
KECELAKAAN
KECELAKAAN
APD
APDBUKAN
BUKANUNTUK
UNTUKMENCEGAH
MENCEGAHKECELAKAAN
KECELAKAAN

PEMAKAIAN
PEMAKAIAN APD
APD TIDAK
TIDAK MENJAMIN
MENJAMIN PEMAKAIANYA
PEMAKAIANYA BEBAS
BEBAS DARI
DARI
KECELAKAAN,KARENA
KECELAKAAN, KARENA::

-- KECELAKAAN
KECELAKAANADA
ADASEBABNYA,
SEBABNYA, PENCEGAHAN
PENCEGAHAN KECELAKAAN
KECELAKAANHANYA
HANYA
BISA
BISA
DILAKSANAKANJIKA
DILAKSANAKAN JIKASEBAB-SEBAB
SEBAB-SEBABKECELAKAAN
KECELAKAANDIHILANGKAN
DIHILANGKAN

-- ADANYA
ADANYAGERAKAN
GERAKAN TAK
TAK SADAR
SADAR // REFLEK
REFLEK DARI
DARI PEMAKAINYA
PEMAKAINYA

-- APD
APDMEMPUNYAI
MEMPUNYAIKEMAMPUAN
KEMAMPUANTERBATAS
TERBATAS

96
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
 JENIS -- JENIS
JENIS JENISAPD
APD

ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG WAJAH
WAJAH
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG MATA
MATA
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG PERNAFASAN
PERNAFASAN
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG TELINGA
TELINGA
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG BADAN
BADAN
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG TANGAN
TANGAN
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG KAKI
KAKI
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG JATUH
JATUH
ALAT
ALAT PELINDUNG
PELINDUNG TENGGELAM
TENGGELAM

97
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
98
 HAMBATAN DALAM
HAMBATAN DALAM PEMAKAIAN
PEMAKAIAN APD
APD

1. HAMBATAN
1. HAMBATAN DARI
DARI MANAJEMEN
MANAJEMEN
2. HAMBATAN
2. HAMBATAN TINGKAH
TINGKAH LAKU
LAKU // SIKAP
SIKAP TENAGA
TENAGA KERJA
KERJA
3. HAMBATAN
3. HAMBATAN DALAM
DALAM PENYEDIAAN
PENYEDIAAN

99
MENINGKATKAN KOMPETENSI MENAWARKAN
 PEMERIKSAAN KESIAPAN PELAKSANA CONTOH
SEBELUM BEKERJA
Lokasi : Hari/Tanggal : .
Nama Pekerjaan : Pukul :

Kondisi Kondisi Kompetens Peralatan Tanda

No. Nama Jasmani Rochani i/ Safety yg tangan
Pelaksana *) **) Kemampua digunaka (sudah
n n mengetahui /
mengerti)
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
*) contoh : sakit mata (SM), sakit perut (SP), kurang tidur (KT)
**) contoh : sedih / kematian anggota kel (S), problem rumah tangga (PR)
, .., 200

Pengawas Keselamatan Pengawas Pekerjaan Pengawas Manuver

( .. ) ( ..) ( )
100
Penanggung jawab Pekerjaan
 Utamakan keselamatan

KECELAKAAN YANG TERJADI

TIDAK DAPAT DITARIK KEMBALI

SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

TERIMA KASIH
Soeroyo Asmoeri ; 0811.865715 / soeroyo@pln co id.

101
 PENYAKIT AKIBAT KERJA
SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

SOEROYO ASMOERI LKL PLN PUSAT

JANUARI 2007
102
 PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA

Pengertian :
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja.

Perlu perhatian khusus, karena :

Dapat menimbulkan kelainan / cacat yang sukar atau tidak bisa
dipulihkan.
Sebenarnya dapat dicegah, perlu adanya kesadaran
dan kemauan.
Menyebabkan hilangnya waktu kerja.

103
Penyebab :
1. Karena Pekerjaan :
a. Faktor Faal :
- Cara kerja, sikap badan yang tidak serasi dengan
pekerjaannya, menyebabkan keluhan pada bagian badan.
- Kekurangan pada konstruksi / pemasangan instalasi dan
peralatan, menimbulkan kelelahan.
- Kerja berdiri terus-menerus, menyebabkan Varises pada
tungkai, Plavoet pada kaki.

b. Faktor Mental Psikologi :

- Pekerjaan tidak sesuai bakat dan pendidikan.
- Beban dan tanggung jawab pekerjaan diluar kemampuan.
- Keadaan kerja monoton.
- Tidak dapat bekerjasama

104
2. Karena Pekerjaan dan atau Lingkungan Kerja :
a. Faktor Fisika :
Suara gaduh, bising, menganggu konsentrasi dan komunikasi
dalam bekerja, menyebabkan ketulian.
Tekanan udara berubah-ubah secara tiba-tiba (kompresi dan
dekompresi) menyebabkan penyakit Caisson, sering timbul pada pekerjaan
menyelam.
Getaran frekuensi rendah menyebabkan sickness
(gangguan sistem syaraf).

Getaran frekuensi tinggi menyebabkan gangguan vascular,

sakit kepala, nyeri anggota badan, dan Raynauds phenomen
(penyempitan pembuluh darah).

105
Suhu tinggi, menyebabkan Heat-stroke, Heat-cramp,
Hyperpiresia (karena kehilangan cairan dan garam-garam
serta meningkatnya suhu tubuh).
Suhu terlalu rendah, mengurangi efisiensi kerja otot,
menyebabkan Frost-bite, White finger diesease, Trench foot
( terjadi gangguan peredaran darah).
Penerangan kurang / silau , merusak penglihatan mata.
Pengaturan cahaya yang baik : mengurangi kelelahan mata, meningkatkan
efisiensi penglihatan, menghindari kelainan daya akomodasi dan menghindari
kecelakaan.
Radiasi Sinar Elektro Magnetis
Pada frekuensi rendah, seperti infra merah, menimbulkan panas,
menyebabkan kekeruhan lensa mata (Katarak).
Pada frekuensi sedang, seperti ultra violet, menyebabkan peradangan selaput
lendir mata (Yunctivitis foto electrica), Pigmentasi kulit, peradangan dan
sebagainya.
Radiasi Sinar Radio Aktif dan Sinar X
Mempunyai daya tembus dan tenaga yang tinggi, menyebabkan tumor pada
kulit, Aplatis anemia (kegagalan sumsum tulang membentuksel darah merah),
sterelitas, luka bakar, kematian jaringan dan perubahan genetik.
106
 b. Faktor Kimia :
- Gas (CO2, H2S, HCN) dan Amoniak, menyebabkan keracunan.
- Uap logam, menyebabkan kulit meradang, keracunan.
- Larutan zat kimia, menyebabkan penyakit kulit, luka bakar.
- Debu, penimbunan debu di paru-paru, menyebabkan penyakit :
- Debu mengandung SiO2 bebas menyebabkan Silicosis.
- Debu kapas, menyebabkan Byssinosis.
- Debu asbes, menyebabkan Asbestosis
- Debu bijih timah, menyebabkan Stenosis
- Debu mengandung Fi2O3, menyebabkan Siderosis.

3. Karena Lingkungan Kerja

e. Faktor Biologis :
- Cacing, menyebabkan Ankylost omiosis, Sebit omiosis.
- Serangga (lebah, kutu, nyamuk), menularkan Filariasis, Malaria.
- Bakteri, menularkan penyakit hewan pada manusia.
- Jamur, menyebabkan penyakit kulit.
- Getah tumbuh-tumbuhan, menyebabkan penyakit kulit.
- Virus, menyebabkan flu, radang tenggorokan.

107
 Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993
Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja

Terdapat 31 jenis penyakit yang disebabkan

faktor-faktor fisika, kima dan biologis.
Umumnya gejala awal terdapatnya penyakit yang timbul karena
hubungan kerja adalah terjadi nya kelelahan-kelelahan, hal ini dapat
dikurangi dengan cara :
Pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan tenaga kerja.
Memperhatikan kalori dan nutrisi.
Penerapan persyaratan dan prosedur kerja yang baik.
Memperhatikan waktu kerja (pengaturan jam kerja, jam kerja malam,
jam istirahat, cuti, libur, rekreasi, dan sebagainya).
Memperhatikan lingkungan kerja.
Mengurangi monotonitas dan ketegangan-ketegangan pada waktu
kerja (pengaturan dekorasi ruangan, penyediaan musik, waktu olah
raga, dsb).

108
 JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
(FAKTOR FISIKA, FAKTOR KIMIA DAN FAKTOR BIOLOGIS)
(Keputusan Presiden RI No.22 Tahun 1993)

No PENYAKIT

1 Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan paru

(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacad atau kematian.
2 Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3 Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4 Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5 Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
6 penghirupan debu organik.
7 Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
8 Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
9 beracun.
10 Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
11 Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
12 Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
13 Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
14 Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang
15 beracun.
16 Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh flor atau persenyawaannya yang beracun. 109
Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
No PENYAKIT

17 Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
18 Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol dan keton.
Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
19 keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida
20 atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
21 Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
22 Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan lebih.
23 Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro-magnetik dan radiasi yang
mengion.
24 Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
25 atau biologi.
26 Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
27 minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28 Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30 Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31 Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. 110
Nilai Ambang Batas (NAB)
NAB adalah nilai batas maksimum dan atau minimum dari pemaparan
(exposured) kondisi lingkungan kerja terhadap tenaga kerja di tempat kerja,
merupakan pedoman pengendalian, di mana tenaga kerja masih dapat
menghadapi tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau
kenikmatan kerja dalam bekerja sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam
sehari atau 40 jam seminggunya, terdiri dari :
NAB Kandungan Udara
NAB Penerangan
NAB Kebisingan
NAB Getaran
NAB Suhu Iklim Kerja
NAB Tekanan
NAB Radiasi, dsb.

111
Pencegahan Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
a. Dengan cara pengendalian teknis :
- Substitusi, mengganti peralatan kerja / bahan yang berbahaya dengan yang
tidak membahayakan.
- Isolasi, memisahkan proses pekerjaan yang membahayakan.
- Dilusi. mengganti proses kerja yang membahayakan
- Ventilasi, memberikan sirkulasi udara yang segar dan cukup ke tempat kerja.

b. Dengan cara pengendalian administrasi :

- Menerapkan persyaratan dan prosedur kerja yang benar.
- Memberikan latihan dan informasi sebelum bekerja, agar tenaga kerja
mengetahui resiko kerja dan akan lebih berhati-hati.
- Memberikan pendidikan tentang K3.

c. Dengan cara pengendalian personil :

- Pemeriksaan kesehatan, sebelum mulai bekerja dan secara berkala untuk
mengetahui perkembangan kesehatan kerjanya.
- Memberikan ekstra voeding pada kegiatan yang mengandung potensi bahaya
- Penggunaan alat pelindung diri ( APD )
112
 RESUME
1. KECELAKAAN MERUGIKAN SEMUA PIHAK,
BAIK PRIBADI, KELUARGA, PERUSAHAAN
MAUPUN NEGARA
2. PENCEGAHAN KECELAKAAN MERUPAKAN
TANGGUNG JAWAB BERSAMA, BAIK ITU
PEKERJA, SUPERVISOR MAUPUN MANAJEMEN
3. SALAH SATU UPAYA PENCEGAHAN KECELAKA-
AN ADALAH :
MEMBERIKAN WAWASAN/PENGETAHUAN YANG CUKUP
KEPADA SELURUH PEGAWAI TENTANG K3.
MEMBUAT LINGKUNGAN, PERALATAN DAN SIKAP KERJA YANG
KONDUSIF BAGI PELAKSAANAN K3.
KOMITMEN SELURUH JAJARAN UNTUK MENERAPKAN
KETENTUAN- KETENTUAN K3. 113
 Utamakan keselamatan

KECELAKAAN YANG TERJADI

TIDAK DAPAT DITARIK KEMBALI

SAFETY BERFIKIR SAFETY BEKERJA SAFETY PULANG KERJA

TERIMA KASIH
Soeroyo Asmoeri ; 0811.865715 / soeroyo@pln co id.

114
 BEBERAPA CONTOH

PERBUATAN BERBAHAYA
DAN
KONDISI BERBAHAYA

115
116
117
 118
PERISTIWA KEBAKARAN TRAFO TENAGA TEGANGAN TINGGI
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131