Anda di halaman 1dari 37

TULI KONGENITAL

PENDAHULUAN
Masalah pada anak : dampaknya

Perkembangan wicara
Sosial
Kognitif
Akademik

DETEKSI DAN INTERVENSI DINI


PENDAHULUAN
Di Negara maju : 0,1 - 0,3 % kelahiran hidup.

Di Indonesia : survei Dep. Kes di 7 Provinsi


tahun 1994 - 1996 yaitu sebesar 0,1%

214.100.000 juta ( Profil Kesehatan 2005)

214.100 orang bila jumlah penduduk sebesar


Angka kelahiran :
Di Indonesia : 0,22%

WHO :
Asia Tenggara : tiap tahun 38.000 anak tuli

Penyediaan sarana pendidikan


Lapangan pekerjaan
PERTEMUAN WHO di Colombo (2000)

PREVALENSI TULI KONGENITAL


DITURUNKAN

KERJA SAMA DISIPLIN ILMU LAIN


MASYARAKAT
APA ITU TULI KONGENITAL ?

KETULIAN YANG TERJADI PADA


SEORANG BAYI , DISEBABKAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEHAMILAN MAUPUN SAAT LAHIR
Tuli kongenital biasanya berupa tuli sensorineural ,
dibagi menjadi :

Tuli sebagian ( hearing impaired) :


keadaan fungsi pendengaran berkurang namun
masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi
dengan atau tanpa bantuan alat dengar.
Tuli total (deaf) :
adalah keadaan fungsi pendengaran yang
sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat
berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan
bunyi ( amplifikasi ).
TULI KONGENITAL

TULI GENETIK TULI HEREDITER


PENYEBABNYA

MASA KEHAMILAN SAAT LAHIR


PRENATAL PERINATAL

Infeksi TORSCH lahir prematur


Obat ototoksik BBLR ( < 1500 gr )
tindakan dengan alat
hiperbilirubinemia
asfiksia
Academy American Joint committee
on infant Hearing Statement (2000)
Pada usia 0-28 hari :
Riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir
Infeksi prenatal; TORSCH
Kelainan anatomi pada kepala dan leher
Sindrom berhubungan dengan tuli kongenital
BBLR < 1500 gram
Meningitis bakterialis
Hiperbilirubinemia (bayi kuning) transfusi
tukar

Asfiksia berat
Pemberian obat ototoksik
Menggunakan alat bantu pernapasan / ventilasi
> 5 hr
Ketulian : tuli saraf ( sensorineural )
Derajat berat sampai sangat berat
Kedua telinga (bilateral).
Gejala awal sulit diketahui:: tidak terlihat.
Orang tua terlambat menyadari

Informasi dari orang tua sangat bermanfaat :


suara dilingkungan rumah
kemampuan vokalisasi
cara pengucapan kata
PERKEMBANGAN AUDITORIK
Usia 0-4 bulan : kemampuan auditorik terbatas,
bersifat refleks (Moro, Startle ,Aurapalpebra)

Usia 4-7 bulan : memutar kepala kearah bunyi,


dibidang horizontal, belum konsisten.
Usia 7 bulan otot leher cukup kuat, kepala
dapat diputar dengan cepat kearah sumber
suara

Usia 7-9 bulan : mengidentifikasi asal sumber


bunyi kearah samping dan ke bawah.

usia 9-13 bulan bayi sudah mempunyai


keinginan yang besar untuk mencari sumber
bunyi dari sebelah bawah dan pada usia 16
bulan tidak secara langsung ke arah atas.
usia 9-13 bulan bayi sudah mempunyai keinginan
yang besar untuk mencari sumber bunyi dari sebelah
bawah dan pada usia 16 bulan tidak secara langsung
ke arah atas.

usia 16-21 bulan secara langsung sudah dapat


mengetahui sumber bunyi dari samping, bawah dan
atas

usia 21-24 bulan. mampu melokalisir bunyi dari


segala arah dengan cepat

Pada usia 2 tahun pemeriksa harus lebih teliti.


PERKEMBANGAN BICARA
CURIGA gangguan pendengaran bila :

Usia 12 bulan belum dapat mengoceh


(babbling)atau meniru bunyi
Usia 18 bulan tidak dapat menyebut 1 kata yang
mempunyai arti
Usia 24 bulan perbendaharaan kata < 10 kata
Usia 30 bulan belum dapat merangkai 2 kata
CARA MUDAH PERIKSA
PENDENGARAN
Bunyi pss pss : frekwensi tinggi
Bunyi uh uh : frekwensi rendah
Suara menggesek dengan sendok pada tepi
cangkir ( frekwensi 4000 Hz)
Suara mengetuk dasar cangkir dengan
sendok ( frekwensi 900 Hz )
Suara remasan kertas (frekwensi 6000 Hz)
Suara bel (frekwensi puncak 2000 Hz)
PEMERIKSAAN BAKU EMAS
( GOLD STANDARD )
OAE ( Otoacoustic emission)
AABR (Automated Audiometry Brainstem

Response)
Masalah : tidak dimiliki semua RS

Prinsip pemeriksaan cepat , mudah , tidak


invasif dengan sensitifitas mendekati 100%.
PEMERIKSAAN OAE
AABR
BOA ( Behavioral Observation Audimetry)

Melihat perilaku anak terhadap stimulus suara


Faktor yang mempengaruhi antara lain:
- usia
- kondisi mental
- kemauan melakukan tes
- rasa takut
- kondisi neurologik yang berhubungan
dengan perkembangan motorik dan persepsi.
SETELAH DIAGNOSTIK ?
3 bulan pemeriksaaan sudah selesai

Intervensi pada usia 6 bulan.

Alat Bantu Dengar


Usia 1,5 2 tahun : Sarana pendidikan
Implantasi koklea : di Indonesia 2002
ANALISIS SITUASI
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi tuli kongenital di Indonesia: 0,1 % .

Bertambah 4710 orang /thn : angka kelahiran 2,2 %


(penduduk yang berjumlah 214.100.000 orang)
Faktor resiko : pada masa kehamilan, dan kelahiran
masih tinggi .
Tuli kongenital : dampak cukup luas.
Sejak awal : sosialisasi / penyuluhan kepada
masyarakat dan petugas kesehatan di lapangan
deteksi dini.
SKRINING PENDENGARAN
Tujuan :
menemukan kasus dini

Cara : Universal screening


Target / Risk screening

50 % tak ada faktor resiko


DIAGNOSIS DINI dan HABILITASI

Sarana untuk melakukan pemeriksaan

SDM yang melakukan pemeriksaan

Habilitasi serta sarananya


URAIAN MATERI

DEMOGRAFI

Gambaran populasi

kelompok umur
kelompok pekerjaan
status sosial
status pendidikan.
PERTANYAAN yang diajukan :
Seberapa besar jumlah penderita tuli sejak
lahir disuatu daerah ?
Bagaimana proporsi penduduk didaerah
tersebut ?
Bagaimana dengan tingkat pengetahuan
penduduk didaerah tersebut ?
Untuk menurunkan prevalensi tuli sejak lahir,
perlu diketahui sarana yang ada dan SDM
yang tersedia .
INFRASTRUKTUR
Jumlah Rumah Sakit yang mempunyai sarana
diagnostik ?

Jumlah Dokter spesialis THT

Jumlah Puskesmas yang ada diwilayah tersebut


Jumlah dokter umum, ahli madya audiologi
yang membantu melakukan pemeriksaan

Jumlah bidan, kader,dukun diwilayah tersebut

Jumlah sekolah SLB-B serta jumlah guru yang


tersedia
TARGET
Umum :
menurunkan 50% angka kejadian tuli kongenital
pada tahun 2010

Khusus:
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
tujuan pencegahan
Menemukan kasus sedini mungkin
Habilitasi gangguan pendengaran
(optimalisasi fungsi)
Alternatif penanggulangan
Program akan berhasil apabila tersosialisasi
dengan baik,
Tiap orang yang terkait dapat menjalankan
perannya masing- masing
SETELAH TAHU

MASALAH YANG TUJUAN


DIHADAPI
Penyuluhan kepada kader, tokoh masyarakat serta
masyarakat kongenital mengenai penyebab, cara
pencegahan dan dampaknya.

Advokasi pada pemerintah setempat (PEMDA) untuk


memfasilitasi serta menyediakan anggaran untuk
memperbaiki maupun melengkapi infrastruktur.

Melakukan pendekatan kepada pengusaha serta


organisasi swadaya masyarakat untuk saling bekerja
sama dalam menanggulangi masalah yang dihadapi
penderita kurang mampu.
Melakukan analisis situasi, menetapkan tujuan
serta evaluasi berkala.

Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas


kesehatan dan kader

Melakukan upaya deteksi dan intervensi dini.


TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai