Submodul5 Revisi
Submodul5 Revisi
Kelompok PBL 4
Sub Modul 5
Nadiya Nur A. Y
Robbin, Patologi, hlm 36
5. Bagaimana pola-pola peradangan akut?
Pola peradangan timbul berdasarkan jenis eksudat yang terbentuk,
organ atau jaringan tertentu, dan lamanya proses peradangan.
Eksudat terbagi menjadi :
1. Eksudat nonseluler :
Eksudat serosa, merupakan eksudat yang paling sederhana. Terdiri
atas protein yang bocor dari pembuluh darah yang permeabel
didaerah peradangan. Contohnya cairan pada luka lepuh.
Eksudat fibrinosa, yang terbentuk saat protein yang keluar dari
pembuluh darah didaerah peradangan mengandung fibrinogen,
dan akan dirubah menjadi fibrin.
Eksudat musinosa, dapat terbentuk di permukaan membran
mukosa.
Larasati (2013730060)
Sylvia, Patofisiologi, hlm. 67-69
2. Eksudat seluler
Eksudat neutrofilik, yang paling sering dijumpai
terdiri atas PMN, dalam jumlah yang begitu
banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian
cairan dan proteinosa.
Eksudat campuran, dinamakan seperti ini karena
eksudat seluler dan nonseluler tercampur.
Campurannya meliputi eksudat fibrinopurulen,
eksudat mukopurulen, dan eksudat serofibrinosa
Larasati (2013730060)
Sylvia, Patofisiologi, hlm. 67-69
6. Sebutkan tanda-tanda inflamasi serosa?
1. Rubor ( Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi
peradangan, arteriol yang memasok darah tersebut
berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
2. Kalor (Panas)
Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi
peradangan akut.
M.Iqbal (2013730063)
Patofisiologi sylvia hal 57-58
3. Dolor (nyeri)
Suatu reaksi peradangan tampaknya di timbulkan dalam
berbagai cara. Perubahan pH lokal/ konsentrasi lokal ion-
ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Selain
itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan
peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan nyeri.
4. Tumor (pembengkakan)
Aspek paling mencolok pada peradangan akut yang di
hasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran
darah ke jaringan interstisial.
5. Fungsio laesa
Perubahan fungsi yang merupakan bagian lazim pada
reaksi peradangan
M.Iqbal (2013730063)
Patofisiologi sylvia hal 57-58
8. Bagaimana cara kerja obat tonsilitis?
Terapi untuk tonsilitis akut adalah penisilin,eritromisin.
Fahmi Rilo P.
Farmakologi klinik hal 1166, mikrobiologi hal 188 & THT FKUI hal 221
9. Apa pengertian dari inflamasi fibrinosa?
Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat, yang
dengan permeabilitas vaskularnya yang lebih besar
memungkinkan molekul yang lebih besar (khususnya
fibrinogen) dapat melewati barier endotel.
Secara histologis, fibrin ekstravaskular tampak
sebagai suatu anyaman filamen eosinofilik. Eksudat
fibrinosa didegradasi melalui fibrinolisis dan debris
yang terakumulasi dapat disingkirkan oleh makrofag
sehingga menyebabkan perbaikan pada struktur
jaringan normal.
Bella Putri Fajarini
Patologi, Robbins, hal 62
10. Bagaimana mekanisme radang?
* Perubahan diameter dan arus vaskuler
Pada awalnya terjadi vasokonstriksi arteriol yang
sementara
Kemudian terjadi vasodilatasi sehingga arus bertambah,
hal ini yang menyebabkan panas dan warna kemerahan.
Perlambatan sirkulasi karena peningkatan permeabilitas
vaskuler, hal inilah yang menyebabkan edema.
Dengan adanya perlambatan, terjadi marginasi leukosit,
yang merupakan awal dari peristiwa seluler
Indah Novika
Patologi Robbins hal 63
Ulkus peptik pada lambung atau duodenum
memperlihatkan temuan khas. Biasanya
terdapat infiltrat neutrofilik padat dini disertai
dilatasi vaskular. Pada lesi kronik yang terdapat
kerusakan berulang, area yang mengelilingi
ulkus mengalami proliferasi fibroblastik,
pembentukan jaringan parut, dan akumulasi
sel radang kronik
Indah Novika
Patologi Robbins hal 63