Anda di halaman 1dari 38

TRAUMA CAPITIS

Naomi Besitimur
112015288

Dosen Pembimbing
dr. Jaka Marjono, Sp.B

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Bedah


RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 8 Mei 2016 15 Juli 2017
ANATOMI KULIT KEPALA
ANATOMI TULANG TENGKORAK
Meninges
Definisi Trauma Capitis

Trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak


langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.

Suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat kongenital ataupun


degeneratif, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik. (Brain Injury Association of America)
PATOFISIOLOGI

Translasi.
Akselerasi bila kepala yang bergerak ke satu arah tiba-tiba mendapat
gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat
akselerasi pada arah tersebut
Deselerasi bila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah tiba-tiba
dihentikan oleh suatu benda, misalnya kepala menabrak tembok, maka
kepala tiba-tiba akan terhenti gerakannya. Kepala mengalami deselerasi
secara mendadak.

Rotasi bila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak, misalnya pada


bagian depan (frontal) atau pada bagian belakang (oksipital), maka otak
akan terputar pada sumbunya.
PATOFISIOLOGI

Penetrasi terhadap tengkorak dan isinya

Benturan kepala cedera pembungkus tulang tengkorak (bisa pada kulit


kepala atau dibawah galea aponeurotica), bisa pada tulang tengkorak itu
sendiri, bisa juga pada meninges (kavum epidural, kavum subdural, kavum
subarachnoidea) atau intra cerebri.

Trauma kepala bisa pula menyebabkan putusnya pembuluh darah sehingga


terbentuk bekuan darah (hematoma).
Klasifikasi Cedera Kepala
Penilaian GCS
GEJALA KLINIS

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan/sedang:


Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh.
Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
Mual atau dan muntah.
Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
Perubahan keperibadian diri.
Letargik.
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;

Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

Apabila TIK meningkat, terdapat pergerakan atau posisi abnormal


ekstremitas.
Fraktur Kranium

Terjadi pada atap atau dasar Tanda-tanda


tengkorak Racoon eyes

Berbentuk garis linier atau Ekimosis retroaurikle (bettle sign)

bintang/stelata Rhinnorhea, otorrhea

Terbuka/tertutup Paresis nervus fasialis

Gangguan pendengaran
Simple Head Injury

Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:


- Ada riwayat trauma kapitis
- Tidak pingsan
- Gejala sakit kepala dan pusing
Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi
obat simptomatik dan
Cukup istirahat
Lesi Intrakranial

Lesi Fokal Lesi Diffuse


Perdarahan Epidural Commotio cerebri
Perdarahan Subdural Contusio cerebri
Perdarahan Intracerebral
Commotio Cerebri

Keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma
kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak.

Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan


tampak pucat

Mungkin terdapat amnesia retrograde

Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi


kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap
Contusio Cerebri

Terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya


robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami
kerusakan atau terputus.

Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan


intermediatemenimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa
refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN.

Setelah kesadaran pulih kembali, penderita biasanya menunjukkan


organic brain syndrome
Perdarahan Epidural

Letak : antara tulang tengkorak dan duramater


o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala sebentar
kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian timbul gejala-gejala yang
memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi melambat,
tekanan darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan
akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi
herniasi tentorial.
o Akut (minimal 24 jam sampai dengan 3x24 jam)
o Interval lucid
o Peningkatan TIK
o Gejala lateralisasi hemiparese
Perdarahan Epidural

Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati
hematoma subkutan
Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada
sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus
piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik
positif.
CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
LCS : jernih
Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan
pengikatan pembuluh darah
Perdarahan Subdural

o Letak: di bawah duramater

o Etiologi: pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi piamater serta

arachnoid dari kortex cerebri


o Gejala subakut: mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
o Kronis: 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

o CT-Scan: setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian, Ada bagian hiperdens yang berbentuk cresent.

Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak, isodens terlihat dari

midline yang bergeser

o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak (dekompresi) dengan

melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom akut terdiri dari trepanasi-dekompresi
Perdarahan Intracerebral

Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal,


terbanyak pada lobus temporalis.
Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom
hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja.
Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian,
perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan
kavitasi menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi
bagian otak yang terkena.
DIAGNOSA

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Periksa Jalan Napas CT-Scan : segera setelah


hemodinamik normal
Pemeriksaan Neurologis
Dapat dilakukan bila terjadi
Pemeriksaan Kesadaran perubahan status klinis penderita
Penderita (GCS) dan secara rutin setelah 12-24 jam
setelah trauma bila dijumpai
gambaran kontusio atau hematom
pada CT Scan awal
Penatalaksanaan Cedera Kepala Ringan

Observasi/Dirawat di RS Dipulangkan dari RS


CT Scan tidak ada Tidak memenuhi kriteria
CT Scan Abnormal rawat
Semua luka tembus
Riwayat hilang kesadaran
Sakit kepala sedang-berat
Kebocoran Liquor
GCS <15
Deficit neurologis fokal
Penatalaksanaan cedera otak sedang/berat

Primary Survey dan Resusitasi Secondary Survey

Airway and Breathing Pemeriksaan Neurologis


intubasi endotrakeal Tanda Awal (herniasi lobus
dini temporal) dilatasi pupil
Sirkulasi pengganti
cairan
Terapi Medika-Mentosa

Mencegah terjadinya kerusakan sekunder


(diberikan suasana yang optimal untuk pemulihan)

Cairan Intravena untuk Hiperventilasi


resusitasi (larutan garam PCO2 dipertahankan
fisiologis, RL) =>35mmHg

Manitol Lasix atau Antikonvulsan


menurunkan TIK furosemid bisa Epilepsi pasca
(1g/kgBB) dikombinasikan trauma
Penatalaksanaan Operatif

Luka kulit kepala


debridement

Fraktur Impresi
Lesi Massa
Tengkorak
Intrakranial
(menutup kulit
Kraniotomi atau
kepala yang
Burrhole
laserasi
Teknik Operasi

Kraniotomi Burrhole
Tindakan membuka tulang kepala Ditujukan langsung pada tempat
yang bertujuan mencapai otak lesi/tempat bekuan darah
untuk tindakan pembedahan
definitf
Indikasi Operasi

EDH SDH
> 40cc dengan midline shifting pada SDH luas (>40cc/>5mm)dengan GCS
daerah temporal/frontal/parietal dengan >6, fungsi batang otak masih baik
fungsi batang otak masih baik. SDH tipis dengan penurunan kesadran
>30cc pada daerah fossa posterior bukan indikasi operasi
dengan tanda-tanda penekanan batang SDH dengan edema serebri/kontusio
otak atau hidrosefalus dengan fungsi serebri disertai midline shift dengan
batang otak masih baik fungsi batang otak masih baik
EDH progresif
EDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi
Indikasi Operasi

ICH Lain-Lain
Penurunan kesadaran progresif Fraktur impresi melebihi 1 diploe
Hipertensi dan bradikardi dan tanda- Fraktur kranii dengan laserasi serebri
tanda gangguan nafas (cushing refleks) Fraktur kranii terbuka (pencegahan
Perburukan defisit neurologi fokal infeksi intra-kranial)
Edema serebri berat yang disertai tanda
peningkatan TIK, dipertimbangkan
operasi dekompensasi
Komplikasi

Gangguan neurologis
Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan
N. VIII, disartria, disfagia, kadang ada hemiparese
Sindrom pasca trauma
Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, konsentrasi berkurang, libido
menurun, mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah
lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi kekanak-kanakan,
penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi

Anda mungkin juga menyukai