Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM INDONESIA

SEHAT
PENANGGULANGAN DBD

KELOMPOK 4

HASNIAR 70100114025
ANISA AMIR 70100114026
JUMASNI 70100114029
ADHE ERIKSTIADE BAHAR 70100114039
RUDY ADYAKSYAH 70100114062
HENNA AYU NIBRAS 70100114067
AYU SELFIANA 70100114069
REKSIYATRI FARADISA FARUKI 70100114072
WA SINTA - 70100114081
Serangan penyakit DBD pertama kali tercatat terjadi di Australia tahun
1897. Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah DBD yang pertama kali
terkonfirmasikan terjadi di Filipina tahun 1953. Selama dua puluh tahun
silam terjadi peningkatan kasus dan wilayah penyebaran yang luar
biasa dan saat ini KLB DBD muncul setiap tahunnya di beberapa
negara di Asia Tenggara.
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk
Aedes. Aedes Aegypti merupakan vektor epidemi paling utama
namun spesies lain seperti Ae. Albopictus, Ae. Polynesiensis anggota
dari Ae. Scutellaris complex dan Ae. Niveus juga dianggap sebagai
vektor sekunder. Meski mereka merupakan host yang sangat baik
untuk virus dengue biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang
kurang efisien dibanding Ae. Aegypti. Virus dengue menginfeksi
manusia dan beberapa spesies dari primata rendah. Tubuh manusia
merupakan urban reservoir yang utama

SEJARAH DBD
Pada umumnya kasus DBD ditandai dengan adanya demam tinggi,
fenomena perdarahan, hepatomegali dan seringkali disertai dengan
kegagalan sirkulasi. Trombositopenia ringan atau sedang yang disertai
hemokonsentrasi merupakan petunjuk adanya perubahan patofisiologis
utama menentukan derajat penyakit DBD dan membedakannya dari
Demam Dengue yaitu adanya homeostasis yang abnormal dan
kebocoran plasma yang diperlihatkan sebagai trombositopenia dan
meningkatnya hematokrit.
DBD biasanya diawali dengan meningkatnya suhu badan secara
mendadak, disertai dengan memerahnya kulit muka dan gejala klinik
tidak khas seperti tidak ada nafsu makan, muntah, nyeri kepala dan
nyeri otot atau persendian. Suhu badan tinggi biasanya berlangsung
selama 2 7 hari kemudian jadi normal atau sub normal. Kadang suhu
mencapai 40 o C dan dapat disertai kejang demam.

PERJALANAN PENYAKIT
Program pemberantasan DBD adalah suatu upaya terpadu yang
melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun seluruh
masyarakat di dalam mencegah dan menanggulangi adanya
kasus DBD.
Tujuan Program :
Tujuan jangka panjang : Membatasi penularan dan penyebaran
penyakit DBD agar tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia
Tujuan jangka pendek : Mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian akibat DBD, mencegah dan menanggulangi adanya KLB DBD

PEMBERANTASAN DBD
Strategi Penanggulangan DBD :
PSN secara lintas sektoral mengikutsertakan peran serta aktif
masyarakat secara rutin dan berkesinambungan
Fogging massal
Fogging focus
Abatisasi selektif
Pemberantasan terpadu
Promosi kesehatan

STRATEGI PENANGGULANGAN
Penemuan dan Pelaporan kasus DBD
Pemantauan jumlah kasus DBD per minggu per desa melalui
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) P2DBD
Angka Bebas Jentik pada 100 rumah sampel > 95 %
Abatisasi selektif di desa endemis dan sporadis dilaksanakan 4 kali /
tahun
PSN dengan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) 4 kali / tahun
Cakupan fogging focus
Penyelidikan Epidemiologi
Penerapan sistem stratifikasi desa

MONITORING DAN EVALUASI


Desa rawan I (Endemis) : yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir
setiap tahun ditemukan kasus DBD
Desa rawan II (Sporadis) : yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir
ditemukan kasus tetapi tidak setiap tahun berturut - turut
Desa rawan III (Potensial) : yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir
tidak pernah ditemukan kasus DBD tapi memiliki potensial besar
dengan melihat prosentase rumah yang memiliki jentik > = 5 %,
perumahan padat penduduk dan mempunyai hubungan
transportasi yang ramai dengan wilayah lain sehingga mempunyai
resiko terjadi kasus / Kejadian Luar Biasa (KLB)
Desa bebas : yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir tidak pernah
ditemukan kasus memiliki potensi kecil untuk terjadinya penularan
dengan melihat prosentase rumah yang memiliki jentik < 5 %

KETENTUAN PENERAPAN SISTEM


STRATIFIKASI DESA
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah memberantas nyamuk
dengan memberantas jentik - jentiknya
PSN dimaksudkan untuk memotong daur hidup nyamuk dengan
menghilangkan telur dan jentik nyamuk sebelum siap beregenerasi
(telur nyamuk siap menetas dalam waktu 1 minggu).
Sasaran PSN adalah di daerah dengan potensi penularan tinggi
(endemis, sporadis dan daerah dengan angka bebas jentik < 95 %)
tempat - tempat yang diduga menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti
PSN dilakukan oleh semua pihak di masyarakat. PSN 3M ini akan efektif
bila dilakukan secara serempak, rutin dan berkesinambungan dengan
melihat potensi yang ada di masyarakat.

PROGRAM PENANGGULANGAN DBD


Abatisasi selektif
Abatisasi adalah penaburan bubuk insektisida pembasmi jentik berupa bahan kimia
larvasida / temephos sebagai salah satu satu cara untuk menghentikan daur
perkembangbiakan nyamuk dalam penampungan air.
Abatisasi dimaksudkan untuk memutus daur hidup nyamuk / membunuh jentik nyamuk
dengan memanfaatkan efek residu pada larvasida.
Abatisasi dilakukan di daerah rawan I dan II khususnya diberikan di wilayah yang sulit air
bersih dan tidak memungkinkan untuk dikuras secara berkala. Sedangkan untuk daerah
cukup air bersih disarankan untuk melakukan PSN 3M secara rutin dan berkesinambungan.
Efek residu larvasida selama 3 bulan sehingga dilakukan abatisasi sebanyak 4 kali setahun.
Permintaan masyarakat atas abate dilakukan melalui Puskesmas dan hanya dapat
dilayani oleh puskesmas setempat sesuai seleksi prioritas di puskesmas.
Abatisasi selektif dilakukan berdasarkan hasil pemantauan jentik berkala oleh kader
jumantik atau untuk daerah yang termasuk dalam kategori endemis. Dengan demikian
diharapkan bahwa setiap kegiatan abatisasi selalu didahului dengan kegiatan
pemeriksaan jentik rutin.

PROGRAM PENANGGULANGAN DBD


Fogging / Pengasapan
Fogging adalah penyemprotan menggunakan insektisida yang
dilakukan di sebagian atau seluruh wilayah desa rawan I untuk
membunuh nyamuk dewasa. dilaksanakan dalam mendukung
penanggulangan penyakit DBD dengan memutus rantai penularan
secara cepat pada daerah - daerah yang terjangkit penyakit DBD.
Dimaksudkan untuk mencegah penularan lebih lanjut dengan
membunuh nyamuk dewasa pembawa virus dengue atau populasi
nyamuk penular ditekan serendah - rendahnya.
Fogging dilakukan di desa rawan I, dengan sasaran di rumah penderita
dan sekitarnya dalam radius 200 meter. 2 siklus dengan interval kira - kira
1 minggu.
Fogging dilakukan sebelum musim penularan dan dilaksanakan oleh
pihak pemerintah dengan puskesmas sebagai pelaksana teknisnya

PROGRAM PENANGGULANGAN DBD


Fogging swadaya
Daerah - daerah yang telah memenuhi syarat untuk dilakukan fogging tetapi tidak
terjangkau oleh pelaksanaan fogging karena keterbatasan pemerintah, pilihan swadaya
masyarakat bisa dilakukan. Prosedur teknis, alat dan bahan untuk fogging swadaya sama
dengan pedoman fogging secara umum.
Tata cara fogging swadaya sbb :
Kelompok masyarakat yang menghendaki fogging secara swadaya, mengorganisir kegiatan
penggalangan komitmen dan dana secara mandiri.
Mengajukan permintaan fogging kepada pokjanal kecamatan / puskesmas setempat dengan
surat dari kepala desa / dusun / RT setempat. Atas dasar surat ini selanjutnya puskesmas
melakukan PE di lokasi untuk memperoleh data lengkap. Atas dasar surat dan masukan dari
puskesmas maka Pokjanal kecamatan memberikan rekomendasi untuk mengajukan fogging ke
dinas kesehatan. Persetujuan fogging diberikan dinas kesehatan dengan pertimbangan yang
sama seperti prinsip fogging secara umum.
Fogging dilakukan oleh puskesmas maksimal 4 x 24 jam setelah rekomendasi pokjanal kecamatan
diberikan. Bila puskesmas berhalangan maka fogging dilaksanakan oleh dinas kesehatan dalam
jangka waktu yang sama.
Koordinasi di lapangan dilakukan oleh petugas puskesmas termasuk dalam dana swadaya

PROGRAM PENANGGULANGAN DBD


Pelaksanaan fogging oleh swasta
Dalam rangka meningkatkan keterlibatan peran swasta dalam menangulangi penyakit
DBD, peran perusahaan swasta dapat melakukan pemberantasan vektor dengan syarat :
Memiliki ijin operasional untuk melaksanakan fogging yang dikeluarkan dari pihak yang
berwenang
Sanggup mengikuti syarat yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu Dinas
Kesehatan Kab. Gunungkidul
Setiap pelaksanaan fogging tidak memaksa masyarakat dan berdasar rekomendasi
Pokjanal Kecamatan dan Dinkes Kab. Gunungkidul
Setiap perencanaan fogging disyaratkan untuk melaksanakan PE dan mengajukan
permohonan kepada Dinkes, penyuluhan dan pemeriksaan jentik
Setiap selesai melaksanakan fogging memberi laporan kepada Dinkes dengan bentuk
dan format sebagaimana pada fogging di puskesmas
Setiap usaha swasta dalam fogging memiliki tanggung jawab atas segala dampak
negatif yang mungkin muncul sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Ijin atas usaha swasta dalam pelaksanaan fogging dimungkinkan untuk dicabut oleh
Pemerintah Daerah atas dasar pertimbangan teknis oleh Dinkes karena sesuatu hal
yang merugikan masyarakat atau menyalahi prosedur yang berlaku

PROGRAM PENANGGULANGAN DBD


Masyarakat dan pasien DBD perlu diberdayakan melalui pemberian informasi
yang memadai tentang DBD, pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian ,
serta hak dan kewajiban pasien DBD.
Pendampingan dan pemberdayaan sosial ekonomi pasien merupakan bagian
dari upaya pemenuhan kebutuhan tersebut. Upaya KIE dapat menunjang
kebutuhan tersebut sekaligus memberdayakan masyarakat secara umum.
Pemberdayaan masyarakat lebih lanjut dapat difasilitasi melalui penguatan desa
siaga untuk pengendalian DBD. Seluruh upaya tersebut memerlukan monitoring
dan evaluasi serta payung hukum untuk menjaga kesinambungannya.

PERAN MASYARAKAT DAN PASIEN


Strategi
1. Kuratif adalah pemberian obat kepada pasien atas dasar resep dengan pemberian konseling yang cukup sesuai
kondisi pasien.

2. Preventif adalah mencegah timbulnya penyakit atau penyebaran penyakit. Prekuentif dapat dilakukan antara lain
dengan konseling secara menyeluruh kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit dan bahayanya,
meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat sekitar apotek dengan PIO (Pelayanan Informasi Obat).
Target

Yang menjadi target adalah anggota masyarakat sekitar apotek, diharapkan masyarakat memahami manajemen penyakit,
bahaya penyakit bagi dirinya sendiri dan orang lain, bahaya pemakaian obat dan lain sebagainya. Yang selanjutnya akan
diikuti tidak berkembangnya penyakit baik ulangan atau baru dan bila ada kasus baru masyarakat akan cepat tanggap dalam
mengambil tindakan.
Evaluasi

Evaluasi sederhana dan murah adalah dengan memantau kunjungan ke apotek yang menjadi salah satu indikator kepatuhan
pasien meminum obat.

PERAN FARMASIS DALAM


PENANGGULANGAN DBD
PENGOBATAN DBD
PENGOBATAN DBD
PENGOBATAN DBD
THANK YOU...
HAPPY FASTING GUYS!

Anda mungkin juga menyukai