Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3 (PSIKIATRI)
KELOMPOK 11
AMIRA PURI ZAHRA 1418011235 NADIYA KUSNADI 1418011142
CAKRA WIJAYA 1418011044 RACHMAN AZIZ 1418011168
DINAH ZHAFIRA QUBRO 1418011060 SABRINA FAZRIESA 1418011194
ECHA PUTRI ANJANI 1418011067 VERMITIA 1418011215
NADIRA RAHIL 1418011141 ZEFANYA 1418011229
STEP 1: -
STEP 2
1. Apa saja diagnosis banding kasus skenario?
2. Bagaimana hubungan mual, muntah, sakit kepala dengan tidak sadar, dan
tekanan darah tinggi dan penyakit bapak di skenario?
3. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kasus di skenario?
4. Adakah hubungan kasus ibu dan bapak di skenario?
5. Apa saja faktor risiko dari penyakit bapak di skenario?
6. Bagaimana tatalaksana penyakit bapak di skenario?
STEP 3

1. a
2. a
3. Pemeriksaan penunjang
untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit jantung sebagai
Elektrokardiografi
kemungkinan penyebab stroke

Pem.Laboratorium kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah, urinalisis, analisis gas darah dan
elektrolit

Ct-Scan untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised Topography (CT) dan Magnetic Resonance
/ MRI Imaging (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing merekam citra sinar X atau resonansi magnet.
Setiap citra individual memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di
dalamnya

Transcranial Doppler (TCD) dan Doppler Karotis

Pungsi untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised Topography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging
Lumbal (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing merekam citra sinar X atau resonansi magnet. Setiap citra
individual memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di dalamnya
Pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi penyebab stroke dan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip
darah & urin stroke. Pemeriksaan yang direkomendasikan:
Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti trombositosis, trombositopenia,
polisitemia, anemia (termasuk sikle cell disease).
Laju endap darah untuk medeteksi terjadinya giant cell arteritis atau vaskulitis lainnya.
Serologi untuk sifilis.
Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke.
Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk mengidentifikasi infeksi dan
penyakit ginjal.

Ultrasonografi Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan gelombang suara untuk menciptakan citra.
Pendaian ini digunakan untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau pembekuan di arteri utama.
Prosedur ini aman, tidak menimbulkan nyeri, dan relatif cepat (sekitar 20-30 menit).

Foto toraks untuk mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi pasien stroke, cara ini juga dapat
memberikan petunjuk mengenai penyebab setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini cepat dan
tidak menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus untuk melindungi pasien dari pajanan
radiasi yang tidak diperlukan

Angiografi Otak
4. Hubungan kasus ibu dengan penyakit bapak

Faktor resiko untuk stroke : Berdasarkan etiologi dan faktor resiko kasus ibu
- Genetik sm bapak belum ada kaitan yang jelas dikarenakan
- Riwayat penyakit kardiovaskuler minimnya informasi dan penjelasan mengenai
- Hipertensi kasus skenario dari si ibu dan si bapak

- Merokok Kemungkinan besar faktor psikologis dan faktor


- Fibrilasi antrium lingkungan mempengaruhi kasus tersebut
- Dislipidemia Dikarenakan berdasarkan skenario terdapat 2
- Pasien dalam terapi sulih hormon kasus yang terjadi dalam suatu lingkungan
- Obesitas (keluarga rumah tangga) dan kejadian terjadi kasus
nya dalam waktu yang dekat
- Kondisi inflamasi dan infeksi
- Kondisi hiperkoagubilitas merokok dan
hiperlipidemia
5. Faktor risiko stroke
Faktor resiko pada stroke:
Non modified (Tidak dapat dimodifikasi) : Umur, jenis kelamin, ras, berat badan dan riwayat penyakit.
Modified (Dapat dimodifikasi) : Hipertensi, diabetes melitus, obesitas, penggunaan alkohol, penyakit paru-paru,
penyakit jantung
6. Tatalaksana stroke
Pada keadaan akut mengontrol tekanan edema serebral intrakranium
Tirah baring dan penurunan rangsang eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum
Stroke Akut :
- Puasa 24 s/d 72 jam
- Jaga kesimbangan cairan dan elektrolit
- Kondisi membaik
- Diberikan makanan adekuat sesuai dengan kondisinya bila kegemukan rendah kalori.
- Garam, lemak jenuh, kalium, vitamin dan mineral perlu perhatian, hati-hati dengan vitamin K.
STEP 4
Iskemik STROKE Hemoragik

Etiologi Faktor risiko Gejala klinis Patofisiologi Diagnosis Tatalaksana


Non modified: Umum
Umur, jenis Khusus
kelamin, ras,
berat badan dan
riwayat penyakit
Modified:
Hipertensi,
diabetes melitus,
obesitas,
penggunaan
alkohol, penyakit
paru-paru,
penyakit jantung
STEP 5

1. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit bapak di skenario?
2. Bagaimana tatalaksana penyakit bapak di skenario dan rehabilitasi medis stroke?
3. Bagaimana perbedaan hasil CT Scan stroke iskemik dan stroke hemoragik?
4. Tumor primer dan tumor sekunder pada otak
5. TIA dan infark cerebri
6. Gambaran radiologis penyakit neurologi dan neoplasma
7. Pengertian dan interpretasi GCS dan AVPU
SUMBER
STEP 7
1. Komplikasi stroke hemoragik: kenaikan tekanan darah, infeksi, sepsis, trombosis sehingga edema, dekubitus, atrofi dan kekakuan
sendi, ostopenia & osteoporosis, depresi & efek psikologis, inkontinensia &konstipasi

perdarhaan subarachnoid ( PSA )

definisi :kejadian saat adanya darah pada rongga subarachnoid.Yang di tandai dengan adanya esktravasasi darah ke rongga subarachnoid.

etiologi : ruptur aneurisme salah satu arteri di dasar otak dan adanya malformasi arteria venosa (MAV)

manifestasi klinis :

Nyeri kepala hebat dan mendadak

Hilangnya kesadaran

Fotofobia

meningimus

Mual dan muntah

Nyeri tengkuk

Perdarahan intraserebral

etiologi : karena mekanisme hipertensi maligna atau sebab lain seperti tumor otak yang berdarah kelainan pembuluh darah otak yang
pecah
2. Penatalaksanaan umum stroke dan rehabilitasi medis stroke
1) Evaluasi cepat dan diagnosis
terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko
Anamnesis stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain).

penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala


dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan
Pemeriksaan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan
fisik torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.

Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang


selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi,
Pemeriksaan
neurologis dan sensorik dan fungsi kognitif.
skala stroke
2) Terapi umum

a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan b. Stabilisasi Hemodinamik d. Pengendalian Peninggian Tekanan
c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
Pemantauan secara terus menerus Berikan cairan kristaloid atau koloid
Intrakranial (TIK)
terhadap status neutologis, nadi, intravena (hindari pernberian cairan Tekanan darah Pemantauan ketat terhadap penderita
tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi hipotonik seperti glukosa).
oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada Pemeriksaan jantung dengan risiko edema serebral harus
Dianjurkan pemasangan CVC (Central dilakukan dengan memperhatikan
pasien dengan defisit neurologis yang Venous Catheter), dengan tujuan untuk Pemeriksaan neurologi umum awal:
nyata perburukan gejala dan tanda
memantau kecukupan cairan dan i. Derajat kesadaran
Pemberian oksigen dianjurkan pada sebagai sarana untuk rnemasukkan neurologis pada hari-hari pertama
ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor setelah serangan stroke
keadaan dengan saturasi oksigen < 95% cairan dan nutrisi.
iii. Keparahan hemiparesis Monitor TIK harus dipasang pada
Perbaiki jalan nafas termasuk Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
pemasangan pipa orofaring pada pasien Optimalisasi tekanan darah pasien dengan GCS <9 dan penderita
yang tidak sadar. Berikan bantuan Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg yang mengalami penurunan
ventilasi pada pasien yang mengalami dan cairan sudah mencukupi, maka kesadaran karena kenaikan TIK
penurunan kesadaran atau disfungsi obat-obat vasopressor dapat diberikan Sasaran terapi adalah TIK kurang dari
bulbar dengan gangguan jalan napas secara titrasi seperti dopamin dosis 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
Terapi oksigen diberikan pada pasien sedang/ tinggi, norepinefrin atau Penata laksanaan penderita dengan
hipoksia epinefrin dengan target tekanan darah peningkatan tekanan intrakranial
Pasien stroke iskemik akut yang sistolik berkisar 140 mmHg. meliputi :
nonhipoksia tidak mernerlukan terapi Pemantauan jantung (cardiac monitoring)
oksigen harus dilakukan selama 24 jam pertama i. Tinggikan posisi kepala 20- 30
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau setelah serangan stroke iskernik derajat
LMA (Laryngeal Mask Airway) diperlukan Bila terdapat adanya penyakit jantung ii. Posisi pasien hendaklah
pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 kongestif, segera atasi (konsultasi menghindari tekanan vena jugular
mmHg atau pCO2 >50 mmHg), atau Kardiologi). iii. Hindari pemberian cairan glukosa
syok, atau pada pasien yang berisiko Hipotensi arterial harus dihindari dan atau cairan hipotonik
untuk terjadi aspirasi. dicari penyebabnya. Hipovolemia harus iv. Hindari hipertermia
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang dikoreksi dengan larutan satin normal
tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa dan aritmia jantung yang mengakibatkan v. Jaga normovolernia
terpasang lebih dari 2 rninggu, maka penurunan curah jantung sekuncup vi. Osmoterapi atas indikasi
dianjurkan dilakukan trakeostomi. harus dikoreksi
2) Terapi umum

e. Penanganan Transformasi g. Pengendalian Suhu Tubuh h. Pemeriksaan Penunjang


f. Pengendalian Kejang
Hemoragik
Tidak ada anjuran khusus Bila kejang, berikan diazepam
Setiap pederita stroke yang EKG
tentang terapi transformasi bolus lambat intravena 5- disertai demam harus Laboratorium (kimia darah,
perdarahan asimptomatik 20mg dan diikuti oleh diobati dengan antipiretika fungsi ginjal, hematologi,
Terapi transformasi fenitoin, loading dose 15-20 dan diatasi penyebabnya faal hemostasis, kadar gula
perdarahan simtomatik sama mg/kg bolus dengan Asetaminofen 650 mg bila darah, analisis urin, analisa
dengan terapi stroke kecepatan maksimum 50 suhu lebih dari 38,5 gas darah, dan elektrolit)
perdarahan, antara lain mg/menit. derajat Bila perlu pada kecurigaan
dengan memperbaiki perfusi Bila kejang belum teratasi, Pada pasien febris atau perdarahan subaraknoid,
serebral dengan maka perlu dirawat di ICU berisiko terjadi infeksi, lakukan punksi lumbal
mengendalikan tekanan Pemberian antikonvulsan harus dilakukan kultur dan untuk pemeriksaan cairan
darah arterial secara hati- profilaksis pada penderita hapusan (trakea, darah dan serebrospinal
hati. stroke iskemik tanpa kejang urin) dan diberikan Pemeriksaan radiologi
tidak dianjurkan antibiotik. Jika memakai i. Foto rontgen dada
Pada stroke perdarahan kateter ventrikuler, analisa
intraserebral, obat ii. CT Scan
cairan serebrospinal harus
antikonvulsan profilaksis dilakukan untuk
dapat diberikan selama 1 mendeteksi meningitis.
bulan, kemudian diturunkan,
dan dihentikan bila tidak ada Jika didapatkan meningitis,
kejang selama pengobatan maka segera diikuti terapi
antibiotic
Rehabilitasi pasca stroke
Rehabilitasi stroke merupakan sebuah program yang terkoordinasi yang memberikan perawatan restoratif
untuk memaksimalkan pemulihan dan meminimalisasi impairment, disability, dan hadicap yang disebabkan
oleh stroke (Widiyanto, 2009)
Tahap rehabilitasi Sejak awal tim rehabilitasi medik suidah diikutkan, terutama untuk mobilisasi. Programnya dijalankan oleh tim,
biasanya latihan aktif dimulai sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali perdarahan. Sejak
awal Speech terapi diikutsertakan untuk melatih otot-otot menelan yang biasanya terganggu pada stadium
Rehabilitasi akut. Psikolog dan Pekerja Sosial Medik untuk mengevaluasi status psikis dan membantu kesulitan keluarga.
stadium akut

Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai menunjukan tanda-tanda depresi, fungsi bahasa mulai
dapat terperinci. Pada post GPDO pola kelemahan ototnya menimbulkan hemiplegic posture. Kita berusaha
Rehabilitasi mencegahnya dengan cara pengaturan posisi, stimulasi sesuai kondisi klien.
stadium subakut

Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana terapi ini biasanya sudah dapat dimulai pada akhir
stadium subakut. Keluarga penderita lebih banyak dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog harus lebih
Rehabilitasi aktif.
stadium kronik
MOBILISASI: HAL YANG MENYEBABKAN BERGERAKNYA SESUATU
Tujuan mobilisasi pada klin stroke menurut Hoeman (1996) adalah:
1) Mempertahankan range of motion.
2)Memperbaiki fungsi pernafasan dan sirkulasi.
3)Menggerakkan seseorang secara dini padafungsi aktifitas meliputi gerakan di tempat tidur, duduk,
berdiri dan berjalan.
4)Mencegah masalah komplikasi.
5) Meningkatkan kesadaran diri dari bagian hemiplegi
6) Meningkatkan kontrol dan keseimbangan duduk dan berdiri.
7) Memaksimalkan aktivitas perawatan diri

Program mobilisasi segera dijalankan oleh tim, biasanya aktif dimulai sesudah prosesnya stabil, 24-72
jam sesudah serangan kecuali pada perdarahan. Tindakan mobilisasi pada perdarahan subarachnoid
dimulai 2-3 minggu sesudah serangan (Harsono, 1996)
3. a
4. Tumor sistem saraf pusat
Tumor primer tumor yang berasal dari jaringan otak atau medula spinalis
Tumor sekunder merupakan metastasis dari tumor tubuh bagian lain

Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat keganasan (grading).
* WHO grade I: tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup baik.
* WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul rekurensi.
Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
* WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.
* WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan
progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
GRADING TUMOR SUSAN SARAF PUSAT MENURUT
WHO 2007
GEJALA KLINIS

Tumor supratentorial Tumor infratentorial

a. Gejala akibat pengingkatan tekanan intra a. Tumor fossa postetior memberikan gejala akibat
pengingkatan TIK
kranial (TIK)
-nyeri kepala
-akibat efek masa tumor
-mual dan muntah
-akibat blokade aliran CSF -papil edema
b. Gejala fokal defisit yang progresif -diplopia

c. Sakit ketpala b. Tumor fossa posterior


-lesi pada cerebellar hemisphere :ataksia
d. Kejang
ekstremitas,dysmetria
e. Perubahan status mental -lesi pada cerebellar vermis : broad based gait, truncal ataxia
f. Gejala yang menyerupai TIA atau stroke c. Batang otak : gangguan saraf kranialis, nistagmus
GEJALA FOKAL AKIBAT PEMERIKSAAN PENUNJANG
LOKASI TUMOR
Lobus frontalis: hemisparese, afasia, Rontgen kepala -> jika ada tanda-tanda pengingkatan
perubahan perilaku tekanan intra kranial, memperkuat indikasi
pemekriksaan lebih lanjut

Lobus temporalis : halusinasi auditoris,


dejavu, gangguan memori CT-Scan
CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada
langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk
Lobus parietal : gangguan sensorik melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang
kontralateral, agnosia, apraksia tengkorak

Lobus oksipital : gangguan lapangan MRI


pandang, aleksia
dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas
dan sangat baik untuk tumor infratentorial, namun
mempunyai keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi
TATALAKSANA

Pendoman nasional pelyanan kedokteran tumor otak


Tatalaksana Penurunan Tekanan intrakranial
-Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri
-deksametason dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari intravena lalu
tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis.
-Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena dapat memperburuk edema.

Pembedahan

Radioterapi

Kemoterapi
ASTROSITOMA
Grading
-grade I : polisitik astrositoma
Timbul lambat berbatas tegas, ditemukan daerah kistik dan serat rosenthal yang eosinofilik, badan granular
hialin.

-grade II : difus astrositoma


Pada dewasa muda, ditandai dengan tingkat diferensiasi seluler yang tinggi dna pertumbuhan yang lambat,
dapat terjadi diseluruh SSP namun biasanya di supratentorial.
-grade III : anaplastik astrositoma

-grade IV : glioblastoma multifrom


Menyerang dewasa (45-75 tahun), glioblastoma primer : tanpa lesi prekursor, gliblasoma sekunder :
perkembangan astrositoma grade rendah. Sel tumor tersusun secara palisade
I II

III
Pendoman nasional pelyanan kedokteran tumor otak
MENINGIOMA
Merupakan tumor jinak tersering. Berasal dari arachnoid cap cells duramater dan
umumnya tumbuh lambat. Lesi Meningioma umumnya memiliki batas yang jelas, tapi dapat
saja memberikan gambaran lesi yang difus

GRADING
Grade I (umumnya jinak ) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik, fibroblastik, angiomatosa, limfoplasmosit,
transisional, mikrokistik, dan metaplastik.
Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor
secara total) : clear-cell, chordoid, atipikal. Tipe chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (
kelainan proliferasi limfoid).
Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pada anak-anak), rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini
merupakan meningioma malignan dengan:
o Angkainvasilokalyangtinggi.
o Rekurensitinggi.
o Metastasis.
Sekretorik
psamomatosa

Papilary
Clear cell
LOKASI :
Tulang tengkorak
Imaging : MRI superior dibandingkan dengan
Basis kranial : sphenoid wing, dan petrosus ridge.
CT-Scan. Meningioma merupakan lesi ekstra
Tempat lekukan dura : falx cerebri dan tentorium
aksial dengan batas yang jelas. Dapat
cerebelli.
menunjukkan degenerasi kistik sentral dan
Selubung saraf N.optikus.
edema pada daerah dekat substansia putih.
Pleksus khoroid.
Spinal.
Diluar aksis kraniospinal seperti telinga, tulang
temporal, dan
tungkai.
5. TIA dan infark cerebri

Transient Ischemic Attack Infark Cerebri

Etiologi: tromboemboli dari atheroma Klasifikasi:


pembuluh darah leher (sering), lipohialinosis Infark Cerebri Anterior Total (TACI)
pembuluh darah kecil intrakranial dan emboli Infark Sirkulasi Anterior Parsial (PACI)
kardiogenik, vaskulitis atau kelainan
Infark Lakunar (LACI)
hematologis (jarang)
Infark Sirkulasi Posterior (POCI)
TIA ditandai dengan penurunan sementara
atau penghentian aliran darah otak dalam Etiologi: trombosis otak, emboli otak
distribusi neurovaskular tertentu sebagai (fibrilasi atrial, penyakit katup jantung, infark
akibat dari sebagian atau total oklusi miokard, penyakit jantung rematik, lepasnya
Hipoksia Kebutuhan energi yang tinggi plak aterosklerosis pembuluh darah besar
dibandingkan dengan penghasilan energi yang intra/ekstracranial), pengurangan perfusi
rendah membuat otak sangat rentan pada iskemik umum (kegagalan pompa jantung,
orang dewasa yang mengalami stroke, perdarahan masif, hipovolemik)
hipoksemia dan iskemia masing-masing Gejala klinis:
mengakibatkan cedera otak Cedera TACI: hemiparesis dengan/tanpa gangguan
berlangsung dan akhirnya menjadi ireversibel sensorik (kolateral sisi lesi), hemianopia
kecuali oksigenasi dipulihkan. Kematian sel (kolateral sisi lesi), afasia, gangguan
akut terjadi terutama melalui nekrosis visuospasial, hemineglect, agnosia, apraxia
Transient Ischemic Attack Infark Cerebri

Reperfusi juga menginduksi kematian sel, terutama PACI: defisit motorik/sensorik + hemianopia,
melalui reaktif produksi spesies oksigen dan defisit motorik/sensorik + gejala fungsi luhur,
infiltrasi sel inflamasi. Jika penurunan pO2 tidak gejala fungsi luhur + hemianopia, defisit
terlalu parah, sel menekan beberapa fungsi mereka, motorik/sensorik murni, gangguan fungsi luhur
yaitu, sintesis protein dan spontan aktivitas listrik, saja
dalam proses yang disebut "penumbra" yang LACI: hemiparesis/hemiplegia yang mempengaruhi
ditandai dengan reversibilitas, asalkan pasokan O2 wajah, lengan, tungkai, ataxic hemiparesis
dilanjutkan. (kombinasi gejala cerebelar dan gejala
Gejala klinis: hilangnya fungsi fokal SSP secara motoris),disartria dan kelemahan tangan, yang
mendadak,beberapa menit saja, jarang berjam-jam. terlihat jelas saat pasien menulis,mati rasa,
Daerah arteri yang terkena akan menentukan kesemutan dan sensasi tidak nyaman pada salah
gejala yang terjadi; satu sisi tubuh, kombinasi hemiparesis/hemiplegia
Karotis (paling sering): hemiparesis, hilangnya dengan gangguan sensoris ipsilateral
sensasi hemisensorik, disfasia, kebutaan monocular POCI: disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi
(amourosis fugax) karena iskemia retina ipsilateral, dan gangguan motorik, sensorik
Vertebrobasillar: paresis/hilangnya sensasi kontralateral, Gangguan motorik / sensorik
bilateral/alternatif, kebutaan mendadak bilateral bilateral,Gangguan gerakan konjungat mata (
(pada lansia), diplopia, ataksia, vertigo, disfagia horisontal et vertical), Disfungsi serebral, Isolated
(setidaknya 2 dari 3 gejala ini terjadi secara hemianopia atau buta kortikal
bersamaan
Transient Ischemic Attack Infark Cerebri

Tatalaksana: Pemeriksaan penunjang: CT Scan kepala tanpa


Obat antiplatelet (aspirin 75 mg per hari) kontras
o Kontraindikasi pada pasien ulkus peptikum Tatalaksana:
aktif. Umum: airway, breathing,circulation (terapi IV
o Clopidogrel merupakan obat antiplatelet dan pengawasan jantung), pengontrolan gula
pilihan untuk pasien yang tidak dapat darah, posisi kepala terlentang ditinggikan 30-
mentoleransi aspirin 45, pengontrolan tekanan darah (labetolol 10-
Antikoagulan (warfarin): jika diketahui 20mg IV selama 1-2 menit diulang tiap 10
sumber emboli dari jantung (fibrilasi atrium menit, nicardipine 5mg/jam IV infus awal
nonreumatik dititrasi dan ditambah 2,5 mg/jam tiap 5 menit,
Endarterektomi karotis: setelah terjadi TIA nitroprusside 0,5 mg/kg/menit/IV syringe
atau stroke minor, mungkin diperlukan pump), kontrol demam, kontrol edema cerebri,
intervensi bedah untukmembersihkan kontrol kejang
ateroma pada arteri karotis berat yang Khusus:
simtomatik (stenosis lebih dari 70%) Trombolitik: t-PA IV diberikan 3jam setelah
onset 0,9 mg/kg, 10% diberi secara bolus aiva
sisanya diberi dalam tempo 1 jam
Transient Ischemic Attack Infark Cerebri

Antikoagulan: warfarin 40 mg loading


dose setelah 48 jam diikuti 3-10
mg/hr, Heparin 500 mg (50.000
unit)/hr bolus inisial 50 mg diikuti
infus 250 mg dalam 1L garam
fisiologis/glukosa
Homoreologi: pentoxyfilline 16
mg/kg/hr, max. 1200 mg/hr dalam
jendela waktu 12 jam sesudah onset
Antiplatelet: Aspirin 50 mg/hr, 80
mg/hr, 1300 mg/hr, 625 mg 2x/hr
Terapi neuroprotektif
Bedah: karotis endarterektomi,
angioplasti dan sten intraluminal
6. a
7. GCS dan AVPU
AVPU
GCS Pasien diperiksa apakah sadar baik(alert), berespon dengan kata-
kata (verbal) hanya berespon jika di rangsang nyeri (pain) atau
Glasgow coma scale: penilaian kesadaran
pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun
kuantitatif menggunakan suatu metode yang
diberi rangsang nyeri(unresponsive)
disebut GCS yang menggambarkan situasi
A (alert) : korban sadar, dapat membuka mata dengan spontan,dapat
kesadaran
menggerakan kaki/tangan sebagaimana di perintahkan dan
Menilai tingkatan kesadaran pasien dalam tiga
menjawab pertanyaan yang sederhana secara benar.jika tidak sadar
kategori yaitu : membuka mata, respons verbal,
lanjut ke poin V
dan respon motorik. nilai maksimum(normal)
V (verbal) : cobaah memanggil-manggil korban dengan berbicara
adalah E(eye) = 4, M(motorik)= 6, V (verbal)
keras di telinga korban. Korban hanya memberi reaksi ketika di
=5,sehingga E4M6V5 totalnya adalah
rangsang dengan suara,korban mungkin hanya bereaksi dengan
15.sedangkan nilai min adalah E1M1V1 =3.jika nilai
suara-suara yang tidak berarti ,mengerang,atau hanya membuka
GCS yang di peroleh adalah 3 berarti pasien dalam
mata . Pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau
keadaan koma
menyentuh pasien,jika tidak merespon lanjut ke P
Pada kasus kegawatdaruratan jenis cedera kepala
P(pain) : cobalah beri rangsang nyeri pada pasien ,yang paling mudah
dapat di klasifikasikan menggunakan metode GCS
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan di pangkal kuku.selain
Cedera kepala ringan ,bila GCS 13-15
itu dapat juga dengan menekan bagian tengan tulang dada atau
Cedera kepala sedang,bila GCS 9-12
sternum dan juga areal di atas mata.korban biasanya hanya bereaksi
Cedera kepala berat ,bila GCS 3-8
dengan menarik,fleksi,ekstensi
U(unresponsive) : setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih
tidak bereaksi maka pasiean berada dalam keadaan unresponsive

Anda mungkin juga menyukai