SKENARIO 3 (PSIKIATRI)
KELOMPOK 11
AMIRA PURI ZAHRA 1418011235 NADIYA KUSNADI 1418011142
CAKRA WIJAYA 1418011044 RACHMAN AZIZ 1418011168
DINAH ZHAFIRA QUBRO 1418011060 SABRINA FAZRIESA 1418011194
ECHA PUTRI ANJANI 1418011067 VERMITIA 1418011215
NADIRA RAHIL 1418011141 ZEFANYA 1418011229
STEP 1: -
STEP 2
1. Apa saja diagnosis banding kasus skenario?
2. Bagaimana hubungan mual, muntah, sakit kepala dengan tidak sadar, dan
tekanan darah tinggi dan penyakit bapak di skenario?
3. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kasus di skenario?
4. Adakah hubungan kasus ibu dan bapak di skenario?
5. Apa saja faktor risiko dari penyakit bapak di skenario?
6. Bagaimana tatalaksana penyakit bapak di skenario?
STEP 3
1. a
2. a
3. Pemeriksaan penunjang
untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit jantung sebagai
Elektrokardiografi
kemungkinan penyebab stroke
Pem.Laboratorium kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah, urinalisis, analisis gas darah dan
elektrolit
Ct-Scan untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised Topography (CT) dan Magnetic Resonance
/ MRI Imaging (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing merekam citra sinar X atau resonansi magnet.
Setiap citra individual memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di
dalamnya
Pungsi untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised Topography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging
Lumbal (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing merekam citra sinar X atau resonansi magnet. Setiap citra
individual memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di dalamnya
Pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi penyebab stroke dan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip
darah & urin stroke. Pemeriksaan yang direkomendasikan:
Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti trombositosis, trombositopenia,
polisitemia, anemia (termasuk sikle cell disease).
Laju endap darah untuk medeteksi terjadinya giant cell arteritis atau vaskulitis lainnya.
Serologi untuk sifilis.
Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke.
Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk mengidentifikasi infeksi dan
penyakit ginjal.
Ultrasonografi Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan gelombang suara untuk menciptakan citra.
Pendaian ini digunakan untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau pembekuan di arteri utama.
Prosedur ini aman, tidak menimbulkan nyeri, dan relatif cepat (sekitar 20-30 menit).
Foto toraks untuk mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi pasien stroke, cara ini juga dapat
memberikan petunjuk mengenai penyebab setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini cepat dan
tidak menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus untuk melindungi pasien dari pajanan
radiasi yang tidak diperlukan
Angiografi Otak
4. Hubungan kasus ibu dengan penyakit bapak
Faktor resiko untuk stroke : Berdasarkan etiologi dan faktor resiko kasus ibu
- Genetik sm bapak belum ada kaitan yang jelas dikarenakan
- Riwayat penyakit kardiovaskuler minimnya informasi dan penjelasan mengenai
- Hipertensi kasus skenario dari si ibu dan si bapak
1. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit bapak di skenario?
2. Bagaimana tatalaksana penyakit bapak di skenario dan rehabilitasi medis stroke?
3. Bagaimana perbedaan hasil CT Scan stroke iskemik dan stroke hemoragik?
4. Tumor primer dan tumor sekunder pada otak
5. TIA dan infark cerebri
6. Gambaran radiologis penyakit neurologi dan neoplasma
7. Pengertian dan interpretasi GCS dan AVPU
SUMBER
STEP 7
1. Komplikasi stroke hemoragik: kenaikan tekanan darah, infeksi, sepsis, trombosis sehingga edema, dekubitus, atrofi dan kekakuan
sendi, ostopenia & osteoporosis, depresi & efek psikologis, inkontinensia &konstipasi
definisi :kejadian saat adanya darah pada rongga subarachnoid.Yang di tandai dengan adanya esktravasasi darah ke rongga subarachnoid.
etiologi : ruptur aneurisme salah satu arteri di dasar otak dan adanya malformasi arteria venosa (MAV)
manifestasi klinis :
Hilangnya kesadaran
Fotofobia
meningimus
Nyeri tengkuk
Perdarahan intraserebral
etiologi : karena mekanisme hipertensi maligna atau sebab lain seperti tumor otak yang berdarah kelainan pembuluh darah otak yang
pecah
2. Penatalaksanaan umum stroke dan rehabilitasi medis stroke
1) Evaluasi cepat dan diagnosis
terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko
Anamnesis stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain).
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan b. Stabilisasi Hemodinamik d. Pengendalian Peninggian Tekanan
c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
Pemantauan secara terus menerus Berikan cairan kristaloid atau koloid
Intrakranial (TIK)
terhadap status neutologis, nadi, intravena (hindari pernberian cairan Tekanan darah Pemantauan ketat terhadap penderita
tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi hipotonik seperti glukosa).
oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada Pemeriksaan jantung dengan risiko edema serebral harus
Dianjurkan pemasangan CVC (Central dilakukan dengan memperhatikan
pasien dengan defisit neurologis yang Venous Catheter), dengan tujuan untuk Pemeriksaan neurologi umum awal:
nyata perburukan gejala dan tanda
memantau kecukupan cairan dan i. Derajat kesadaran
Pemberian oksigen dianjurkan pada sebagai sarana untuk rnemasukkan neurologis pada hari-hari pertama
ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor setelah serangan stroke
keadaan dengan saturasi oksigen < 95% cairan dan nutrisi.
iii. Keparahan hemiparesis Monitor TIK harus dipasang pada
Perbaiki jalan nafas termasuk Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
pemasangan pipa orofaring pada pasien Optimalisasi tekanan darah pasien dengan GCS <9 dan penderita
yang tidak sadar. Berikan bantuan Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg yang mengalami penurunan
ventilasi pada pasien yang mengalami dan cairan sudah mencukupi, maka kesadaran karena kenaikan TIK
penurunan kesadaran atau disfungsi obat-obat vasopressor dapat diberikan Sasaran terapi adalah TIK kurang dari
bulbar dengan gangguan jalan napas secara titrasi seperti dopamin dosis 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
Terapi oksigen diberikan pada pasien sedang/ tinggi, norepinefrin atau Penata laksanaan penderita dengan
hipoksia epinefrin dengan target tekanan darah peningkatan tekanan intrakranial
Pasien stroke iskemik akut yang sistolik berkisar 140 mmHg. meliputi :
nonhipoksia tidak mernerlukan terapi Pemantauan jantung (cardiac monitoring)
oksigen harus dilakukan selama 24 jam pertama i. Tinggikan posisi kepala 20- 30
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau setelah serangan stroke iskernik derajat
LMA (Laryngeal Mask Airway) diperlukan Bila terdapat adanya penyakit jantung ii. Posisi pasien hendaklah
pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 kongestif, segera atasi (konsultasi menghindari tekanan vena jugular
mmHg atau pCO2 >50 mmHg), atau Kardiologi). iii. Hindari pemberian cairan glukosa
syok, atau pada pasien yang berisiko Hipotensi arterial harus dihindari dan atau cairan hipotonik
untuk terjadi aspirasi. dicari penyebabnya. Hipovolemia harus iv. Hindari hipertermia
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang dikoreksi dengan larutan satin normal
tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa dan aritmia jantung yang mengakibatkan v. Jaga normovolernia
terpasang lebih dari 2 rninggu, maka penurunan curah jantung sekuncup vi. Osmoterapi atas indikasi
dianjurkan dilakukan trakeostomi. harus dikoreksi
2) Terapi umum
Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai menunjukan tanda-tanda depresi, fungsi bahasa mulai
dapat terperinci. Pada post GPDO pola kelemahan ototnya menimbulkan hemiplegic posture. Kita berusaha
Rehabilitasi mencegahnya dengan cara pengaturan posisi, stimulasi sesuai kondisi klien.
stadium subakut
Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana terapi ini biasanya sudah dapat dimulai pada akhir
stadium subakut. Keluarga penderita lebih banyak dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog harus lebih
Rehabilitasi aktif.
stadium kronik
MOBILISASI: HAL YANG MENYEBABKAN BERGERAKNYA SESUATU
Tujuan mobilisasi pada klin stroke menurut Hoeman (1996) adalah:
1) Mempertahankan range of motion.
2)Memperbaiki fungsi pernafasan dan sirkulasi.
3)Menggerakkan seseorang secara dini padafungsi aktifitas meliputi gerakan di tempat tidur, duduk,
berdiri dan berjalan.
4)Mencegah masalah komplikasi.
5) Meningkatkan kesadaran diri dari bagian hemiplegi
6) Meningkatkan kontrol dan keseimbangan duduk dan berdiri.
7) Memaksimalkan aktivitas perawatan diri
Program mobilisasi segera dijalankan oleh tim, biasanya aktif dimulai sesudah prosesnya stabil, 24-72
jam sesudah serangan kecuali pada perdarahan. Tindakan mobilisasi pada perdarahan subarachnoid
dimulai 2-3 minggu sesudah serangan (Harsono, 1996)
3. a
4. Tumor sistem saraf pusat
Tumor primer tumor yang berasal dari jaringan otak atau medula spinalis
Tumor sekunder merupakan metastasis dari tumor tubuh bagian lain
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat keganasan (grading).
* WHO grade I: tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup baik.
* WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul rekurensi.
Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
* WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.
* WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan
progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
GRADING TUMOR SUSAN SARAF PUSAT MENURUT
WHO 2007
GEJALA KLINIS
a. Gejala akibat pengingkatan tekanan intra a. Tumor fossa postetior memberikan gejala akibat
pengingkatan TIK
kranial (TIK)
-nyeri kepala
-akibat efek masa tumor
-mual dan muntah
-akibat blokade aliran CSF -papil edema
b. Gejala fokal defisit yang progresif -diplopia
Pembedahan
Radioterapi
Kemoterapi
ASTROSITOMA
Grading
-grade I : polisitik astrositoma
Timbul lambat berbatas tegas, ditemukan daerah kistik dan serat rosenthal yang eosinofilik, badan granular
hialin.
III
Pendoman nasional pelyanan kedokteran tumor otak
MENINGIOMA
Merupakan tumor jinak tersering. Berasal dari arachnoid cap cells duramater dan
umumnya tumbuh lambat. Lesi Meningioma umumnya memiliki batas yang jelas, tapi dapat
saja memberikan gambaran lesi yang difus
GRADING
Grade I (umumnya jinak ) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik, fibroblastik, angiomatosa, limfoplasmosit,
transisional, mikrokistik, dan metaplastik.
Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor
secara total) : clear-cell, chordoid, atipikal. Tipe chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (
kelainan proliferasi limfoid).
Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pada anak-anak), rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini
merupakan meningioma malignan dengan:
o Angkainvasilokalyangtinggi.
o Rekurensitinggi.
o Metastasis.
Sekretorik
psamomatosa
Papilary
Clear cell
LOKASI :
Tulang tengkorak
Imaging : MRI superior dibandingkan dengan
Basis kranial : sphenoid wing, dan petrosus ridge.
CT-Scan. Meningioma merupakan lesi ekstra
Tempat lekukan dura : falx cerebri dan tentorium
aksial dengan batas yang jelas. Dapat
cerebelli.
menunjukkan degenerasi kistik sentral dan
Selubung saraf N.optikus.
edema pada daerah dekat substansia putih.
Pleksus khoroid.
Spinal.
Diluar aksis kraniospinal seperti telinga, tulang
temporal, dan
tungkai.
5. TIA dan infark cerebri
Reperfusi juga menginduksi kematian sel, terutama PACI: defisit motorik/sensorik + hemianopia,
melalui reaktif produksi spesies oksigen dan defisit motorik/sensorik + gejala fungsi luhur,
infiltrasi sel inflamasi. Jika penurunan pO2 tidak gejala fungsi luhur + hemianopia, defisit
terlalu parah, sel menekan beberapa fungsi mereka, motorik/sensorik murni, gangguan fungsi luhur
yaitu, sintesis protein dan spontan aktivitas listrik, saja
dalam proses yang disebut "penumbra" yang LACI: hemiparesis/hemiplegia yang mempengaruhi
ditandai dengan reversibilitas, asalkan pasokan O2 wajah, lengan, tungkai, ataxic hemiparesis
dilanjutkan. (kombinasi gejala cerebelar dan gejala
Gejala klinis: hilangnya fungsi fokal SSP secara motoris),disartria dan kelemahan tangan, yang
mendadak,beberapa menit saja, jarang berjam-jam. terlihat jelas saat pasien menulis,mati rasa,
Daerah arteri yang terkena akan menentukan kesemutan dan sensasi tidak nyaman pada salah
gejala yang terjadi; satu sisi tubuh, kombinasi hemiparesis/hemiplegia
Karotis (paling sering): hemiparesis, hilangnya dengan gangguan sensoris ipsilateral
sensasi hemisensorik, disfasia, kebutaan monocular POCI: disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi
(amourosis fugax) karena iskemia retina ipsilateral, dan gangguan motorik, sensorik
Vertebrobasillar: paresis/hilangnya sensasi kontralateral, Gangguan motorik / sensorik
bilateral/alternatif, kebutaan mendadak bilateral bilateral,Gangguan gerakan konjungat mata (
(pada lansia), diplopia, ataksia, vertigo, disfagia horisontal et vertical), Disfungsi serebral, Isolated
(setidaknya 2 dari 3 gejala ini terjadi secara hemianopia atau buta kortikal
bersamaan
Transient Ischemic Attack Infark Cerebri