Anda di halaman 1dari 35

SEMINAR PROPOSAL

PERANCANGAN ULANG JEMBATAN PRESTRESS MENGGUNAKAN BALOK I GIRDER


DENGAN STANDAR AASHTO 2012
(STUDI KASUS JEMBATAN OVERPASS HALPOTOHAN TOL TRANS SUMATERA)

OLEH :
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D4 PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
POLITEKNIK NEGERI PADANG
TA.2017
BIODATA MAHASISWA

Nama M.Rizki Anwar


No. BP 1311052005

Program Studi D.IV. Perancangan Jalan dan Jembatan

1. Mukhlis, S.T.,M.T.
Dosen Pembimbing
2. Lukman Murdiansyah, S.T.,M.T.

Perancangan Ulang Jembatan Prestress


Menggunakan Balok I Girder dengan
Judul TA Standar AASHTO 2012 (Studi Kasus
Jembatan Overpass Halpotohan Tol Trans
Sumatera)
PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN

Transportasi merupakan salah satu sarana yang


digunakan oleh manusia dalam melakukan
berbagai interaksi. Mengingat pentingnya
peran sarana transportasi dalam kehidupan
manusia maka diperlukan sarana penunjang
transportasi yang baik diantaranya adalah jalan
dan jembatan.
Seiring perkembangan zaman, pulau Sumatera
melakukan pembenahan pada transportasinya
untuk meningkatkan kenyamanan berlalu lintas
dari suatu daerah ke daerah lain dan secara
langsung dapat meningkatkan perekonomian
di daerah sekitar jalan tol tersebut.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN

Dalam perencanaan jalan tol trans Pada jembatan penyebrangan tol ini
Sumatera ini pada ruas jalan tol menggunakan struktur beton pratekan
Medan-Tebing tinggi akan dibangun tipe I statis tertentu. Struktur beton
jembatan penyebrangan yang berada pratekan lebih ekonomis, karena pada
diatas jalan tol (overpass) di daerah beban dan bentang yang sama dapat
Halpotohan, Sumatera Utara. Jembatan digunakan profil girder yang lebih kecil.
penyebrangan tol ini nantinya berfungsi Hal ini karena pada beton pratekan
sebagai jalur perlintasan kendaraan memanfaatkan momen sekunder akibat
bermotor roda dua atau lebih dengan gaya prategang untuk mengimbangi
dua lajur dua arah. Lebar jembatan momen yang ditimbulkan akibat beban
penyebrangan yang direncanakan 9 m. luar.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN

Profil I girder dipilih sebagai profil Pada perancangan ulang jembatan kali ini, penulis
gelagar, karena profil I girder itu menggunakan standar acuan AASHTO (American
sendiri sangat sederhana untuk Association of State Highway and Transportation
dirancang, dibangun dan bekerja Officials) 2012. AASHTO 2012 merupakan standar
sangat baik dalam setiap kasus. Jika internasional terbaru yang digunakan untuk
kasus dilapangan bentang jembatan perancangan jembatan. Sebelumnya, para
tersebut berbentuk kurva maka engineer melakukan desain jembatan dengan
profil I girder kurang tepat untuk mengikut peraturan BMS (Bridge Manual System),
kita gunakan, karena profil I lemah akan tetapi seiring perkembangannya zaman para
terhadap puntir atau bisa juga engineer melakukan pembaharuan terhadap
disebut dengan torsi. acuan peraturan yang digunakan dengan
mengikuti standar AASHTO 2012.
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005
BAB I PENDAHULUAN

1. Bagaimana permodelan, perhitungan, dan analisa


struktur jembatan

2. Bagaimana mendesain elemen-elemen jembatan


seperti balok, pelat lantai, bearing, pier dan
PERMASALAHAN abutment ?
3. Bagaimana menuangkan hasil desain dan analisa
ke dalam bentuk gambar teknik ?
4. Bagaimana perhitungan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) secara kasar pada kasus jembatan yang di
analisa ?

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN

BATASAN MASALAH

1) Melakukan permodelan dan analisa struktur 2) Mendesain superstructure


dengan menggunakan software CSI Bridge dan jembatan (balok profil, pelat lantai
SAP2000. Pembebanan pada struktur terdiri (deck slab), dan bearing) dan
dari beban mati (DL), beban hidup (LL), beban substructure jembatan (pier dan
mati tambahan (SDL) mengacu pada AASHTO abutment) dengan mengacu
2012 beserta kombinasi bebannya dan beban kepada standar AASHTO (American
gempa yang mengacu pada standar SNI 03 Association of State Highway and
1726 2012. Transportation Officials) 2012.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN

Dapat melakukan permodelan dan Dapat mendesain elemen-


analisa struktur jembatan dengan elemen struktur jembatan
menggunakan software CSI bridge seperti balok, pelat lantai,
dan AASHTO 2012. bearing, pier, dan abutment.

TUJUAN PENULISAN

Dapat menuangkan hasil desain ke Dapat menganalisa anggaran


dalam bentuk gambar teknik biaya struktur secara kasar
dengan menggunakan software dari output yang didapatkan.
Autocad.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB I PENDAHULUAN

SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN BAB IV PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB V ESTIMASI BIAYA

BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Girder beton pracetak, biasanya disebut sebagai Penampang khas girder pracetak
girder pracetak yang dicetak di pabrik yang digunakan untuk jembatan umum
kemudian diangkut lalu di bawa ke lokasi proyek. adalah sebagai berikut:
Selama periode perkembangan dari sistem jalan Precast I-Girder
raya Interstate Amerika Serikat di akhir 1950-an dan Precast Bulb-Tee Girder
awal 1960-an, beton pratekan menjadi solusi praktis Precast Wide flanged Girder
dalam desain dan konstruksi jembatan jalan raya. Precast Bath-Tub atau U Girder
Sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat Precast Padat dan Voided Slab
mengadopsi jembatan gelagar beton pracetak- Precast Box Girder
pretensioned sebagai tipe struktur disukai karena Precast trapesium Girder
mereka difasilitasi off-site fabrikasi, yang mengarah Precast Double-Tee Girder
ke teknik konstruksi yang cepat, dan mengurangi Precast Deck Bulb-Tee Girder
waktu di lokasi konstruksi.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REFERENSI : AASHTO
2012

Preliminary Design Perencanaan girder Perencanaan bearing

Analisa Pembebanan Perencanaan pelat Prencanaan pier dan


Jembatan lantai abutment

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Superstructure Tinggi minimum (termasuk deck)


AASHTO 2012
Material Type Simple span Continious span
Beton Slab dengan tulangan
Preliminary Design bertulang utamanya paralel dengan lalu
1,2 + 10 +10
30
0,54 ft
30
lintas

Rasio kedalaman Balok T 0,07 L 0,065 L


Balok Box 0,06 L 0,055 L
minimum struktur
Trotoar 0,035 L 0,033 L
girder dan pelat lantai
Beton Pelat lantai 0,030 L 6,5 in 0,027 L 6,5 in
prategang Balok CIP box 0,045 L 0,040 L
Pasal 2.5.2.3.6-1 Balok I prategang 0,045 L 0,040 L
Trotoar 0,033 L 0,030 L
Balok box berdampingan 0,030 L 0,025 L
Baja Tinggi total balok I komposit 0,040 L 0,032 L
Tinggi balok bagian dari balok
0,033 L 0,027 L
I komposit
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
Rangka 0,100 L 0,100 L
1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AASHTO 2012 BEBAN MATI

Analisa Pembebanan Beban mati meliputi berat dari semua


Jembatan : komponen struktur, perlengkapannya dan utilitas
Beban mati (DC terpasang, lapis permukaan, lapis overlay, dan rencana
dan DW) pelebaran.
Beban Hidup DC merupakan beban mati atau berat sendiri
(Beban hidup dari sturktur tersebut, sedangkan DW merupakan
kendaraan, Pejalan beban mati tambahan yang ada pada permukaan aspal
kaki) atau lantai jembatan.
Beban Gempa

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AASHTO 2012 BEBAN HIDUP

Analisa Pembebanan 1. Beban Hidup Kendaraan


Jembatan : Ada empat kelas standar pembebanan jalan raya : H 20, H
Beban mati (DC 15, HS 20, dan HS 15. Pembebanan H15 adalah 75 persen
dan DW) dari HS 20. Apabila yang ditinjau adalah pembebanan
Beban Hidup selain ini, pembebanan tersebut harus diperoleh dengan
(Beban hidup menyesuaikan secara proporsional berat truk standar dan
kendaraan, Pejalan beban lajur yang terkait dengannya. Jembatan yang
kaki) memikul jalan raya antar negara bagian (interstate
Beban Gempa highway) harus didesain dengan meggunakan
pembebanan HS 20-44 atau pembebanan militer dengan
beban setiap gandar 25000 lb maupun yang menghsilkan
nilai tegangan yang terbesar.
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AASHTO 2012 BEBAN HIDUP

Analisa Pembebanan
Jembatan :
Beban mati (DC
dan DW)
Beban Hidup
(Beban hidup
kendaraan, Pejalan
kaki)
Beban Gempa 32 Kip = 14500 Kg

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AASHTO 2012 BEBAN HIDUP

Analisa Pembebanan 2. Beban Pejalan Kaki


Jembatan : Beban pejalan kaki sebesar 0.075 ksf harus diterapkan
Beban mati (DC untuk semua trotoar yang lebih luas dari 2.0 ft dan
dan DW) dianggap secara bersamaan dengan desain beban hidup
Beban Hidup kendaraan di jalur kendaraan. Jika kedepannya trotoar
(Beban hidup dihapuskan, beban hidup kendaraan harus diterapkan
kendaraan, Pejalan pada 1.0 ft dari tepi deck untuk desain overhang dan 2 ft
kaki) dari tepi deck untuk desain dari semua komponen
Beban Gempa lainnya.

0,075 ksf = 366 kg/m2 1.0 feet = 0,305 m


MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DC DD LL IM
DW EH CE AASHTO 2012
Kombinasi beban EV ES BR
EL PS PL Kombinasi dan Faktor Beban
CR SH LS WA WS WL FR TU TG SE EQ BL IC CT CV
Strength I p 1.75 1.00 - - 1.00 0.50/1.20 TG SE - - - - -
Strength II p 1.35 1.00 - - 1.00 0.50/1.20 TG SE - - - - -
Strength III p - 1.00 1.40 - 1.00 0.50/1.20 TG SE - - - - -
Strength IV p - 1.00 - - 1.00 0.50/1.20 - - - - - - -
Strength V p 1.35 1.00 0.40 1.00 1.00 0.50/1.20 TG SE - - - - -
Extreme event I p EQ 1.00 - - 1.00 - - - 1.00 - - - -
Extreme event II p 0.50 1.00 - - 1.00 - - - - 1.00 1.00 1.00 1.00
Service I 1.00 1.00 1.00 0.30 1.00 1.00 1.00/1.20 TG SE - - - - -
Service II 1.00 1.30 1.00 - - 1.00 1.00/1.20 - - - - - - -
Service III 1.00 0.80 1.00 - - 1.00 1.00/1.20 TG SE - - - - -
Service IV 1.00 - 1.00 0.70 - 1.00 1.00/1.20 - 1.00 - - - - -
Fatigue I - 1.50 - - - - - - - - - - - -
Fatigue II - 0.75 - - - - - - - - - - - -

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merancang deck tidak hanya menggunakan Menurut spesifikasi


Perencanaan
beban mati dan beban hidup untuk kontrol AASHTO 2012 minimum
pelat lantai
kekuatannya. Standar AASHTO (American ketebalan deck tidak
Association of State Highway and kurang dari 7 in tidak
Transportation Officials) 2012 menjelaskan termasuk penggilingan,
bahwa untuk perencanaan deck juga grooving dan sacrificial
menggunakan beban hidup kendaraan. surface. Untuk slab dengan
Faktor beban nya dalam keadaan ekstrim kedalaman kurang dari
diambil sebesar 1.0, ini menandakan bahwa, 1/20 dari bentangnya,
pada tingkat pembebanan, kerusakan pada perlu dipertimbangkan
komponen struktural diperbolehkan dan untuk pratekan sejajar
tujuannya adalah untuk mencegah serat rangkanya dalam
runtuhnya setiap komponen struktural. rangka untuk mengontrol
retak.
MUHAMMAD RIZKI ANWAR 7 in = 17,8 cm
1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Diameter Luas Beban Putus Tegangan


Jenis Baja Prategang
girder (mm) 2
(mm ) (kN) Tarik (Mpa)
3 7,1 13,5 1900
Untuk perencanaan balok perlu terlebih 4 12,6 22,1 1750

dahulu kita temukan dimensi dari profil Kawat tunggal (wire) 5 19,6 31,4 1600
7 38,5 57,8 1500
tersebut sesuai dengan kondisi
8 50,3 70,4 1400
jembatan yang akan kita design 9,3 54,7 102 1860
mengacu kepada standar AASHTO Untaian Kawat
12,7 100 184 1840
(Strand)
(American Association of State Highway 15,2 143 250 1750

and Transportations Officials) 2012. 23 415 450 1080


26 530 570 1080
Untuk dimensi profil yang digunakan, Kawat Batangan
29 660 710 1080
penulis mengambil acuan dari PT. (bar)
32 804 870 1080
WIKA Beton. (terlampir) 38 1140 1230 1080

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Elastomer atau landasan umum digunakan


bearing memiliki modulus geser antara 0,080 dan 0,175
ksi, Geser Modulus dari elsatomer pada 73F
Bearing pad atau dalam bahasa yang digunakan sebagai dasar untuk desain. Nilai yang
lebih luas adalah landasan merupakan digunakan dalam desain dan properti lainnya
sistem keseluruhan dari suatu bagian diperoleh dalam standar AASHTO 2012 Pasal
jembatan yang digunakan untuk 14.7.6.2
mentransfer tegangan dari struktur Batas beban yang dapat didukung 500
bagian atas ke struktur bagian bawah lbs/min dan defleksi akan tercatat
yang dapat memberikan pergerakan Percobaan beban untuk penekanan sekitar
pada bagian atas struktur jembatan. 10.000 psi tanpa mengalami patah.
Bearing juga berfungsi untuk Untuk rata-rata nilai tekan tidak boleh kecil
mengakomodasi pergerakan dari 0,075 in dan tidak boleh lebih dari 0,175
Translational dan Rotasional. in juga rata-rata nilai tekan lebih dari 10,000
psi.
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Pada perencanaan pilar yang distandarkan menurut AASHTO


pilar 2012 adalah reaksi beban hidup di pilar dari satu jalur lalu
lintas ditentukan. Reaksi ini dari beban hidup didistribusikan
sebesar 10 ft. Lebar dan reaksi dari truk diterapkan sebagai dua
beban terpusat sebesar 6 ft secara terpisah. Ini berarti bahwa
reaksi beban hidup pada pilar dari setiap jalur lalu lintas adalah
garis beban sebesar 10 ft. lebar dan dua beban terpusat 6 ft.
Beban yang diasumsikan 12 ft. lalu lintas lebar jalur. Reaksi dari
seragam memuat dan truk dapat dipindahkan dalam lebar jalur
lalu lintas, namun, tak satu pun dari dua beban truk dapat
ditempatkan lebih dekat dari 2 ft. dari tepi jalur lalu lintas.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Pada perencanaan abutment panjang yang


abutment distandarkan menurut AASHTO 2012 adalah
maksimum sebesar 600 ft untuk jembatan
beton dan 400 ft untuk jembatan baja. Standar
terebut didefinisikan sesuai dengan iklim di
daerah yang akan dibangun jembatan. Selain
itu kita juga perlu melakukan perencanaan
wing wall, expansion joint, pile cap, approach
slab, dan bearing pad.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR
BAB III METODOLOGI
TUGAS AKHIR

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Pengumpulan
data
Data - data diperoleh dari project jembatan yang diangkat pada topik tugas akhir penulis. Data
yang digunakan merupakan data jembatan yang telah selesai dikerjakan dengan metoda
perencanaan yang berbeda. Untuk data data sekunder yang dibutuhkan pada tugas akhir ini
diasumsikan sendiri, baik itu dari dosen pembimbing maupun yang lainnya. Untuk data yang
berkenaan dengan estimasi biaya, untuk acuan analisa harga satuannya diperoleh dari
Kementrian Pekerjaan Umum (PU) yang terbaru sesuai periode nya.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Untuk data-data teknis jembatan tersebut adalah sebagai berikut :


a) Panjang jembatan = 74,180 m
b) Jumlah bentang jembatan = 3 bentang
- Bentang 1 = 16,440 m
- Bentang 2 = 41,290 m
- Bentang 3 = 16,450 m
c) Lebar jembatan =9m
d) Lebar jalur =6m
e) Lebar trotoar =1m
f) Tebal pelat = 250 mm
g) Profil girder = I-girder (prestress)
h) Jumlah girder = 4 buah
i) Jarak antar girder = 2,1 m

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Preliminary
Design
Untuk tinggi girder, berdasarkan jembatan yang ditinjau yaitu merupakan jembatan
tipe balok I prategang dengan bentang sederhana (simple span) maka tinggi
minimumnya sebesar 0,045 L (0,045 dari panjang jembatan tersebut) diperoleh tinggi
minimum sebesar 0,7398 m untuk bentang 1. Untuk desain digunakan girder dengan
tinggi 90 cm dan dimensi lainnya mengikut kepada tabel profil girder yang dimiliki oleh
PT. Wika Beton terlampir pada lampiran.
Untuk tebal pelat lantai, sesuai dengan kasus jembatan yang ada yaitu jembatan
dengan tipe pelat lantai nya beton bertulang, maka tinggi atau tebal minimumnya
sebesar (1,2S + 10) / 30 (S adalah jarak antar girder). Diperoleh tebal minimumnya
sebesar 185 mm. Untuk desain digunakan tebal pelat lantai sebesar 250 mm.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Analisa Pembebanan Struktur Perencanaan Pelat Lantai

Pada perencanaan kali ini berdasarkan Pada Preliminary design pelat lantai jembatan
kasus jembatan yang ditinjau beban- tebal diasumsikan sebesar 250 mm sesuai
beban yang bekerja pada struktur pelat dengan standar AASHTO (American Association
lantai dan girder diantaranya beban dari of State Highway and Transportation Official)
struktur itu sendiri (DC), beban mati 2012 dimana syarat minimum dari tebal
tambahan (DW), beban hidup dari tersebut adalah (1,2S + 10) / 30 (S adalah jarak
kendaraan lalu lintas (LL), dan beban antar girder) diperoleh 185 mm.
pejalan kaki (PL). Sedangkan pada pier Untuk pembebanan struktur pelat lantai,
dan abutment beban yang bekerja sama beban-beban yang bekerja terdiri dari beban
hal nya dengan beban yang bekerja struktur itu sendiri (DC), beban mati tambahan
pada struktur pelat lantai dan girder (DW), beban hidup dari kendaraan lalu lintas
ditambah dengan beban gempa. (LL), dan beban pejalan kaki (PL) sehingga
diperoleh nilai momen yang berguna untuk
MUHAMMAD RIZKI ANWAR perencanaan beton bertulang pelat lantai.
1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Perencanaan Balok Perencanaan Bearing

Untuk perencanaan balok perlu terlebih Elastomer umumnya digunakan


dahulu kita temukan dimensi dari profil memiliki modulus geser antara 0,080
tersebut sesuai dengan kondisi jembatan yang dan 0,175 ksi dan kekerasan nominal
akan kita design mengacu kepada standar antara 50 dan 60. Modulus geser
AASHTO (American Association of State dari elastomer pada 73F digunakan
Highway and Transportations Officials) 2012. sebagai dasar untuk desain.
Setelah itu pada perencanaan balok prategang, Elastomer dapat ditentukan oleh
akan dilakukan juga perencanaan tendon. Pada modulus geser atau kekerasan. Jika
perencanaan tendon kita akan mendapatkan elastomer yang ditentukan secara
output berupa jenis tendon yang digunakan eksplisit oleh modulus geser, nilai
beserta dimensi dan jumlahnya untuk balok yang digunakan dalam desain dan
jembatan tersebut. properti lainnya yang telah
ditentukan pada AASHTO 2012.
MUHAMMAD RIZKI ANWAR
1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Perencanaan Pier dan


Abutment

Pier merupakan bagian struktur bawah jembatan yang berfungsi sebagai penyalur
beban dari struktur atas ke fondasi. Untuk perhitungan desainnya beban beban
yang diperhitungkan berupa beban yang ditransfer dari struktur atas, tekanan tanah
aktif dan pasif jika pier berada pada kedalaman tertentu dan lainnya yang tercantum
pada AASHTO 2012
Pada perencanaan abutment panjang yang distandarkan menurut AASHTO 2012
adalah maksimum sebesar 600 ft untuk jembatan beton dan 400 ft untuk jembatan
baja. Standar terebut didefinisikan sesuai dengan iklim di daerah yang akan dibangun
jembatan. Selain itu kita juga perlu melakukan perencanaan wing wall, expansion
joint, pile cap, approach slab, dan bearing pad.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

Penggambaran hasil Perancangan


dan Metoda Konstruksi

Dari hasil output yang diperoleh kita lakukan penggambaran dengan bantuan
software gambar Autocad. Gambar yang dibuat berupa gambar gambar
realisasinya nanti dengan detail detail yang diperlukan.

Menghitung Rencana Anggaran


Biaya
Output perencanaan yang kita peroleh slanjutnya akan kita hitung RAB nya dengan
mengikuti Analisa Harga Satuan (AHS) yang didapat dari Kementrian Pekerjaan
Umum (PU) sesuai dengan periode nya.

MUHAMMAD RIZKI ANWAR


1311052005
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai