FORENSIK
PADA KASUS KERACUNAN
KELOMPOK D FK UWKS PROBOLINGGO
Oleh : Pembimbing:
Kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat mengancam keselamatan nyawa sendiri
ataupun orang lain
Penyalahgunaan narkoba dan kasus keracunan makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan
berbahaya lainnya
Faktor yang Mempengaruhi Daya Kerja Racun
Dosis
Umur
Idiosinkrasi atau kepekaan individu
Cara masuk racun kedalam tubuh
Keadaan umum korban
Adanya kebiasaan pemakaian suatu bahan atau obat
Daya kerja kumulatif
Kombinasi kimia maupun mekanis
Adanya sinergisme
Adanya metabolisme bahan dalam tubuh.
Cara Terjadinya Keracunan
Self Poisoning
Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja atau terjadi
karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan
Accidental Poisoning
Merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan
Attempted Suicide
Pasien bermaksud untuk bunuh diri
Homicidal Poisoning
Terjadi akibat tindak kriminal dimana seseorang dengan sengaja meracuni seseorang.
Pasal Terkait Kasus Keracunan
Peran dokter ahli toksikologi forensik dalam kasus keracunan diperlukan guna mengetahui
apakah korban diperkirakan meninggal karena bunuh diri, kecelakaan ataukah karena
pembunuhan.
Tabel.
Pengambilan bahan
dari korban keracunan
fatal, jumlah dan jenis
racun yang
terakumulasi pada
bahan tersebut
Pemeriksaan Toksikologi
Pada korban hidup : Kasus-kasus tertentu :
Sisa makanan/minuman Keracunan Alkohol :
Obat-obatan, bhn penyebab keracunan - darah V.Femoralis
Bhn muntahan / hsl kumbah lambung - urine
Urine, darah & faeses Bila darah (-) :
- sum-sum tulang
- jaringan otot
Keracunan kronis Arsen :
- rambut, kuku & tulang.
Pemeriksaan Toksikologi
Syarat tempat atau wadah Syarat Pengawet
Wadah : - gelas/plastik (inert) Pengawet : Alkohol 96%
- mulut lebar Bisa : es batu, dry ice, Na fluoride, merkuri
- dapat ditutup rapat nitrat
Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
- bersih dari zat kimia (baru)
Seal dgn parafin
Jumlahnya minimal 3 buah :
Ikat tali tidak bersambung
Wadah I : organ trac. urogenitalis
Beri label
Wadah II : organ hati, gastrointestinalis
Segel ( lak + cap segel dinas ).
Wadah III : organ lainnya.
Pemeriksaan Toksikologi
Syarat surat-surat
Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat).
Surat tentang laporan otopsi
Berita acara pembungkusan & penyegelan (+ cap segel dinas)
B. Pelaksanaan Analisa
1. Tahap Isolasi (ekstraksi).
2. Tahap Identifikasi / deteksi.
Pemeriksaan Toksikologi
1. Tahap Isolasi
Penting dalam keberhasilan analisa
Pilih Metoda ekstraksi yg paling tepat :
- Metoda umum
- Metoda khusus
Pemeriksaan Toksikologi
Racun gas
diisolasi dari darah atau paru-paru dengan aerasi. Untuk deteksi dan identifikasi racun
golongan ini, racun dikumpulkan dari tempat kejadian/sumber keracunan.
Racun yang menguap pada destilasi uap air
Racun ini diisolasi dengan cara destilasi uap air. Dibagi 2 golongan yaitu :
Menguap pada destilasi uap air suasana asam misalnya : carbon tetrachloride, chloroform,
sianida, ethanol, methanol, phenol, phosphor (kuning)
Menguap pada destilasi uap air suasana basa misalnya : amphetamine, aniline, meperidine,
methadone, nicotine.
Racun logam
Diisolasi dengan cara dry ashing (destruksi bahan organic dengan panas tinggi), atau dengan
pemanasan suasana asam kuat, atau dengan oksidasi kuat (wet ashing) dengan penambahan
oksidator kuat pada larutan.
Pemeriksaan Toksikologi
Racun golongan anion
Diisolasi dengan metode pertukaran ion (ion exchange method).
Racun organik yang tidak mudah menguap
Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi memakai pelarut organik, mengatur derajat pH
sehingga dapat dipisahkan menjadi 5 sub grup :
Asam kuat : salisilat, chlorothiazide
Asam lemah : barbiturate, acetaminophen
Netral : meprobamat, metyprylon
Basa : codein, phenothiazine, kinina
Amtofer : morphine, hydromorphone
Pemeriksaan Toksikologi
2. Tahap identifikasi dan deteksi
Hasil ekstraksi --> Purifikasi --> Konsentrasi --> Identifikasi/deteksi Kualitatif & Kuantitatif
Tdd. : Spot test / Color test
Khromatografi : - Paper
- Thin layer
- Gas
Spektrofotometri : - UV / IR
Immunoassay
Dll.
Pemeriksaan Toksikologi
C. Interpretasi hasil
Memberikan arti (interpretasi) terhadap hasil analisa dalam hal hubungan konsentrasi racun hasil
analisa dgn efek fisiologis.
Mis : Untuk racun bekerja sistemik, harus dibuktikan adanya Absorpsi, Distribusi &
Metabolisme --> efek fisiologis
Normal konsentrasi/Dosis terapi
Dosis toksis
Dosis letalis
Klasifkasi Racun
Racun Anorganik
a. Racun korosif (Acid korosif, Alkaline korosif, Organik korosif)
b. Racun Metalik dan non Metalik (contoh: Arsenikum, Mercury, Mercury chloride)
Racun Organik
Racun volatil (contoh: Methanol)
Racun non volatil (contoh: Barbiturate)
Racun Gas (contoh:CO, CO2)
Racun lain-lain
Insektisida (contoh: Organofosfat)
Racun makanan (contoh: Sianida)
Racun Anorganik
a. Racun korosif
Acid Corrosive
Asam Mineral : ASAM SULFAT, asam klorida, asam nitrat
Asam Organik : asam oksalat, acetat, asam formiat
Halogenida : klorin, bromin, iodine, fluorine
Alkaline Corrosive
Organic Corrosive
Asam Sulfat
Dosis toksis 4 ml, sedangkan konsentrasi yang aman di udara sekitar 10 p.p.m.
Asam sulfat (H2SO4) berupa cairan kental (menyerupai minyak), tidak berbau, tidak berwarna,
tidak menguap.
Cara Kejadian:
Paling banyak untuk bunuh diri
Sering karena kecelakaan, contoh: terminum karena disangka obat, tercampur makanan
Jarang untuk pembunuhan
Perisitiwa penganiayaan dengan menyiramkan asam sulfat pekat pada tubuh seseorang
Asam Sulfat
Gejala Klinis:
Jika terminum, timbul nyeri hebat seperti terbakar pada mulut, kerongkongan dan perut.
Muntah warna coklat kohitaman, berdarah, terdapat potongan mukosa bereaksi asam.
Rasa haus yang hebat, sulit menelan dan bicara
Sulit bernafas
Kesadaran baik
Korban cepat lemah lalu tidak sadar
Syok dan korban dapat meninggal
Asam Sulfat
Kematian timbul 18-24 jam setelah keracunan, dapat terjadi lebih cepat jika:
Syok setelah terjadi edema & spasme mukosa laring apabila racun dimuntahkan & terinhalasi
Racun masuk ke rongga peritoneum karena kerusakan lambung akibat pemasangan NGT.
Pemeriksaan Dalam :
Adanya luka etsa warna coklat kehitaman pada kulit sekitar mulut, bibir
Luka etsa warna coklat kehitaman di mukosa mulut, faring, esophagus dan gaster
Kadang ditemukan perforasi dinding gaster
Adanya tanda iritasi mukosa duodenum, usus halus
Edema laring, bronchitis supuratif dan pneumonia peribronchial
Racun Anorganik
a. Racun korosif
Acid Corrosive
Asam Mineral : asam sulfat, ASAM KLORIDA, asam nitrat
Asam Organik : asam oksalat, acetat, asam formiat
Halogenida : klorin, bromin, iodine, fluorine
Alkaline Corrosive
Organic Corrosive
Asam Klorida
Dosis letalis 15ml
Asam Klorida (HCl) merupakan cairan tidak berwarna, berasap, bau tajam dengan sifat
korosifnya sama dengan asam sulfat namun lebih ringan
Cara Kejadian:
Paling banyak untuk bunuh diri
Sering karena kecelakaan: dimasukkan dalam tubuh akibat kekeliruan dalam pengobatan.
Jarang digunakan untuk pembunuhan
Gejala Klinis:
Nekrosis mukosa lambung namun tidak sampai mengakibatkan karbonisasi.
Sebab kematian sama dengan asam sulfat namun kerusakan yang ditimbulkan lebih ringan.
Racun Anorganik
a. Racun korosif
Acid Corrosive
Asam Mineral : asam sulfat, asam klorida, ASAM NITRAT
Asam Organik : asam oksalat, acetat, asam formiat
Halogenida : klorin, bromin, iodine, fluorine
Alkaline Corrosive
Organic Corrosive
Asam Nitrat
Dosis toksis peroral sekitar 7 gram
Asam sitrat berupa cairan kental berasap, tidak berwarna, pada penyimpanan akan berubah
kekuningan akibat pengaruh udara dan sinar matahari
Cara kejadian keracunan :
bunuh diri
kecelakaan
pembunuhan
Gejala klinis dan sebab kematian mirip dengan asam sulfat.
Racun Anorganik
a. Racun korosif
Acid Corrosive
Asam Mineral : asam sulfat, asam klorida, asam nitrat
Asam Organik : asam oksalat, acetat, asam formiat
Halogenida : klorin, bromin, iodine, fluorine
Alkaline Corrosive
Organic Corrosive
Alkaline Corrosive
Yang termasuk alkaline corrosive adalah golongan basa kuat organic:
kalium/natrium hidroksida
natrium/kalium carbonat
ammonia
Efek kimia alkaline corrosive berbeda dengan acid corrosive, luka etsa yang diakibatkan bersifat :
lunak & basah
oedematous
warna merah/kecoklatan
pada perabaan terasa licin/ halus seperti sabun
Alkaline Corrosive >>> Kalium Hidroksida
Dosis letalis kalium hidroksida (KOH) antara 200mg-28.5 gram.
Sifat-sifat :
KOH berupa sedian padat, warna putih keabuan, larutan dalam air licin seperti sabun & pahit
Sangat merusak kulit apabila kontak
Dapat menimbulkan nekrosis pada jaringan yang terkontaminasi
Cara kejadian :
Paling banyak bunuh diri
Sering akibat kecelakaan
Pembunuhan jarang kecuali pada anak-anak, dimana racun diberikan secara paksa.
Alkaline Corrosive >>> Kalium Hidroksida
Gejala klinis :
Timbul rasa terbakar pada mulut, kerongkongan dan epigastrium, muntah warna coklat
kemerahan bercampur darah
Denyut nadi cepat dan lemah
Pernafasan cepat dan dangkal
Serta kulit pucat dan dingin serta berkeringat.
Sebab Kematian :
Timbul dalam waktu 3 jam akibat shock.
Biasanya dapat hidup sampai beberapa hari, kemudian meninggal akibat bronchopneumonia
Pada jangka lama terjadi fibrosis striktura oesophagus, korban akan meninggal karena starvation
Alkaline Corrosive >>> Kalium Hidroksida
Pemeriksaan Dalam :
Mukosa mulut dan oesophagus bengkak dan basah, berwarna putih atau coklat.
Lambung dan saluran pencernaan bagian atas bengkak, basah berwarna merah, coklat dan
hitam.
Racun Anorganik
a. Racun korosif
Acid Corrosive
Asam Mineral : asam sulfat, asam klorida, asam nitrat
Asam Organik : asam oksalat, acetat, asam formiat
Halogenida : klorin, bromin, iodine, fluorine
Alkaline Corrosive
Organic Corrosive
Organic Corrosive
Golongan yang sering menimbulkan keracunan saat ini adalah : Phenol group dan Formaldehyde.
Golongan phenol group yang paling sederhana adalah PHENOL (C6H5OH) atau disebut juga
Carbolic acid
Formaldehyde >> FORMALIN
Organic Corrosive >>> Phenol
Dosis toksis 300-350 mg, dosis letalis 14 g, kematian dapat terjadi pada dosis 3 phenol murni
Dalam bentuk murni, berupa Kristal jernih, seperti jarum dengan sedikit warna merah muda
Kegunaannya terutama sebagai anti septik atau desinfektansia.
Cara kejadian:
Umumnya terdapat pada kasus-kasus bunuh diri.
Sering akibat kecelakaan misalnya :
Minum alcohol
Tersiram pada kulit
Dipakai di luar pengobatan, misalnya untuk abortus atau untuk kontrasepsi
Jarang sekali untuk tujuan pembunuhan
Organic Corrosive >>> Phenol
Gejala Klinis :
Mula-mula mukosa kulit berubah warna keputih-putihan disertai anaesthesia, diikuti
perubahan setelah 1 jam atau lebih menjadi kemerahan, akhirnya mnjadi gangrene
Rasa terbakar pada kerongkongan, mulut dan perut, muntah dengan bau yang khas (bau
phenol).
Sakit kepala
Otot menjadi lemah
Nadi cepat
Delirium
Coma
Organic Corrosive >>> Phenol
Gejala Klinis :
Pernafasan yang tidak teratur
berkeringat dingin
wajah makin pucat
kadang-kadang konvulasi akibat efek toksin racun yang hebat.
Urine berwarna hijau gelap dan biasanya mengandung albumin ,blood cash akibat dari
retensi/iritasi ginjal
Kematian terjadi antara 2-12 jam
Kematian segera biasanya karena shock, gagal nafas,cardiac collapse.
Kematian yang lebih lama karena kerusakan ginjal atau hepar
Organic Corrosive >>> Phenol
Pemeriksaan dalam :
Luka etsa berwarna coklat dalam mulut (bila keracunan peroral)
Lidah berwarna putih kelabu dan bengkak
Lambung dan terutama usus kecil berwarna keabuan terdiri dari jaringan nekrosis, mukosa
berwarna antara merah sampai coklat serta bengkak.
Kadang karena inhalasi racun waktu muntah tampak inflamasi larynx dan saluran pernafasan.
Organ kongesti karena efek depresi terhadap SSP, miokard dan pembuluh darah kapiler.
Ginjal mengalami cloudy swelling dan nekrosis pada bagian cortex
Hati mengalami nekrosis pada beberapa daerah tertentu
Darah berwarna merah gelap.
Organic Corrosive >>> Formalin
Dosis toksis 60-90 ml, dapat berlangsung dalam periode fatal selama 1-2 hari
Gejala dan Tanda
Paparan akut:
Kontak kulit: pengerasan kulit, kulit pecah, perdarahan, dermatitis kontak
Inhalasi: mata terbakar dan lakrimasi, batuk keras, konstriksi saluran napas dan palpitasi, gejala
mirip asma
Tertelan: sama seperti asam korosif kuat, takikardi ekstrim, suhu tubuh rendah
Paparan kronis: PPOK, penurunan kapasitas ventilasi, neuritis optikus
Organic Corrosive >>> Formalin
Pemeriksaan dalam
1. Bau: formaldehid pada bagian tubuh yang terbuka (mulut, bekas luka)
2. Mukosa lambung: keras dan kaku seperti kulit hewan olahan, berwarna merah, terinflamasi
dan tampak erosi
3. Organ internal: terdapat kongesti
4. Liver: degenerasi lemak (Fatty Degeneration)
Motif Kematian
1. Keracunan secara tidak disengaja
2. Tetapi bunuh diri dan pembunuhan juga telah dilaporkan.
3. Occupational Hazard : petugas laborat dan peminyak mayat.
Racun Anorganik
a. Racun korosif (Acid korosif, Alkaline korosif, Organik korosif)
b. Racun Metalik dan non Metalik (contoh: Arsenikum, Mercury, Mercury chloride)
Racun Organik
Racun volatil (contoh: Methanol)
Racun non volatil (contoh: Barbiturate)
Racun Gas (contoh:CO, CO2)
Racun lain-lain
Insektisida (contoh: Organofosfat)
Racun makanan (contoh: Sianida)
Racun metalik adalah semua racun yang mempunyai elemen logam dalam molekulnya.
Contoh racun metalik :
ARSENIKUM
MERKURI
Merkuri klorida
Arsen
Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik memiliki simbol As dan
nomor atom 33
Merupakan logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik
Sumber paparan arsen :
lingkungan (air minum, tanah, ikan, kerang, bir, tembakau)
industri (metalurgi, pabrik gelas, pabrik zat pewarna)
rumah tangga (pembasmi rumput, semut, kecoa)
bahan farmasi atau obat-obatan yang mengandung arsen
Gejala klinis >>
Arsen
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan laboratorium: kadar arsen dalam darah, urin, rambut, dan kuku meningkat. Nilai
normal kadar arsen rambut : 0,5 mg/kgBB, kuku : 1 mg/kgBB. Dalam urin arsen dapat
ditemukan 5 jam setelah diminum dan dapat terus ditemukan sampai 10-12 hari.
Uji Reinsch
Uji Gutzeit
Uji Marsh
Arsen
Terapi:
Bila akut, kerjakan kumbah lambung untuk mengeluarkan sisa-sisa racun
Antidotum kimia : campuran larutan ferri chloride encer dengan magnesium oksida dan air
(antidotum arsenicosum)
Antidotum fisiologis : BAL (british anti lewisite, mercaprol, 2,3, dimercaptopropanol)
Diberikan secara i.m dari larutan 10 % dalam minyak setiap 4 jam sampai gejala keracunan
teratasi. Dosis antara 2,5-5 mg/kg berat badan.
Arsen
Pemeriksaan dalam:
Mukosa lambung membengkak dan berwarna merah gelap
Terdapat perdarahan submucous dari gaster
Adanya arsenic pada dasar luka etsa lambung
Bintik perdarahan pada subendocardial pada septum interventricularis
Hepar mengalami degenerasi lemak
Merkuri
Merkuri (air raksa, Hg) banyak ditemukan dalam batu batuan, biji tambang, tanah, air dan
udara sebagai senyawa anorganik dan organik.
Dosis fatal garam merkuri adalah 1 gr.
Efek toksisitas :
Inhalasi: paling sering menyebabkan keracunan
Intravena dapat menyebabkan emboli paru.
Gagal ginjal, proteinuri, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan
imunologis.
Parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang
Merkuri
Gas tidak berwarna dan berbau. Berat jenis lebih besar dari udara yaitu 1,5 sehingga
menumpuk pada tempat terendah dari suatu tempat
gas CO2 dapat ditemukan pada: Gunung berapi, gua-gua yang dalam, sumur tua tak terpakai,
ruang bawah tanah tanpa ventilasi, tambang-tambang, ruang bawah kapal
Toksisitas
Konsentrasi 0,1-0,5% di udara sudah menimbulkan gejala sakit kepala, lemah, lesu.
Konsentrasi 8-9% di udara sudah membahayakan karena dapat menyebabkan sesak nafas.
Konsentrasi diatas 12% dapat menimbulkan kematian.
Karbon Dioksida
Gejala Klinis
Karbon dioksida menyebabkan asfiksia.
Gejala yang dapat timbul antara lain sakit kepala, telinga berbunyi (tinnitus), nausea,
perspirasi, otot menjadi lemah, somnolensi hebat, tekanan darah meningkat, cyanosis, nafas
cepat, collaps, coma.
Terapi
Keluarkan korban dari sumber keracunan
Penolong harus memakai masker gas oksigen
Berikan pernafasan buatan bila telah keluar dari sumber racun
Berikan gas oksigen dan terapi simptomatis.
Karbon Dioksida
Pemeriksaan toksikologi
Ambil botol dengan kapasitas 1 liter. Ikat leher dan bagian alas botol masing-masing dengan
tali.
Isi dengan air sampai penuh, turunkan ke tempat yang dicurigai mengandung gas CO2 dengan
posisi botol tegak (alas dibawah dan leher botol di atas). Jaga air jangan sampai tumpah.
Setelah sampai pada tempat korban meninggal (kedalamannya), botol dibalik agar semua air
tumpah dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol dan mengulur tali yang mengikat
leher botol.
Botol akan menjadi vacuum sehingga gas CO2 akan masuk ke botol.
Setelah terisi, botol diangkat ke atas dengan posisi tegak agar CO2 dapat terbawa.
Setelah sampai di atas, tutup rapat kemudian diberi label dan disegel.
Karbon Dioksida
Terapi
Korban keracunan akut segera pindahkan dari sumber keracunan (penolong memakai masker
gas oksigen)
Pemberian oksigen atau campuran oksigen dengan CO2 5-7% untuk merangsang pernafasan
Terapi simptomatis infus glukosa untuk mengatasi koma dan mannitol 20% dalam 15 menit
diikuti 500 ml dextrose 5% dalam 4 jam untuk mengatasi cerebral oedema.
Karbon Monoksida
Pemeriksaan jenasah
Lebam mayat cherry red, darah, jaringan otak, otot, jantung paru-paru juga berwarna cherry
red.
Kulit tampak pucat, tergantung konsentrasi CO di udara, waktu pajanan, pigmen kulit,
mukosa membran.
Organ-organ mengalami kongesti dan terdapat bitnik perdarahan pada otot jantung, jaringan
otak, konjungtiva, endokard.
Tidak ditemukan pleura hemorrhagic pada keracunan CO.
Dapat terjadi oedema otak, perlunakan cortex dan nucleus sentralis. Fatty degeneration dan
nekrosis pada ginjal.
Karbon Monoksida
Pemeriksaan toksikologi
Pada korban hidup darah diambil dari vena secepat mungkin karena ikatan CO-Hb cepat
terurai dan keluar tubuh. Pada korban meninggal dapat diambil setiap saat sebelum terjadi
pembusukan.
Analisa kualitatif : alkali dilution, katayama.
Analisa kuantitatif : Van slyke Manometric method Reduksi Palladium chloride
Racun Anorganik
a. Racun korosif (Acid korosif, Alkaline korosif, Organik korosif)
b. Racun Metalik dan non Metalik (contoh: Arsenikum, Mercury, Mercury chloride)
Racun Organik
Racun volatil (contoh: Methanol)
Racun non volatil (contoh: Barbiturate)
Racun Gas (contoh:CO, CO2)
Racun lain-lain
Insektisida (contoh: Organofosfat)
Racun makanan (contoh: Sianida)
Chlorinated Hydrocarbon
Insektisida dalam golongan ini adalah DDT (Dichloro Diethyl Trichloro Ethane), Dieldrin
dan metoxyclor.
Dosis toksis akut adalah 1 gram, dan lethal dose sekitar 20 gram. DDT memiliki sifat Kristal
putih tidak berasa, bau lemah, larut dalam minyak.
Gejala Klinis
Nausea, vomiting, kelemahan otot, tenggorokan nyeri, rahang kaki, dan dapat terjadi kejang
kejang, diikuti koma dan dapat meninggal. Penyebab kematian korban biasa karena ventricular
fibrilasi, dan keracunan konis akibat anorexia dan gagal hepar.
Pemeriksaan dalam
Ditemukan kumulatif racun pada liver dan adanya central hepatic necrosis dan swelling serta
degenerasi sel ginjal.
Organofosfat
Sianida didapatkan pada beberapa tanaman seperti singkong (daun maupun umbinya), buah
pear, apricot
Berupa cairan jernih tidak berwarna.
Letal dose rata-rata sianida 0,25 gram, namun seperempat dosis sudah menimbulkan kematian.
Gejala Klinis
Kegagalan pernafasan
Hipersalivasi, mual, muntah
Sakit kepala, vertigo, photophobia, tinitus,
Pusing, kelelahan, keringat dingin, sianosis
Nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur
Keracunan Sianida
Pemeriksaan Jenasah
Lebam mayat berwarna merah terang (bright red)
Kuku sianosis
Pada waktu membuka organ tercium bau khas pada lambung apabila keracunan peroral
Darah dan organ tubuh berwarna merah terang (bright red)
Kongesti alat-alat / organ tubuh terutama paru-paru
Keracunan Sianida
Pemeriksaan Toksikologi
Kualitatif
Schonbein test
Prussian Blue Test
Kuantitatif
Volumetric secara argentometri
Spectrofotometri
Botulisme