Anda di halaman 1dari 52

ODS MIOPIA

MALIGNA
dan
ODS PRESBIOPIA
Oleh :
Muhamad adi apriliana / 30101206672

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang
2017
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : ASR Rindam
Pekerjaan : PNS GURU
Tanggal Periksa : 6 Juli 2017
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

AUTO ANAMNESIS DILAKUKAN PADA : 6 JULI 2017 di poli mata


Pasien mengeluh Mata kanan dan kiri terasa kabur jika melihat jauh.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan melihat jauh
kabur melihat dekat juga kurang jelas. keluhan tersebut dirasakan sejak usia 14 tahun
yaitu kelas 2 SMP pada saat itu status miopia pasien -2,00 selisih antara kanan dengan
kiri, kemudian seiring berjalannya waktu saat melahirkan anak pertama di usia 22 tahun
status miopia nya bertambah, kemudian lahir anak ke-2 5 tahun setelah anak pertama di
usia 27 tahun status miopianya bertambah kemudian melahirkan anak ke 3 10 tahun
selanjutnya status miopianya bertambah, dan di tahun 2005 3 tahun setelah melahirkan
anak ke-3 setelah pasien operasi telinga miopianya bertambah kembali menjadi mata
kanan -7 mata kiri -6. keluhan dirasa terus menerus siang dan malam sama saja tidak
jelas, dahulu ketika SMP sampai usianya 40 tahun jika membaca harus dari dekat namun
sejak usia 47 tahun jika membaca harus menggunakan kacamata baca. pasien mengaku
menggunakan kaca mata lensa positif (+) sejak usia 47 tahun.
Contd
karena merasakan kacamatanya sekarang sudah kurang jelas dan mengganggu
kegiatannya sehari hari maka pasien memeriksakan diri ke dokter spesialis
mata.
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat serupa sebelumnya : diakui


Riwayat infeksi pada mata : disangkal
Riwayat trauma seperti terkena bahan kimia : disangkal
Riwayat trauma langssung / tidak langsung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : diakui
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan serupa : ibu (+) miopia, anak pertama (+) miopia
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien sebagai PNS Guru. Biaya pengobatan ditanggung BPJS, kesan ekonomi cukup.
Pemeriksaan fisik
Status Umum
Kesadaran : Compos mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Sign
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36C
Status ophtalmicus
Diagnosis banding
Refraksi anomali
1. ODS Miopia
Dipertahankan karena pasien mengeluh kurang jelas jika melihat jauh dan jika diberi koreksi dengan lensa sferis (-)
membaik.
Miopia stasioner : disingkirkan karena sampai saat ini miopianya terus bertambah dan >6.00D
Miopia progresif : disingkirkan karena sampai saat ini miopianya terus bertambah dan >6.00D dan ditemukan kelaianan
pada fundus okuli.
Miopia maligna : dipertahankan karena sampai saat ini miopianya terus bertambah dan >6.00D dan ditemukan kelaianan
pada fundus okuli.
2. ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pasien terutama mengeluhkan kabur pada penglihatan jauh dan setelah dilakukan koreksi lebih
nyaman dengan lensa sferis (-).
3. ODS Astigmatisma
Disingkirkan karena setelah dilakukan koreksi lebih nyaman dengan lensa sferis
(-) tanpa menggunakan lensa silindris.
4. ODS Anisometropia
Disingkirkan karena selisih miopia antara OD dengan OS < 3,00D
Kelainan akomodasi
Presbiopia: dipertahankan karena mengeluh kabur saat membaca dan terasa
pegal, usia 51 tahun dan setelah dilakukan koreksi kacamata untuk membaca
sesuai umur yaitu + 2,25 membaca menjadi lebih jelas dan nyaman.
DIAGNOSIS KERJA
ODS miopia dan ODS presbiopia.

Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
Terapi
ODS Miopia maligna
Non Medikamentosa
Kacamata : diberikan kacamata dengan lensa Sferis () OD -7,75 & OS -7,00 6/6 (enak)
Medikamentosa
Oral
Tidak diperlukan
Topikal
Tidak diperlukan
Parenteral
Tidak diperlukan
Operatif
LASIK : tidak dilakukan karena miopianya masih bertambah terus menerus.
ODS Presbiopia
Non Medikamentosa
Kacamata : diberikan kacamata dengan addisi sferis (+) ODS 2,25 sesuai dengan usia pasien yaitu 51 tahun.
Medikamentosa
Oral
Tidak diperlukan
Topikal
Tidak diperlukan
Parenteral
Tidak diperlukan
Operatif
Tidak diperlukan
Edukasi
Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi tidak bisa disembuhkan namun
dapat diperbaiki dengan kaca mata minus untuk melihat jarak jauh
Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
Atur jarak baca minimal +- 30 cm.
Hindari membaca sambil tidur berbaring.
Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya setelah membaca, melihat gambar atau
menggunakan komputer lama, berhenti dahulu 15-20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.
Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau helm yang ada kacanya.
Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan angin.
Jika dirasa semakin buram segera periksa kedokter
Menjelaskan bahwa penurunan kemampuan mata yang dialami salah satunya disebabkan
oleh melemahnya otot mata karena usia tua.
Menjelaskan bahwa saat usia tua mata membutuhkan bantuan untuk
berakomodasi/membaca jarak dekat dengan kaca mata baca.
Menjelaskan bahwa penurunan kelainan ini dapat terjadi perubahan terus sehingga pasien
harus sering kontrol dan menyesuaikan ukuran kaca mata baca pasien dengan pertambahan
usia sampai usia 60 tahun.
Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya
ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin
fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
Prognosa

Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister

Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad sanam ad malam ad malam

Quo ad functionam Ad Bonam Ad Bonam

Quo ad kosmetikan Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad vitam Ad Bonam Ad Bonam


RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya
karena dari pemeriksaan klinis ditemukan kelainan pada ilmu kedokteran
lainnya.
Landasan teori
Anatomi fisiologi optik

Ukuran bola mata normal dewasa


Diameter Anteroposterior : 24mm
Diameter horizontal : 23,5mm
Diameter vertical : 23mm
Lingkar bola mata : 75mm
Volume : 6,5ml
MIOPIA
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu seseorang tidak
bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan jelas benda-
benda yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda yang terletak
jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.
Klasifikasi

Borish and Duke-Elder membagi beberapa bentuk miopia menjadi :


Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama
dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
Kurvatura miopia adalah banyaknya atau peningkatan lengkungan satu atau lebih dari permukaan
refraksi dari mata, terutama kornea. Pada pasien dengan sindrom Cohen, miopia biasanya diakibatkan
oleh tingginya tenaga kornea dan lentikular.
Indeks miopia adalah variasi pada indeks refraksi dari satu atau lebih dari media okular.
Miopia aksial, miopia akibat penjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
Klasifikasi menurut kekuataan dan tenaga optik
lensa
Miopia diukur dalam satuan dioptri menurut kekuatan dan tenaga optik dari lensa, dapat dibagi menurut derajat
beratnya yaitu :
Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Pasien dengan miopia sedang lebih cenderung
terkena sindrom penyebaran pigmen atau glukoma pigmentasi.
Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
Pasien dengan miopia berat atau tinggi juga sering melihat floaters , bentuk seperti bayangan yang terlihat tunggal
atau berkelompok pada lapang pandang. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus
okuli seperti miopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang
berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Secara
garis besar, 30% dari pasien yang menderita miopia adalah kelompok miopia berat atau tinggi.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk

Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa


Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia
maligna = miopia degeneratif.
Patogenesis
Refraksi :
Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang. Sampai saat
ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada
pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit
keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia
tampaknya terjadi secara insedental.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia adalah :
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : kelemahan genetik terhadap
faktor lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya
miopia antara individu atau populasi. Namun jika terjadi perubahan
lingkungan adanya televisi dan komputer- dapat mengubah insiden dari
miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-dipengaruhi oleh
genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi
lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.
Faktor genetik: banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan
bukti tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia.
Peneliti juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan
dengan terjadi miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor
genetik dapat bekerja melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan
miopia, lemahnya atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang
penting.
Faktor lingkungan: teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja
tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat
dan latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki
kemampuan untuk melihat jauh.
Gejala klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh.
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang
ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia
(myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada.
Badan kaca : dapat ditemukan floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan miopia.
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga
seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina
pada daerah makula.
Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini
maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
Koreksi Miopia dengan Menggunakan
Kaca mata

Pembuatan kacamata untuk Miopia membutuhkan alat seperti Snellen chart,


E chart, C chart. Kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata.
Dikoreksi dari Spheris negatif sampai pandangan jelas dan diambil spheris
yang terkecil.
Koreksi Miopia dengan Menggunakan
Lensa Kontak

Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang
sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak
keras (hard lens).
Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak
disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan
lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).
Koreksi Miopia Operasi (Refractive Surgery)

1. LASIK
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang
menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara
merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan
LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa
kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia),
rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).
2. Radial keratotomi (RK)
Insisi dengan pola seperti jari-jari radial pada parasentral kornea untuk
melemahkan bagian dari kornea. Bagian yang curam pada kornea akan menjadi
lemah sedangkan bagian central kornea akan mendatar. Hasil dari perubahan
refraktif tergantung pada ukuran zona optiknya dan jumlah serta dalamnya
insisi.
3. Photorefraktive Keratektomi (PRK)
PRK adalah suatu prosedur dimana kekuatan kornea dikurangi dengan
menggunakan ablasi laser pada central kornea. Data dari beberapa penelitian
menyatakan bahwa 48-92% pasien mendapatkan ketajaman penglihatan 6/6
setelah melakukan prosedur ini. Pasien kadang-kadang menyatakan tidak ada
perbaikan setelah PRK, namun PRK ini lebih baik daripada RK. Baik RK
maupun PRK ini diindikasikan untuk miopia ringan dan sedang.
Komplikasi
Komplikasi dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio
retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia
atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-
menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau terdapat ambliopia
presbiopia
DEFINISI
Presbiopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan punctum
proksimum mata menjadi jauh. Hal ini disebabkan karena telah terjadi
gangguan akomodasi yang terjadi pada usia lanjut. Presbiopia merupakan suatu
keadaan yang fisiologis, bukan suatu penyakit dan terjadi pada setiap mata
Etiopatogenesis
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka
lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya
daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur
secara sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata
elastisitasnya berkurang pada usia lanjut akibat proses sklerosis yang terjadi pada
lensa mata.
Gejala klinis
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering
terasa pedas.
Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada
awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.
Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan
punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik
dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.
Pemeriksaan
Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun astigmatismat)
Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita presbiopia adalah dengan menggunakan kacamata
sferis positif (S+), yang kekuatannya sesuai dengan umur pasien. Pada kacamata
baca diperlukan koreksi atau penambahan sesuai dengan bertambahnya usia pasien
biasanya adalah :
+1.0 D untuk usia 40 tahun
+1.5 D untuk usia 45 tahun
+2.0 D untuk usia 50 tahun
+2.5 D untuk usia 55 tahun
+3.0 D untuk usia 60 tahun
ThankYou
For attention

Anda mungkin juga menyukai