Anda di halaman 1dari 14

INVESTASI DALAM

PERSPEKTIF
SYARIAH
Alternatif Instrumen
Investasi
Asset Riil
Asset Riil
1. Property
2. Emas dan Logam
berharga
3. Barang-barang koleksi
Asset Financial
1. Instrumen Pasar Uang
2. Obligasi
3. Saham
4. Reksa Dana
Konsep Dasar Investasi
Syariah
(QS Al-Baqarah;198, 275, 279)

(QS An-Nisa;29)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
(QS Al-Maidah;1)
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu
(Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba
kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia
dalam pergaulan sesamanya )
Rasulullah saw melarang jual beli
(yang mengandung) gharar (HR Al
Baihaqi dari Ibnu Umar).
Tidak boleh menjual sesuatu hingga
kamu memiliki (HR Baihaqi dari
Hukaim bin Hizam)
Pendapat para ahli fiqh (ajaran
Islam), sesuatu yang dilarang atau
diharamkan adalah ;

Haram karena bendanya (zatnya)


Pelarangan kegiatan muamalah ini
disebabkan karena benda atau zat yang
menjadi objek dari kegiatan tersebut
berdasarkan ketentuan al Quran dan
Hadist telah dilarang/ diharamkan.
Benda-benda tersebut, antara lain : 1.
Babi, 2. Khamr (minuman keras), 3.
Bangkai binatang, 4. Darah.
Haram selain karena bendanya (zatnya)
Pengertian dari pelarangan atas kegiatan ini
adalah suatu kegiatan yang objek dari kegiatan
tersebut bukan merupakan benda-benda yang
diharamkan karena zatnya artinya benda-
benda tersebut benda-benda yang dibolehkan
(dihalalkan). Akan tetapi benda tersebut
menjadi diharamkan disebabkan adanya
unsur :
a. Tadlis
b. Taghrir/ Gharar
c. Riba
d. Terjadinya : Ikhtikar dan Bay Najash
Tidak sahnya akadnya
Seperti halnya dengan pengharaman
disebabkan karena selain zatnya maka
pada kegiatan ini benda yang dijadikan
objeknya adalah benda yang berdasarkan
zatnya dikategorikan halal (dibolehkan)
tetapi benda tersebut menjadi haram
disebabkan akad atau penjanjian yang
menjadikan dasar atas transaksi tersebut
dilarang/ diharamkan oleh ajaran Islam.
Fatwa DSN yang mengatur
tentang kegiatan investasi
syariah

Dewan Syariah Nasional (DSN)


suatu lembaga dibawah MUI
(Majelis Ulama Indonesia) yang
dibentuk tahun 1999 telah
megeluarkan ketentuan mengenai
kegiatan investasi di pasar modal
syariah.
Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-
MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003
tentang Pasar Modal Dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah Di
Bidang Pasar Modal, telah
menentukan tentang kriterian
produk-produk investasi yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Pada intinya, produk
tersebut harus memenuhi
syarat, antara lain ;
Jenis Usaha, produk barang dan jasa yang diberikan
serta cara pengelolaan perusahaan Emiten tidak
merupakan usaha yang dilarang oleh prinsip-prinsip
Syariah, antara lain :
a. Usaha perjudian atau permainan yang tergolong
judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Lembaga Keuangan konvensional (ribawi),
termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan
dan minuman haram.
d. Produsen, distributor, dan/ atau penyedia barang/
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Jenis Transaksi harus dilakukan menurut
prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi yang
didalamnya mengandung unsur dharar,
gharar, maysir, dan zhulm meliputi : najash,
bai al madun, insider trading,
menyebarluaskan informasi yang
menyesatkan untuk memperoleh
keuntungan transaksi yang dilarang,
melakukan investasi pada perusahaan yang
pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang
perusahaan kepada lembaga keaungan
ribawi lebih dominan dari modalnya,
margin trading dan ikhtikar.
Produk-produk Investasi di pasar
Modal
yang sesuai prinsip syariah
berupa:
Saham
Suatu bukti penyertaan modal dalam suatu
perusahaan sampai perusahaan
ditutup/likuidasi
Obligasi Syariah
Suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Akad-akad yang dapat
digunakan dalam penerbitan
obligasi syariah, antara lain:

1. Mudharabah
2. Murabahah
3. Salam
4. Istishna
5. Ijarah
Reksa Dana Syariah
Reksa Dana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal
sebagai milik harta (shahib al-mal/rabb al-
maal) dengan manajer Investasi sebagai
wakil shahib al-mal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil shahib
al-mal dengan pengguna investasi.

Anda mungkin juga menyukai