Anda di halaman 1dari 36

OLEH

Brigitta Diena, S.Kep, Ns


Keperawatan Gerontik
AKKES Dinkes Propinsi Riau
2010
RA : penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang
simetris, terutama menyerang sendi perifer dan
otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
disekitarnya.

Tahap inflamasi sendi:


1. Sinovitis tjd akibat kongesti & edema pada
membran sinovial serta kapsul. Pembentukan panus
penebalan jaringan granulosa
2. Panus menutupi & menginvasi kartilago &
menghancurkan kapsul sendi & tulang
3. Ankilosis fibrosa invasi fibrosa panus &
pembentukan jaringan parut yang menyumbat sendi
4. Jaringan fibrosa kalsifikasi ankilosis tulang &
imobilitas total
Tanda & Gejala
Awal nonspesifik : keletihan, malaise, anoreksia,
gejala artikular samar bengkak, kaku sendi
inaktifitas)
Gejala artikular terlokalisasi : >> jari interfalangeal
proksimal, metakarpofalangeal, & sendi
metatarsofalangeal. Meluas pergelangan tangan,
lutut & pergelangan kaki.
Kekakuan sendi (khususnya bangun pagi), nyeri
tekan & kesakitan (gerakan-istirahat), penurunan
fungsi sendi, deformitas & kontraktur sendi
Nodul rematoid
Jaringan kumparan (akibat edema & kongesti
sendi)
Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan peran b.d efek kecacatan RA


Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri & deformitas
sendi
Nyeri akut b.d inflamasi sendi
Intervensi
Dukungan emosional : mengungkapkan mengenai
ketergantungan, ketidakmampuan, citra tubuh, dan
harga diri
Pantau durasi kekakuan pada pagihari
Periksa nodul reumatoid, ulcus dekubitus, dan
kerusakan kulit
Berikan analgesik sesuai dosis. Gunakan tindakan
untuk meredakan nyeri spt kompres hangat,
berendam dan istirahat
Pastikan pasien mematuhi program terapi fisik
Informasi tentang penyakit
Penyuluhan Pasien

Jelaskan mengenai RA
Anjurkan diet yang seimbang : pasien memahami
bahwa diet khusus tidak menyembuhkan RA,
perlunya pengendalian BB agar mengurangi tekanan
sendi
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
Anjarkan pasien waktu dan cara meminum obat dan
cara mengenali efek dari obat
Hidup Tetap Sehat Dengan RA

Anjurkan pasien untuk mempertahankan postur


tegak ketika berdiri, berjalan, dan duduk
Duduk di kursi dudukan tinggi & penyangga lengan
Ajurkan pasien melakukan aktifitas sehari-hari,
dengan istirahat 5 10 menit setiapjamnya
Istirahat adekuat & postur tubuh benar
Menghindari beban pada sendi
Kriteria American Rheumatism Association Untuk RA
No Kriteria Defenisi
1 Kaku Pagi hari Kekakuan pada pagi hari di persendian
dan sekitarnya sekurang-kurangnya
selama 1 jam sebelum perbaikan
maksimal

2 Artritis pada 3 Pembengkakan jaringan lunak atau


daerah persendian atau efusi (bukan
pertumbuhan tulang), pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter.
Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria,
yaitu: PIP, MCP, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan MTP kiri
kanan
No Kriteria Defenisi
3 Artritis pergelangan Sekurang-kurangnya terjadi
tangan pembengkakan satu persedian
tangan
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama
(seperti no.2), pada kedua belah
sisi (keterlibatan PIP, MCP, atau
MTP bilateral dapat diterima
meskipun tidak mutlak bersifat
simetris)
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor
atau daerah juksta artikuler yang
diobservasi oleh seorang dokter.
No Kriteria Defenisi
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal
serum faktor reumatoid serum yang
diperiksa dengan memberi hasil
positif kurang dari 5% kelompok
kontrol yang diperiksa
7 Perubahan gambaran Gambaran radiologis yang khas
radiologis pada tangan Posteroanterior dan
pergelangan tangan menunjukkan
adanya erosi atau dekalsipikasi
tulang yang terlokasi pada sendi
atau daerah yang berdekatan
dengan sendi
Keterangan
Seseorang dinyatakan menderita RA bila sekurang-
kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria.

Kriteria 1 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu

PIP : Proximal interpharlangeal


MCP : Metacarpophalangeal
MTP : Metatarsophalangeal
DEFENISI

Suatu gangguan metabolik yang ditandai


dengan intoleransi glukosa
Suatu penyakit sistemik yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai
insulin dengan kebutuhan insulin.
Suatu kumpulan gangguan heterogen yang
berkarakteristik elevasi glukosa dalam
darah
Adanya gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
Lansia DM tipe 2 (90%)
Pada lansia sel-sel tubuh menjadi lebih resisten
thp insulin, yang mengurangi kemampuan lansia
untuk metabolisme glukosa hiperglikemia

DM tipe 2 pada lansia disebabkan sekresi insulin


yang tidak N, resistensi thp kerja insulin pada
jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis
hepatik.

Sel-sel beta pada pulau Langerhans kurang sensitif


thp kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat
produksi insulin
FAKTOR RESIKO :
Perawat harus memikirkan resiko DM pada :
Obesitas
Keluhan Haus, lapar >>, diuresis >> dan penurunan BB >>
Keluarga dgn DM
Usia > 40 tahun

Cardinal Sign DM:


POLIURIA
POLIDIPSIA
POLIFAGIA
PENURUNAN BB >>>
Tanda dan Gejala
PenurunanBB dan kelelahan
Kehilangan selera makan
Inkontinensia
Penurunan penghilatan
Konfusi atau derajat delirium
Perubahan kulit: luka lama sembuh, turgor kulit
buruk, membran mukosa kering kerusakan
sirkulasi perifer
Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan
refleks, kebas
Hipotensi ortostatik
Pemeriksaan Diagostik
Pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan
pemeriksaaan toleransi glukosa oral karena
lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hampir
N tetapi mengalami hiperglikemia panjang setelah
makan.
Diagnosis dengan kriteria:
- Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau
lebih tinggi
- Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau
lebih tinggi
- Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa
per oral 200 mg/dl atau lebih
Pemeriksaan Hb terglikosilasi (Hb A atau HbA1c)
Menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum 3
bulan sebelumnya untuk memantau keefektifn
terapi antidiabetik

Fruktosamina serum
Menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata
selama 2 -3 minggu sebelumnya indikator yang
lebih baik pada lansia.
Komplikasi
Hipoglikemia
Hyperosmolar hyperglicemic syndrome (HHNS)
atau koma hiperosmolar hiperglikemia berat ( >
800 mg/dl), hiperosmolaritas (> 280 mOsm/L),
dehidrasi berat akibat diuresis osmotik
Penyakit kronis neuropati perifer dan otonom,
penyakit vaskuler perifer, penyakit kardiovasculer,
dermopati diabetik
Neuropati perifer : kaki dan tangan kebas atau
nyeri dan kemungkinan lesi
Neuropati otonom : gastroparesis ( keterlambatan
pengosongan lambung mual, rasa penuh), diare
nokturnal, impotensi, dan hipotensi ortostatik
Diagnosa Keperawatan
Resiko cedera b.d komplikasi DM
Gangguan kesembangan cairan dan elektrolit ;
Hipovolemi, berhubungan dengan diuresi osmotik
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya insulin
Gangguan aktivitas fisik ; kelemahan berhubungan
dengan penurunan energi metabolik
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan
glukosa darah
Perubahan sensori-perseptual ; disorientasi berhubungan
dengan perubahan kimia endogen ; ketidakseimbangan
glukosa, insulin dan elektrolit
Intervensi
Catatan rincian mengenai TTV, BB, asupan cairan,
haluaran urine, asupan kalori
Berikan insulin atau obat antidiabetik sesuai resep
Pantau kadar glukosa serum atau Hb terglikolisasi
setiap 6 8 minggu
Pantau komplikasi akut terapi diabetik khususnya
hipoglikemia (serebrasi lambat, pusing, lemah,
pucat, takikardi) memberikan KH segera.
Waspada HHNS (inkontinensia urin, AbN neurologi,
stupor)
Perhatikan tanda-tanda neuropati diabetik
Perawatan kulit khususnya kaki dan tungkai
lakukan perawatan kaki & kuku teratur
Penyuluhan Pasien

Ajarkan pasien proses penyakit & pentingnya


mengikuti terapi yang diprogramkan (sesuaikan
dengan kebutuhan pasien) diet, olahraga,
higiene, mengatasi hipo & hiperglikemia.
Kontrol teratur dengan tenaga kesehatan
Kepatuhan dgn perubahan gaya hidup: pengontrolan
glukosa
Perawatan kaki pada pasien
Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi
Asma bronkial adalah suatu bronkospasme yang
sifatnya irreversibel dengan latar belakang alergi
(Tabrani, 1998).

Asma bronkial adalah penyakit jalan napas


obstruktif intermiten, reversibel di mana trakea
dan bronki nerespons dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu (Smeltzer & Bare,
2001).
Etiologi

Ekstrinsik Intrinsik
Biasanya terjadi pada Sering terjadi pada usia >
anak-anak 40 thn
Disebabkan alergen; Tidak ditemukan
( serbuk sari, bulu penyebab yang jelas
binatang, kain pembalut, Faktor pencetus : Flu,
zat iritan ) latihan fisik, emosi
Sering diawali infeksi
sinus/trakeobronkial
MANIFESTASI KLINIK
Batuk
Mengi
Sesak
Gelisah pada malam hari
Nafsu/dada seperti tertekan
Takikardi
Retraksi
Hipoksia
Takipnea (pernafasan cepat)
Hiperkapnia
Ansietas
Status Asmatikus
Pasien yang mengalami serangan asma berat , menetap
> 24 jam dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan
biasa (epineprin, teofilin ).
Status asmatikus dapat mengakibatkan gagal nafas (
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis )

Penatalaksanaan :
Berikan O2 mlli masker PaO2 = 70mmHg
Berikan aminofilin/iv 5-6 mg/kg selama 8 jam
Berikan kortikosteroid (hidrokortison,prednison)
Perkusi dada, vibrasi , postural drainage
Jika PaCO2 > 55mmHg ventilasi mekanik
Pharmacology

Bronchodilator ( beta adrenergic, agonist,


methylxanthines, anticholinergic
agents).Bronchodilator menstimulasi
relaksasi sel sel otot respiratory tract.
Anti Inflammatory agents menurunkan
reaksi inflamasi
Pengkajian
Data Subjektif
Jelaskan keluhan yang dirasakan
Sejak kapan sesak mulai muncul
Apa yang dilakukan untuk mengurangi sesak
Berapa lama pasien mengalami asma .
Faktor pencetus serangan
Obat yang digunakan
Data Objektif
Tacypnoe,
Penggunaan otot assesorius,
Sianosis,
Sputum kental dan banyak,
Diaporesis,
Kelelahan
Fremitus taktil menurun,
Perkusi hiperesonan,
Whezing kadang ronchi
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan
sekresi , penurunan mekanisme batuk
2. Pola nafas tidak efektif b/d distensi dinding dada ,
kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan volume O2,
retensi CO2
4. Resiko tinggi infeksi b/d retensi sekresi, batuk tak
efektif, imobilisasi
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d penyakit kronis, peningkatan laju metabolik
6. Resiko tinggi kelelahan b/d hipoksemia
7. Kecemasan b/d keadaan kritis ( status asmatikus )
Intervensi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bantu pasien batuk yang efektif & latihan nafas
dalam
Lakukan suctioning jika perlu
Gunakan sistim humidifikasi O2
Hindari sedatif & analgesik narkotik
Kaji bunyi nafas tiap 4 jam
Pertahankan hidrasi yang adekuat
Hindari produk susu
Berikan terapi fisik dada sesuai indikasi
Bantu intubasi/ventilasi mekanik bila
diindikasikan
Dx 2 : Pola nafas tidak efektif

Monitor frekuensi, irama


pernafasan
Beri posisi untuk memudahkan
pernafasan
Minimalkan distensi gaster
Beri dukungan selama periode
dipsnoe
Dx 3 : Gangguan pertukaran gas
Beri latihan batuk dan nafas dalam tiap
2 jam
Beri Oksigen tambahan sesuai indikasi
Kaji status kesadaran tiap 4 jam
Monitor AGDA
Siapkan & Bantu intubasi jika perlu
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai