Anda di halaman 1dari 21

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI,

adalah organisasi induk yang bertugas mengatur


kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri
pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal
Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum
pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI
bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian
dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi
Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005,
diadakan pula Piala Indonesia. Ketua Umum PSSI sejak
10 November 2016 adalah Edy Rahmayadi.
No Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Soeratin Sosrosoegondo 1930 1940

2 Artono Martosoewignyo 1941 1949


3 Maladi 1950 1959

4 Abdul Wahab Djojohadikoesoemo 1960 1964

5 Maulwi Saelan 1964 1967


6 Kosasih Poerwanegara 1967 1974
7 Bardosono 1975 1977
Moehono 1977 1977
8 Ali Sadikin 1977 1981
9 Sjarnoebi Said 1982 1983
10 Kardono 1983 1991
11 Azwar Anas 1991 1999
12 Agum Gumelar 1999 2003
13 Nurdin Halid 2003 1 April 2011
Agum Gumelar 1 April 2011 9 Juli 2011
14 Djohar Arifin Husin 9 Juli 2011 18 April 2015

15 La Nyalla Mattalitti (tidak diakui pemerintah) 18 April 2015 3 Agustus 2016

Hinca Panjaitan (pejabat sementara) 3 Agustus 2016 10 November 2016

16 Edy Rahmayadi 10 November 2016 petahana


Periode 2003-2011 adalah masa kepemimpinan Nurdin Halid,
Pada masa inilah mulai muncul berbagai polemik dan kontroversi
antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas
pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski
dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan
Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi penolakan atas
diselenggarakannya Liga Primer Indonesia. Ditambah jebloknya
prestasi Timnas Indonesia 3 kali gagal ke semifinal SEA GAMES
tahun 2003, 2007 dan 2009. Dan merosotnya prestasi Indonesia yg
menjadi peringkat 170 di bawah Thailand, Vietnam dan Malaysia
yang merupakan peringkat terendah sepanjang sejarah
Setelah berganti kepengurusan Ketua umum PSSI dari
Nurdin Halid ke Djohar Arifin Husin dimulai era kompetisi
baru. Dalam pembentukan IPL, banyak masalah yang
terjadi karena aturan-aturan yang ditetapkan oleh PSSI.
Pembentukan IPL mendapat tekanan dari 12 klub sepak
bola atau kelompok 14 karena kompetisi berjumlah 24 klub
dan 6 klub di antaranya langsung menjadi klub IPL. Namun,
PSSI meyakinkan bahwa untuk memenuhi standar kompetisi
profesional AFC, klasemen musim sebelumnya (musim
2010/2011) dihapuskan. Sebagai gantinya, yang dilihat
adalah poin tertinggi dalam verifikasi tentang
profesionalisme klub Indonesia. Akan tetapi, dengan
adanya IPL, Indonesia terhindar dari sanksi AFC.
Berawal dari ikut sertanya Arema Indonesia dan
Persebaya Surabaya dalam ajang QNB League yang
telah dilarang ikut serta oleh Badan Olahraga
Profesional Indonesia, Kementerian Pemuda dan
Olahraga memberikan surat peringatan kepada PSSI.
Surat peringatan pertama diberikan pada 8 April 2015
yang menyatakan bahwa PSSI telah mengabaikan
rekomendasi BOPI atas larangan ikut sertanya Arema
dan Persebaya.Selain itu, Kemenpora meminta kedua
klub untuk mengikuti rekomendasi BOPI. Selang seminggu
kemudian, Kemenpora kembali mengeluarkan surat
peringatan kedua karena PSSI serta Arema dan
Persebaya tidak juga mematuhi perintah BOPI
sebelumnya.
Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin menilai ini
hanya kesalahpahaman antara PSSI dengan
Kemenpora dan BOPI. Ia pun yakin masalah ini
dapat selesai jika PSSI serta Kemenpora dan BOPI
duduk bersama. Sebelumnya pada 10 April, FIFA
mengirim surat kepada Menteri Pemuda dan
Olahraga Imam Nahrawi agar pemerintah tidak
mengintervensi PSSI. Apabila intervensi berlanjut,
FIFA akan memberikan sangsi kepada PSSI.
Pada 16 April, Kemenpora kembali mengirimkan surat
peringatan ketiga kepada PSSI. Kemenpora menilai PSSI
mengabaikan surat peringatan pertama dan kedua
sebelumnya. PSSI juga kembali diminta patuh kepada
rekomendasi BOPI sebelumnya. Akhirnya, pada 17 April
2015, Menpora Imam Nahrawi membekukan PSSI. Menpora
juga tidak mengakui penyelenggaraan Kongres Luar Biasa
PSSI yang tengah berlangsung di Surabaya. Dalam
keputusan menteri tersebut, Menpora menerangkan
pemerintah akan membentuk Tim Transisi yang mengambil
alih hak dan kewenangan PSSI sampai dengan
terbentuknya kepengurusaan PSSI yang kompeten sesuai
dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA.
Sedangkan soal Timnas Indonesia untuk SEA Games dan
penyelenggaraan QNB League akan diambil alih oleh
KONI dan KOI.Tim Transisi tersebut adalah FX Hadi
Rudyatmo, Lodewijk Freidrich Paulus, Ridwan Kamil, Eddy
Rumpoko, Ricky Yakobi, Bibit Samad Riyanto, Darmin
Nasution, Cheppy T. Wartono, Tommy Kurniawan, Iwan
Lukminto, Francis Wanandi, Saut H. Sirait, Andrew Darwis,
Farid Husaini, Zuhairi Misrawi, Diaz Faisal Malik
Hendropriyono, Velix F. Wanggai. Dari 17 nama tersebut,
Velix F. Wanggai, Darmin Nasution, Farid Husain dan
Ridwan Kamil mengundurkan diri sebelum Tim bekerja
Pada 25 Mei 2015, Pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf
Kalla, menganjurkan untuk mencabut pembekuan PSSI
pimpinan La Nyalla Mattalitti. Hal ini dilakukan setelah
adanya pertemuan tertutup dengan Menteri Pemuda dan
Olahraga, Imam Nahrawi, Wakil Ketua Umum PSSI Hinca
Panjaitan, Ketua Komite Olimpiade Indonesia Rita Subowo
dan mantan Ketua Umum PSSI Agum Gumelar di Istana
Wapres. Alasan pencabutan ini dilakukan agar Indonesia
terhindar dari sanksi FIFA. Walaupun demikian, Presiden
Joko Widodo menginginkan adanya pembenahan total
terhadap persepak bolaan Indonesia sebagai jalan untuk
memperbaiki prestasi sepak bola Indonesia dan tetap
mendukung dan menyerahkan pembenahan tersebut kepada
Kementrian Pemuda dan Olahraga.
Pada 30 Mei 2015, FIFA resmi menjatuhkan sanksi
kepada PSSI dan berlaku hingga PSSI mampu memenuhi
kewajiban pada pasal 13 dan 17 statuta FIFA. Akibat
sanksi ini, timnas Indonesia dan semua klub di Indonesia
dilarang berpartisipasi di pentas Internasional di bawah
FIFA atau AFC, kecuali SEA Games di Singapura hingga
turnamen berakhir.
Aktivis Save Our Soccer, Apung Widadi, menilai pembekuan Persatuan Sepak
Bola Seluruh Indonesia oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi
sudah tepat. Karena, ada di tubuh PSSI itu banyak masalah yang sudah
terjadi bertahun-tahun.
1. masalah transparansi keuangan,selama ini PSSI tidak mau memberikan
akuntabilitas keuangan.
Padahal, ucap Apung, pada 18 Februari 2015,Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat memutuskan perkara nomor perkara 290/PDT.P/2014/PN.JKT.PST.
Putusan itu membuat PSSI harus membuka informasi karena merupakan
badan publik. Salah satunya keuangan. Dan di PSSI diduga ada ketidak
transparansi dalam jual beli hak siar, dan dana APBN yang dipakai oleh
PSSI.
2. masalah tata kelola klub di Liga Super Indonesia.
Menurut Apung, PSSI sangat buruk mengelola liga
terbesar di Indonesia itu. Hal itu bisa dilihat dari
banyaknya klub yang telat membayar gaji
pegawainya. Dan itu terjadi di klub bola besar dan
kecil yang berada di bawah PSSI.
3. masalah pengaturan skor. Pengaturan skor ini sudah
terjadi dari pertandingan LSI bahkan sampai
pertandingan internasional di mana tim nasional
bertanding membawa nama bangsa.
4. PSSI diisi oleh orang-orang politikus yang memiliki
banyak kepentingan, "Maka dari itu, PSSI tidak
pernah berkembang dan minim prestasi.

Sumber :
https://m.tempo.co/read/news/2015/04/21/099659390/empat-alasan-pssi-wajib-dibekukan
http://redaksi.co.id/51981/5-kasus-paling-menghebohkan-di-sepak-bola-indonesia.html
Ibarat Lumbung Padi yang atapnya bocor,
dindingnya reyot penuh lubang dan
banyak tikusnya. seperti itulah PSSI
diibaratkan. Sehingga perombakan
(Change Managemen) total mulai dari
pangkal sampai ujung harus dilakukan
Perubahan seperti apa yang diharapkan oleh stakeholders
(pimpinan PSSI, anggota PSSI: pemilik klub sepakbola, staff
dan manajer klub, pemain sepakbola; penggemar sepakbola
Indonesia) ?
Apakah proses perubahan yang dijalankan oleh PSSI? Apakah
ada proses unfreeze, movement dan refreeze? Jelaskan!
Apakah ada resistensi (penolakan) terhadap perubahan? Apa
strategi yang dijalankan PSSI untuk meminimalisasi penolakan?
Sebenarnya pembekuan PSSI itu seharusnya menjadi ajang
pembenahan pemerintah terhadap manajemen PSSI yang
selama ini carut marut.
Pembenahannya mulai dari perekrutan Ketua Umum PSSI yang
dilakukan dengan cara Seleksi yang melibatkan Pemerintah
dan seluruh Club sepak bola yang ada di indonesia. lalu turun
ke bawah melakukan rekrutmen struktur kepengurusan lainnya.
Perlu di tekankan dalam perekrutan sebaiknya diminimalisir
adanya peran POLITIK dalam prosesnya.

Anda mungkin juga menyukai