EPISTAKSIS
Disusun oleh
Istighfariza Shaqina
1218011084
Insiden
terbanyak
pada usia
2-10 tahun
dan 50-80
tahun
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
FAKTOR LOKAL FAKTOR SISTEMIK
TRAUMA KONGENITAL
NEOPLASMA KELAINAN DARAH
INFEKSI LOKAL PENYAKIT KARDIOVASKULER
DEVIASI SEPTUM (hipertensi, arteriosklerosis,
BENDA ASING sirosis hepatis, DM)
INFEKSI AKUT
GGN HORMONAL
ALKOHOLISME
TRAUMA
Mengorek hidung,
Benturan ringan,
Bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras,
Trauma hebat (pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas)
Adanya benda asing tajam atau
Trauma pembedahan.
NEOPLASMA
Epistaksis sedikit dan intermiten, kadang-
kadang ditandai dengan mukus yang
bernoda darah.
Hemangioma, angiofibroma dapat
menyebabkan epistaksis berat
dehumidifikasi Iritasi
mukosa nasal mukosa
Pembuluh
Deviasi Turbulensi Krusta darah pecah
septum udara meskipun
trauma ringan
SISTEMIK
Kelainan Kongenital
Kelainan Darah
Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya
Infeksi Akut
Gangguan Hormonal
Alkoholisme
KELAINAN KONGENITAL
Talengiectasis Hemorrhagic
Leukimia
Hemofilia
Pengaruh obat-obatan
PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN LAINNYA
Hipertensi
Arteriosklerosis
Sirosis Hepatis
Diabetes Melitus
INFEKSI AKUT
Demam
Berdarah Kompleks antigen antibodi
Agregasi Trombosit
Epistaksis
ALKOHOLISME
Sel darah Sumbatan
Alkohol menggumpal pembuluh
darah
Pembuluh Peningkatan
darah pecah tekanan
intravaskular
KLASIFIKASI
Epistaksis Epistaksis
Anterior Posterior
EPISTAKSIS ANTERIOR
Terjadi pada >90% kasus. Berasal dari Kliesselbach plexus,
merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak.
Epistaksis anterior ini umumnya dapat berhenti sendiri (spontan)
dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana.
EPISTAKSIS POSTERIOR
berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid
posterior.
Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang berhenti
sendiri sehingga dapat menyebabkan risiko yang lebih
besar seperti terganggunya jalan napas, aspirasi darah,
dan kesulitan mengontrol darah.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Perdarahan keluar dari depan atau belakang
hidung
beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya
perdarahan,
penyebab perdarahan
Anamnesis riwayat perdarahan hidung sebelumnya,
Riwayat trauma hidung yang belum lama,
Riwayat penggunaan alkohol,
riwayat penyakit lain seperti hipertensi, kelainan
perdarahan, dan
riwayat pengobatan (aspirin)
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tanda-tanda vital
Dgn spekulum hidung dibuka & alat pengisap
bersihkan semua kotoran dalam hidung
Observasi
Masukkan kapas yang dibasahi larutan pantokain
2% atau lidokain 2% + larutan adrenalin 1/5000-
1/10000 ke dalam hidung
Sesudah 10-15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi
RINOSKOP ANTERIOR
Pemeriksaan Penunjang
mencegah mencegah
komplikasi berulangnya
epistaksis
Tentukan sumber perdarahan
ANAK METODE
Pasang tampon anterior dengan adrenalin 1/5000-1/10.000
TROTTER dan
lidocain/pantocain 2%
Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit, evaluasi lokasi perdarahan
PERDARAHAN ANTERIOR
Epistaksis duduk dengan kepala ditegakkan,
ringan pada cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa
anak menit.
untuk mencegah
pemberian sedatif terjadinya komplikasi
dan analgesik akibat kuman
patogen selama
pemasangan tampon.
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat epistaksis
syok
anemia
iskemi cerebri, insufisiensi koroner dan infark
miocard
peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 pada
pasien dengan riwayat paru atau jantung
dapat menimbulkan IMA dan gangguan
pembuluh darah otak.
Tampon anterior
sinusitis
Komplikasi air mata yang berdarah (bloody tears)
akibat septikemia.
pemasangan Tampon posterior
tampon otitis media
haemotympanum
laserasi palatum mole dan sudut bibir
THANK YOU