Anda di halaman 1dari 24

MORBUS HANSEN

TIPE MULTIBASILAR
Oleh:
Chrisna A. Futunanembun
Pembimbing:
dr. Chairil Anwar, Sp. KK.
PENDAHULUAN
Kusta merupakan penyakit infeksi mikobakterium yang bersifat
kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi manifestasi
kulit.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan:
patogenesis kuman penyebab
cara penularan
keadaan sosial ekonomi & lingkungan
varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan
perubahan imunitas
umur
kemungkinan adanya reservoir diluar manusia.
WHO - 1981 WHO - 1987
MH dibagi menjadi multibasilar Pada pemeriksaan kerokan
dan pausibasilar. jaringan kulit:
Multibasilar adalah tipe dengan MH Tipe Pausibasilar Basil
indeks bakteri (IB) lebih dari Tahan Asam (BTA) negatif
2+
MH Tipe Multibasilar BTA
Pausibasilar adalah tipe dengan
positif .
IB kurang dari 2+.

morfologi khas yaitu lesi yang diawali dengan bercak putih, bersisik halus, tidak
gatal, kemudian membesar dan meluas.
Terkena Saraf kesemutan/ baal pada bagian tertentu, ataupun kesukaran
menggerakan anggota badan kekakuan sendi.
Rambut alis rontok.
Obat antikusta
DDS (diaminodifenil sulfon), rifampisin, dan klofazimin.
WHO (1998): Antibiotik u/ pengobatan alternative
ofloksasin, minosiklin, dan klaritromisin.
Untuk mencegah resistensi, maka dilaksanakan cara MDT
(multi drug treatment) di Indonesia sesuai rekomendasi
WHO dengan obat alternatif sejalan dengan kebutuhan
dan kemampuan.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. E. A
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku : Serui
Pendidikan : SMA
Alamat : Dok VIII Bawah
Pekerjaan : Belum bekerja
Status Marital : Belum menikah
Tanggal masuk : 30 Mei 2017
ANAMNESIS
timbul bercak kemerahan pada
Keluhan Utama bagian wajah, leher, tangan, dan
paha kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Timbul bercak kemerahan pada bagian wajah, leher, tangan, dan paha sebelah kiri sejak 1 tahun yang
lalu.
Terkadang gatal, menebal, dan panas apabila terkena sinar matahari.
Gejala awal bercak-bercak putih pada wajah dan tangan yang kemudian lama-kelamaan berubah
menjadi merah, terasa tebal, dan mulai kurang rasa.
Gatal pada bercak hilang timbul, intensitas yang ringan, dan tidak dipengaruhi oleh keringat.
Kelemahan lengan, tangan, maupun tungkai (-), namun kaki sebelah kirinya dirasakan mulai berkurang
rasanya, sehingga terkadang pasien tidak menyadari jika ada luka karena menginjak sesuatu.
Tetangga depan rumah pasien memiliki keluhan serupa ada kontak dan berkomunikasi
Aktivitas sehari-hari pasien adalah di rumah membantu orang tuanya melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah, sambil menunggu panggilan kerja.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
Riwayat alergi (-).
Riwayat penyakit dalam keluarga (-). Namun tetangga
pasien memiliki penyakit seperti ini dan pasien sering
melakukan kontak serta berkomunikasi dengan
tetangganya.
Pemeriksaan
fisik
Status
Dalam batas normal
generalisata

Lokasi:
regio facialis, regio antebrachi dextra et sinistra, regio
femoralis sinistra.
Efloresensi:
regio facialis : nodul eritematosa, multipel, berbatas
Status tegas,
Dermatologi regio colli anterior : makula eritematosa, batas tegas, bentuk
bulat, ukuran numular.
regio antebrachi D et S: makula eritematosa, multipel, batas
tidak tegas, ukuran lenticular.
regio femoralis sinistra : makula eritematosa, batas tegas,
ukuran numular.

Penyebaran: Regional
Gambar Lokalisasi lesi pada pasien.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium:
Sensibilitas: bakterioskopi (kerokan jaringan kulit) BTA
raba, nyeri dengan pewarnaan Ziehl Nielsen
BTA (+).
Pemeriksaan saraf perifer:
Nervus aurikularis magnus : pembesaran (-), nyeri (-),
konsistensi lunak.
Nervus ulnaris : pembesaran (-), nyeri (-),
konsistensi lunak
Nervus poplitea lateralis : pembesaran (-), nyeri (-),
konsistensi lunak.
Nervus tibialis posterior : pembesaran (-), nyeri (-),
konsistensi lunak.
DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja
Morbus Hansen Multibasilar
Diagnosis Banding
Dermatitis seboroik
Pitiriasis Rosea
Terapi
Farmakologi:
MDT MH Multibasilar WHO selama 1 tahun yang terdiri dari:
Rifampisin 600 mg 1x1 / bulan
DDS 100 mg 1x1 / hari
Klofazimin 300 mg 1x1 /bulan kemudian dilanjutkan dengan 50 mg 1x1 /
hari.
Non Farmakologi:
Edukasi
PEMBAHASAN

Kusta atau Morbus Hansen (MH): penyakit infeksi


yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium
leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
Teori Pembahasan kasus

Morfologi yang khas yaitu lesi yang diawali Keluhan: timbul bercak kemerahan pada
dengan bercak putih, bersisik halus pada bagian wajah, leher, tangan, dan paha
bagian tubuh, tidak gatal, kemudian sejak 1 tahun yang lalu sebelum datang
membesar dan meluas. Jika saraf sudah ke poliklinik rumah sakit. Bercak-bercak
terkena, penderita akan mengeluh tersebut terkadang gatal, terasa menebal,
kesemutan/ baal pada bagian tertentu, dan panas apabila terkena sinar matahari.
ataupun kesukaran menggerakan anggota Awalnya timbul bercak-bercak putih yang
badan yang berlanjut pada kekakuan sendi. kemudian lama-kelamaan berubah menjadi
merah, terasa tebal, dan mulai kurang
rasa.
Teori Pembahasan kasus

Gejala klinis untuk morbus hansen tipe Pasien mengaku bahwa kaki sebelah
Multibasilar yakni lesi kulit berupa makula kirinya mati rasa, sehingga sering tidak
datar, papul yang meninggi, dan nodus. menyadari jika ada luka karena menginjak
Jumlah lesinya lebih dari 5, distribusi lebih sesuatu.
simetris, dan hilangnya sensasi kurang
jelas.

Riwayat penyakit yang sama dalam


Penularan kusta belum diketahui secara keluarga tidak ada. Namun pasien
pasti namun berdasarkan anggapan klasik mengaku bahwa tetangga pasien memiliki
yaitu melalui kontak langsung antar kulit penyakit seperti ini dan pasien sering
yang lama dan erat. Selain itu, dapat pula melakukan kontak serta berkomunikasi
melalui inhalasi, sebab Mycobatcterium dengan tetangganya.
leprae masih dapat hidup beberapa hari
dalam droplet.
Teori Pembahasan kasus

Secara klasik lesi dimulai dengan makula. Status dermatologi:


Awalnya hanya dalam jumlah sedikit, regio facialis didapatkan eflorosensi
kemudian dengan cepat menyebar ke nodul eritematosa, multipel, berbatas
seluruh badan. Makula disini lebih jelas tegas,
dan lebih bervariasi bentuknya. Walaupun regio colli anterior dan regio femoralis
masih kecil, papul, nodus lebih tegas sinistra makula eritematosa, batas tegas,
dengan distribusi lesi yang hampir simetrik ukuran numular
dan beberapa nodus tampak melekuk pada regio antebrachi dextra et sinistra:
bagian tengah. Lesi bagian tengah sering makula eritematosa, batas tidak tegas,
tampak normal dengan pinggir di dalam ukuran lenticular.
infiltrat Hansen
Morbus lebih jelas dibanding tepiMorbus
tipe luarnya.Hansen tipe
Multibasilar Pausibasilar
Jumlah lesi lebih dari 5 lesi, Jumlah lesi 1-5 lesi,
distribusinya simetris, hipopigmentasi/ eritema,
hilangnya sensasi kurang distribusi yang tidak simetris,
jelas hilangnya sensasi yang jelas,
banyak cabang saraf yang dan hanya satu cabang saraf
mengalami kerusakan. yang mengalami kerusakan,
maka didiagnosis sebagai.
Teori Pembahasan Kasus

Mengenai saraf perifer, yang Pemeriksaan penunjang dilakukan


diperhatikan ialah pembesaran, pemeriksaan saraf perifer dimana tidak
konsistensi, ada atau tidaknya nyeri terdapat adanya pembesaran maupun
spontan dan / atau nyeri tekan. nyeri, serta konsistensi yang lunak dari
Beberapa saraf superficial yang dapat saraf perifer.
dan perlu diperiksa yaitu N. fasialis, N.
aurikularis magnus, N. radialis, N.
ulnaris, N. medianus, N. poplitea
lateralis, dan N. tibialis posterior. Bagi
tipe yang kearah lepromatosa kelainan
saraf biasanya bilateral dan
menyeluruh, sedangkan bagi tipe
tuberkuloid, kelainan sarafnya lebih
terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
Teori Pembahasan Kasus
Morbus Hansen tipe Multibasilar Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu
adalah semua penderita kusta tipe BB pemeriksaan bakterioskopi (kerokan
(Mid Borderline), BL (Borderline jaringan kulit) terhadap basil tahan
lepromatous), dan LL (Lepromatosa) asam (BTA) dengan pewarnaan Ziehl
atau apapun klasifikasi klinisnya Nielsen dan diperoleh BTA (+).
dengan BTA positif.

Sedangkan Morbus Hanse tipe


Pausibasilar adalah kusta dengan BTA
negative pada pemeriksaan kerokan
jaringan kulit, yaitu tipe-tipe I, TT, dan
BT.
Bila pada tipe-tipe tersebut disertai
BTA (+), maka akan dimasukkan ke
dalam MH tipe MB.
Teori Pembahasan kasus
Diagnosis banding
Pada kasus ini didiagnosis banding
Dermatitis seboroik dan Pitiriasis rosea. dengan Dermatitis seboroik dan
Pitiriasis rosea. Pada dermatitis seboroik
gejala klinis berupa kelainan kulit yang
terdiri atas eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas. Sedangkan
didiagnosis banding dengan Pitiriasis
rosea karena gejala klinis dimulai
dengan lesi pertama (herald patch),
umumnya di badan soliter, berbentuk
oval dan anular, diameternya kira-kira 3
cm. Ruam terdiri eritema dan skuama
halus di pinggir.
Teori Pembahasan kasus
WHO merekomendasikan MDT (Multi Pada pasien ini diberikan terapi MDT
drug therapy) untuk multibasilar (BB, MH selama 1 tahun yang terdiri dari 3
BL, LL, atau semua tipe dengan BTA jenis obat
positif) adalah: DDS 100 mg/hari
DDS 100 mg/hari Rifampisin 600 mg setiap bulan
Rifampisin 600 mg setiap bulan, Klofazimin (lampren) 300 mg setiap
dalam pengawasan. bulan, diteruskan dengan 50 mg/ hari.
Klofazimin 300 mg setiap bulan
(dalam pengawasan), diteruskan
dengan 50 mg sehari.

Obat ini diberikan 2 tahun sampai 3


tahun dengan syarat bakterioskopik
harus negatif. Apabila bakterioskopis
masih positif, pengobatan harus
dilanjutkan sampai bakterioskopis
negatif. Selama pengobatan dilakukan
pemeriksaan secara klinis setiap bulan
dan secara bakteriologis minimal setiap
3 bulan. Jadi besar kemungkinan
pengobatan kusta multibasilar ini hanya
Obat Cara Kerja Efek Samping
Rifampisin menghambat pertumbuhan hepatotoksik, nefrotoksik,
(Antibiotik berbagai kuman Gram-positif gejala gastrointestinal, flu-like
derivat dan Gram-negatif. syndrome, dan erupsi kulit.
semisintetik aktif terhadap sel yang sedang
rifamisin B) bertumbuh. Kerjanya
menghambat DNA-dependent
RNA polymerase dari
mikobakteria dan
mikroorganisme lain dengan
menekan mula terbentuknya
(bukan pemanjangan) rantai
dalam sintesa RNA.
DDS memiliki mekanisme kerja Hemolisis, anoreksia, mual,
(diamino sama dengan sulfonamide, dan muntah. Selain itu, gejala
difenil dimana kedua golongan ini lain yang pernah dilaporkan
sulfon, mempunyai spektrum berupa sakit kepala, gugup,
dapson), antibakteri yang sama. sukar tidur, penglihatan kabur,
termasuk paresthesia, neuropati perifer
golongan yang mampu pulih, demam,
sulfon hematuria, pruritus, psikosis,
dan berbagai bentuk kelainan
Obat Cara Kerja Efek Samping
Klofazimin memiliki efek nyeri abdomen, nausea, diare,
(turunan antiradang/antiinflamasi anoreksia, vomitus, dan
fenazin sehingga dapat mencegah pigmentasi kulit berwarna
yang efektif timbulnya eritema nodusum. merah dan hitam, (terutama
terhadap dapat menekan eksaserbasi bagi orang berkulit putih),
basil lepra) lepromatosis serta dapat terjadi penurunan
Pada pemberian oral, obat ini berat badan.
diserap dan ditimbun dalam
jaringan tubuh.
Prognosis
Pada umumnya baik, hanya jika pasien mampu mengikuti
program secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai