Anda di halaman 1dari 28

QDB 3

Masalah, dampak dan peran tenaga


kesehatan
OUTLINE
Masalah yang terjadi dalam bencana Sumatra Barat 2009 (kesehatan
fisik,mental dan psikologis, Lingkungan,K3, Gizi, Pelayanan
Kesehatan,Koordinasi, Pengungsian, Logistik dan surveilans)
Dampak Permasalahan untuk korban dan tenaga kesehatan
Persiapan yang harus dilakukan tenaga kesehatan sebelum turun ke
daerah bencana
Peran setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi Bencana : FKG, FKM,
FIK, FF
Masalah yang terjadi dalam gempa sumbar 2009

Menurut BNPB ada 6. 234 orang korban tewas dan


Kesehatan 343 orang dilaporkan hilang.(wikipedia)

fisik, mental Korban gempa dan kehilngan keluarga akan


mengalami trauma dan kesedihan yang mendalam.
dan psikologis Perasaan kehilanngan rasa jaminan keamaan juga
dialami oleh anak-anak dan remaja.
Pentingnya penyuluhan dan pelayanan KB pada
korban pengungsian pasca gempa untuk mencegah
kejadian kehamilan yang tidak direncanakan
Dampak Lingkungan

Tanah longsor akibat guncangan


Terjadi banjir akibat rusaknya tanggul
Gempa dengan guncangan cukup besar mengakibatkan tsunami
Permasalahan sanitasi juga muncul (The Sphere Project, 2011; Tekeli-Yesil,
2006). Ondisi lingkungan yang tidak higienis dan terbatasnya persediaan air
bersih serta terbatasnya jamban menyebabkan korban bencana lebih rentan
untuk mengalami kesakitan bahkan kematian
Dampak Gizi Pada Pengungsi
Persediaan pangan yang tidak
mencukupi juga merupakan awal dari Bayi dan balita
proses terjadinya penurunan derajat Tidak mendapatkan ASI

kesehatan yang dalam jangka panjang


akan mempengaruhi secara langsung
tingkat pemenuhan kebutuhan gizi
korban bencana.
Makanan Kadaluarsa
(Pusat Penanggulangan Masalah
Kesehatan Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan, 2001).

Kelangkaan pasokan pangan


Dampak Koordinasi

Bencana alam membuat semua pihak mengulurkan bantuan dari berbagai organisasi
termasuk organisasi non pemerintah dan juga LSM. Namun seringkali organisasi tersebut
melakukan kegiatan penaggulangan tanpa diketahui dinkes setempat sehingga menyebbkan
adanya tumpang tindih atau bantuan yang di terima tidak sesuai dengan kebutuhan secara
kuantitas dan jenis yang dikehendaki
Masalah Pelayanan Kesehatan

Rusak nya Infrastruktur Rumah sakit atau fasilitas kesehatan


mengakibatkan lumpuhnya pelayanan kesehatan.
Pembangunan tenda atau posko kesehatan menjadi solusi
namun pelayanan kesehatan yang diberikan akan sangat
terbatas.
Masalah Pengungsian

Rubuhnya bangunan dan tempat tinggal saat Gempa


menyebabkan pentingnya mendirikan posko
pengungsian.
Memerlukan lokasi dan lahan yang cukup luas untuk
menampung para pengungsi
Masalah Logistik Masalah Surveilans
Gangguan ketersediaan Deteksi cepat kasus wabah
terkait pemenuhan penyakit rawan adalah penting
kebutuhan pengungsi untuk memastikan kontrol yang
cepat.
terkendala terbatasnya alat Sebuah sistem surveilans /
transportasi dan sulitnya peringatan dini harus cepat
akses menuju tempat dibentuk untuk mendeteksi
bencana wabah dan memonitor prioritas
penyakit endemik
Diperlukannya sumber daya
manusia yang berkompeten dalam
melakukannya
Dampak Permasalahan untuk korban dan tenaga kesehatan

Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan


yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi
Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim
Bantuan Kesehatan. Koordinator Tim dijabat oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1653/Menkes/SK/XII/2005). Disadari ataupun
tidak,penanganan terhadap korban yang mengalami trauma dapat
membawa dampak emosional yang signifikan pula bagi petugas atau
relawan yang mendampinginya.
Adapun sumber-sumber stres bagi para petugas ataupun
relawan yang menurut Enrenreich dan Elliot (2004) yaitu:
Tuntutan fisik yang berat dan kondisi tugas (kerja) yang tidak menyenangkan

Beban kerja yang berlebihan, jangka waktu lama dan kelelahan kronis (chronicfatigue)

Berkurang atau bahkan hilangnya privasi dan ruang pribadi

Jauh dari keluarga menimbulkan kecemasan pada kondisi keluarga

Kurangnya sumber-sumber yang tepat (adequate resources) baik secarapersonil, waktu,


bantuan logistik atau skill (ketrampilan) untuk melakukan tugasyang dibebankan

Adanya bahaya mengancam (penyakit, terkena gempa susulan, dan


sebagainya),perasaan takut dan tidak pasti yang berlebihan

Beban birokratis yang berlebih atau kurangnya dukungan (support) danpengertian


pimpinan organisasi
sumber-sumber stress

Konflik interpersonal di antara anggota kelompok relawan yang di lapanganmengharuskan


mereka untuk dekat dan saling bergantung pada waktu cukuplama

Perasaan tidak berdaya kala menghadapi tuntutan yang melewati batas (overwhwelming need)

Perasaan sakit karena tidak bisa memenuhi tuntutan yang ada

Dilema moral dan etika

Harus mampu menjaga netralitas (sikap netral) jika berada dalam situasi politikyang
terpolarisasi

Perasaan bersalah melihat korban bencana tidak memiliki makanan, tempat dan kebutuhan
hidup lain.
Persiapan Tenaga Kesehatan sebelum
Persiapan yang harus dilakuukan tenaga kesehatan sebelum turun ke daerah bencana
Pelatihan Managemen
Bencana
terjun ke daerah bencana berupa
Pelatihan Rumah Sakit
kompetensi yang harus dimiliki yang Lapangan

Pelatihan Pengelolaan
diperlukan untuk mengurangi Obat dan Logistik

dampak bencana yang ada. Pelatihan BTLS (Basic


Trauma Life Support)
Kompetensi yang harus dimiliki Pelatihan ACLS (Acute
Cardiac Life Support)
seperti:
Persiapan lain yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan adalah:

1. Menyiapkan Personal Kit di tempat kerja yang setiap saat dapat dibawa ke lokasi bencana. Isi personal kit, antara lain :
o Pakaian minimal 2 stel
o Pakaian dalam secukupnya
o Kartu tanda pengenal
o Rompi petugas kesehatan
o Sepatu kets dan kaos kaki
o Topi dan jas hujan
o Personal hygiene
o Obat pribadi
o Senter
o Blocknote dan pulpen
1. Membawa laptop, flasdisk dan modem untuk keperluan pelaporan.

2. Menyiapkan data contact person instansi terkait di lokasi bencana


(y.i. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Rumah Sakit, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan, BBTKL,
BPBD) dan nomor-nomor telepon darurat (y.i. polisi, ambulans,
pemadam kebakaran, SAR dan lain-lain).
Peran setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi
Bencana
FKG
Tugas utama dari dokter gigi dalam identifikasi adalah melakukan identifikasi jasad individu yang sudah
rusak, mengalami dekomposisi, atau sudah tidak dalam keadaan utuh.

Adapun informasi yang bisa menjadi catatan pada pemeriksaan jasad individu adalah
perkiraan usia (misalnya dari panjang akar gigi pada gigi anak),
perkiraan jenis ras (dari bentuk dan karakteristk tengkorak dapat ditentukan ras Kaukasiod, Mongoloid, dan
Negroid)
jenis kelamin (dari bentuk tengkorak, dari tidak adanya kromatin Y pada pemeriksaan mikroskopik, atau dari
pemeriksaan DNA)
Informasi tambahan lainnya yang mungkin bisa diambil adalah jenis pekerjaan (jejas jepit rambut pada capster),
konsumsi makanan (dari erosi gigi karena alkohol ataupun stain rokok) atau kebiasaan lainnya ( seperti
menggunakan pipa rokok), serta penyakit gigi atau penyakit sistemik lainnya (misalnya gangguan makan, stain akibat
pemakaian antibiotik tetraskilin).
Apabila data post-mortem tidak memungkinkan suatu identifikasi, maka dapat dilakukan reproduksi wajah semasa
hidup berdasarkan profil tengkorak dan gigi.
Identifikasi korban bencana yang dapat dilakukan oleh dokter gigi :
Identifikasi ras korban dari gigi geligi dan antropologi ragawi.
Identifikasi jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang rahang.
Identifikasi umur korban melalui gigi susu, gigi campuran atau gigi tetap.
Identifikasi korban melalui kebiasaan/pekerjaan menggunakan gigi.
Identifikasi DNA korban dari jaringan sel dalam rongga mulut.
Identifikasi korban dari gigi palsu yang dipakai.
Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang.
Peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi
bencana (FK)
Prinsip Peran Profesi Dokter dalam Penanggulangan Bencana

a. Peran Dokter dalam Keadaan Bencana

Dokter merupakan salah satu praktisi kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana.
Peran dokter tersebut diantaranya:
Melakukan penanganan kasus kegawatan darurat trauma maupun non trauma (seperti PPGD-
GELS, ATLS, ACLS)
Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana
Mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban dalam triase
Menetapkan diagnosis terhadap pasien kegawatan dan mencegah terjadinya kecatatan
pada pasien
Memberikan pelayanan pengobatan darurat
Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana
Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih
lanjut
Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitatif
Peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi
bencana (FKM)
Peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi
bencana (FIK)
PERANAN TENAGA KESEHATAN SAAT TERJADI
BENCANA (FF)
ANCAMAN yang Sering Timbul
Pengadaan/Penyediaan Obat dan Bantuan obat dan perbekkes tidak
Perbekkes merata.
Obat dan perbekkes tidak
Pencatatan dan Pelaporan
tersedia/kurang.

Obat dan perbekkes tidak sesuai


Tidak dilakukan pencatatan dan
kebutuhan sehingga tidak terpakai. pelaporan secara periodik
disebabkan kurangnya SDM Farmasi
Penyimpanan dan Pendistribusian di daerah bencana.
Obat disimpan sembarang. Laporan pemakaian obat tidak
Pendistribusian memakan waktu lama. tersedia

.
Upaya Manajemen Obat Dalam Kedaruratan
Memanfaatkan persediaan obat yang ada di kab/kota.
Apabila diperlukan bantuan obat, diupayakan dari kab/ kota, provinsi terdekat dan bila tidak
terpenuhi dapat mengajukan permohonan secara berjenjang dari kabupaten/kota ke provinsi,
dari provinsi ke pusat, dengan menyampaikan surat permintaan dari daerah bencana.
Dalam pendistribusian obat perlu:
Pemerintah pusat dan daerah perlu mengalokasikan biaya distribusi sehingga tidak
mengalami kesulitan dalam mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan.
Kerjasama/koordinasi lintas sektor dan program (dengan TNI/Polri, Basarnas, BNPB, dsb)
diperlukan agar bantuan obat dapat terdistribusi secara cepat dan efektif ke daerah bencana.
Menyeleksi obat-obatan yang masuk, yaitu jenis dan dosis obat sesuai kebutuhan/pola penyakit.
Kualitas obat baik (kondisi fisik dan tanggal kadaluarsa).
Penyimpanan dan pendistribusian obat dengan baik
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan pada tempat dan kondisi
yang sesuai persyaratan dan dikelola oleh petugas yang berkompeten.
One gate and one day service.
Melakukan pencatatan dan pelaporan
Pencatatan: Sebaiknya dilakukan oleh tenaga farmasi/tenaga kesehatan
menggunakan kartu stok.
Pelaporan: Pelaporan dilakukan secara periodik (harian, mingguan,atau
bulanan) yang meliputi penerimaan, pengeluaran/pemakaian, dan sisa
stok sebagai bentuk pertanggungjawaban setiap tingkat pelayanan
kepada organisasi di atasnya dan sebagai bahan evaluasi.
Mengapa donasi obat-obatan pada bencana dapat menjadi
potensi masalah baru? Jelaskan hal2 yang mungkin terjadi
Obat yang disumbangkan sering tidak sesuai untuk situasi darurat atau
memerlukan perhatian khusus.
Tenaga kesehatan tak selalu familiar dengan obat yang didonasikan
Obat tidak terdaftar untuk digunakan di negara penerima dan tidak
mengikuti petunjuk pengobatan lokal
Obat yang datang tidak disortir, sulit diidentifikasi, tidak dikenal di negara
penerima, dilabeli dengan merek atau bahasa yang tidak dipahami orang
di daerah setempat.
Kualitas obat tidak selalu memenuhi standar di negara pendonor. Obat yang
didonasikan mungkin sudah kadaluarsa atau akan kadaluarsa sebelum
sampai pada pasien atau merupakan obat kembalian (kemasan setengah jadi
yang telah dikembalikan ke pabrik, atau sampel gratis yang diberikan kepada
tenaga kesehatan).
Rencana distribusi sering mengabaikan prosedur administratif
normal. Contohnya : donasi tidak secara otomatis memenuhi syarat import
bebas pajak, sehingga menimbulkan biaya tinggi di agen penerima, sistem
distribusi melangkahi gudang pemerintah pusat, atau nilai obat membuat
anggaran obat pemerintah berkurang.
Prinsip utama yang harus dipenuhi dalam proses pemberian bantuan obat dan
perbekalan kesehatan mengacu kepada Guidelines for Drug Donations, yaitu:
1. Prinsip pertama: obat sumbangan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi negara penerima, sehingga bantuan harus didasarkan pada kebutuhan, sehingga kalau
ada obat yang tidak diinginkan, maka kita dapat menolaknya.
2. Prinsip kedua: obat sumbangan harus mengacu kepada keperluan dan sesuai dengan
otoritas penerima dan harus mendukung kebijakan pemerintah dibidang kesehatan dan
sesuai dengan persyaratan administrasi yang berlaku.
3. Prinsip ketiga: tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas jika kualitas salah satu
item obat tidak diterima di negara donor, sebaiknya hal ini juga diberlakukan di negara
penerima.
4. Prinsip keempat: adalah harus ada komunikasi yang efektif antara negara donor dan
negara penerima, sumbangan harus berdasarkan permohonan dan sebaiknya tidak
dikirimkan tanpa adanya pemberitahuan.
Penyediaan Kebutuhan Obat dan Perbekalan
Kesehatan PADA SAAT BENCANA
Jenis bencana
Setiap bencana memiliki risiko kesehatan yang berbeda beda sehingga obatnya pun juga berbeda.
Diharapkan kab/kota sudah dapat memperkirakan jumlah dan jenis obat dan perbekalan
kesehatan yang harus disiapkan.
Luas bencana dan jumlah korban
Kebutuhan jumlah obat dan perbekalan kesehatan harus disesuaikan dengan jumlah korban dan
besarnya bencana (laporan tim RHA).
Stok obat yang dimiliki
Menggunakan persediaan obat dari stok Unit Pelayanan Kesehatan atau Dinas Kesehatan
Kab/Kota yang ada, dan jika kurang dapat menggunakan stok dari Kabupaten/ Provinsi terdekat.
Penilaian perlu dilakukan dengan memperhitungkan jumlah pengungsi/korban bencana, jenis
kelamin dan usia.
Sumber
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. 2014. Buku saku petugas lapangan
penanggulangan krisis kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta
DepKes. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana [Mengacu pada standar internasional]. Sekertariat Jendral
Departemen Kesehatan: Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 59 Tahun 2011
http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/kesehatan-masyarakat/222-
dampak-bencana-terhadap-kesehatan-masyarakat
https://
www.merdeka.com/sehat/dampak-psikologis-yang-biasa-dialami-korban-gempa-bumi
.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_Barat_2009

Anda mungkin juga menyukai