Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

Hipotiroidisme
Pembimbing :
dr. Hardi S, Sp.Pd
PENDAHULUAN
Hipotiroidisme merupakan kelainan endokrin kedua yang paling banyak
dijumpai di Amerika Serikat setelah diabetes mellitus. Hipotiroid primer
lebih sering di jumpai dibanding hipotiroid sekunder dengan
perbandingan 1000 : 1.

Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme


primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu
sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan
oleh hipofisishi disebut potiroidisme tersier
hipotiroidisme
Kekurangan Iodium sebagai penyebab hipotiroidisme lebih sering terjadi
gangguan kelenjar tiroid di negara-negara kurang berkembang. Suplementasi rutin garam, tepung,
dan makanan pokok lainnya dengan yodium telah menurunkan tingkat
defisiensi yodium. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari 130
hipertiroidisme negara yang diambil dari Januari 1994 sampai Desember 2006
menemukan gizi yodium tidak memadai pada 30,6% populasi.3

Prevalensi hipotiroid di Indonesia belum diketahui secara pasti. Riset


Kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 melakukan pemeriksaan kadar TSH
sebagai salah satu penunjang diagnostik gangguan tiroid
1. Pengertian Hipotiroidisme
2. Etiologi Hipotiroidisme
3. Patogenesis Hipotiroidisme
Hipotiroidisme
4. Gambaran klinis Hipotiroidisme
5. Diagnosis Hipotiroidisme
6. Tata Laksana Hipotiroidisme
HIPOTIROID

DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana


kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroid.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar
hormon tiroid dalam darah.
Kegagalan dari kelenjar tiroid untuk produksi hormon
tiroid guna memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
American Society for Study of Goiter, Depkes Indonesia
HIPOTIROID

Hipotiroid primer : kerusakan pada


kelenjar tiroid
DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN
Hipotiroid sekunder: akibatKLINIS
Penyebab defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi
sekresi TRH oleh hipotalamus

klasifikasi

1)Goiter Nodusa Non Toksik


2)Goiter Diffusa Non Toksik
Goiter
3)Goiter Nodusa Toksik
4)Goiter Diffusa Toksik

Struma nodosa nontoksik merupakan struma nodosa tanpa disertai tanda- tanda
hipertiroidisme
toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu nodul,
disertai tanda tanda hipertiroidisme
struma difusa seluruh kelenjar gondok dapat mengalami
pembesaran (seakan terjadi pembesaran leher). Struma difusa
toksik merupakan kelainan nomor dua yang paling sering
ditemukan di Indonesia.
HIPOTIROID

Hipotiroid primer : kerusakan pada


kelenjar tiroid
DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN
Hipotiroid sekunder: akibatKLINIS
Penyebab defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi
sekresi TRH oleh hipotalamus

klasifikasi

1)Goiter Nodusa Non Toksik


2)Goiter Diffusa Non Toksik
Goiter
3)Goiter Nodusa Toksik
4)Goiter Diffusa Toksik

Struma nodosa nontoksik merupakan struma nodosa tanpa disertai tanda- tanda
hipertiroidisme
(1) Kekurangan iodium: Defisiensi iodin merupakan penyebab terbanyak struma nontoksik endemik
maupun sporadik.. Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50
mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hipotiroid dan kretinisme.
HIPOTIROID

Hipotiroid primer : kerusakan pada


kelenjar tiroid
DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN
Hipotiroid sekunder: akibatKLINIS
Penyebab defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi
sekresi TRH oleh hipotalamus

klasifikasi

1)Goiter Nodusa Non Toksik


2)Goiter Diffusa Non Toksik
Goiter
3)Goiter Nodusa Toksik
4)Goiter Diffusa Toksik

Struma nodosa nontoksik merupakan struma nodosa tanpa disertai tanda- tanda
hipertiroidisme
(1) Pada umumnya, penderita penyakit struma non toksik sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan..
(2) Nodusa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid (Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid).
Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:

Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaan


Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan
Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal
Derajat III: terlihat pada jarak jauh.

Berdasarkan klasifikasi dan karakteristik, Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :

Berdasarkan jumlah nodul


Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma
multinodosa.
Berdasarkan konsistensinya
Nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras.
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid.
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating
Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan
hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid.
HIPOTIROID

Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar


tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi
KLASIFIKASI
DEFINISI EPIDEMIOLOGI Penyebab ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS
sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi
TRH oleh hipotalamus

klasifikasi

1)Goiter Nodusa Non Toksik


2)Goiter Diffusa Non Toksik
Goiter
3)Goiter Nodusa Toksik
4)Goiter Diffusa Toksik

Etiologi struma difusa nontoksik diantaranya :


(1) Defisiensi iodium seperti yang ditemukan pada endemik goiter
(2) Autoimmun thyroiditis: Hashimoto atau postpartum thyroiditis
(3) Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.
(4) Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis terhadap hormon tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-stimulating
immunoglobulin
Figure 11.24
Endemic goiter is caused by insufficient iodine in the diet. A
FIGURE. Haitian woman with nontoxic goiter. ( lack of iodine causes hypothyroidism, and the resulting
James Gray, MissionFoto, Gosport, IN.) elevation in TSH secretion stimulates the excessive growth of
the thyroid.
HIPOTIROID

DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS

Hipotiroidisme paling banyak terjadi pada populasi lansia, dengan 2-20% kelompok usia lanjut
memiliki beberapa bentuk hipotiroidisme. Studi Framingham menemukan hipotiroidisme (TSH> 10
mIU / L) pada 5,9% wanita dan 2,4% pria berusia lebih dari 60 tahun.
Struma nodusa endemik terjadi pada 10% populasi suatu daerah. Sedangkan struma nodusa yang
bersifat sporadik disebabkan oleh multifaktor seperti lingkungan dan genetik dan tidak melibatkan
populasi umum
Dinamakan nodusa toksik bila kelenjar aktif menghasilkan hormon tiroid sehingga produksinya
berlebihan. Sebaliknya bila kelenjar tiroid tidak aktif menghasilkan hormon tiroid disebut dengan
nodusa non-toksik. Jenis nodusa-non toksik paling banyak ditemukan di Indonesia
Struma difusa toksik merupakan kelainan nomor dua yang paling sering ditemukan di Indonesia.
HIPOTIROID

DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS

Lebih dari 95% penderita


hipotiroidisme mengalami
hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada
disfungsi kelenjar tiroid itu
sendiri.
Penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini (1) Hashimoto's
thyroiditis (2) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi) (3) Penyakit pituitari atau hipotalamus (4)
Obat-obatan (5) Kekurangan yodium yang berat

hipotiroidisme akibat defisiensi


Pengobatan hipertiroidisme , iodium dalam makanan. Gondok
penyebab kedua tersering baik yodium adalah pembesaran kelenjar tiroid.
Penyakit hashimoto juga disebut
radioaktif maupun pembedahan Pada defisiensi iodium terjadi
tiroiditis otoimun, terjadi akibat
cenderung menyebabkan gondok karena sel-sel tiroid
adanya autoantibodi yang merusak
hipotiroidisme menjadi aktif berlebihan dan
jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
Con : termasuk methimazole hipertrofik dalam usaha untuk
menyebabkan penurunan HT
(Tapazole), Obat psikiatris, lithium , menyerap semua iodium yang
disertai peningkatan kadar TSH
strumaktomi tersisa dalam darah.
dan TRH akibat umpan balik
pemberian RAI (Radioactive iodine) Kadar HT yang rendah akan disertai
negatif yang minimal
pada hipertiroidisme menyebabkan kadar TSH dan TRH yang tinggi
lebih dari 40-50% karena minimnya umpan balik
HIPOTIROID

Manifestasi klinis per sistem:


DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS
Metabolik: penurunan metabolisme basal Lelah (99%), penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin (98%),
eritropoiesis, nafsu makan menurun, pemecahan vldl lambat meningkatkan kadar vldl menyebabkan hiperkolestrolemia dan
memudahkan terjadi arteriosclerosis; gangguan gluconeogenesis dn glikogenolisis hipoglikemia.

Sistem gastrointestinal (40-58%): penurunan lipolisis anoreksia, peningkatan berat badan, penurunan perangsangan otot-
otot usus kontsipasi

Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal (88%) ; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal;
rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk (80%).

Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea (64%).

Sistem kardiovaskular (20%)): bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi, toleransi terhadap aktivitas menurun.

Sistem musculoskeletal (30-40%): nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambat

Sistem neurologi (60%) : intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian
kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran. Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang
HIPOTIROID

DEFINISI KLASIFIKASI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI GAMBARAN KLINIS

Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon
tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1) Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2) Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3) Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang
merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
a. Jika produksi hormone tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya
sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH.
b. Penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua
sistem tubuh.
c. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain : penurunan produksi asam lambung, penurunan motilitas usus,
penurunan detak jantung., gangguan fungsi neurologist., penurunan produksi panas
d. Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar
kolesterol dan trigeliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis.

e. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda
dari miksedema.

f. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien
mengalami anemia.
Diagnosis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa benjolan di leher
yang sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipotiroidnya
Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus digali lebih jauh apakah
pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai dengan gangguan menelan,
gangguan bernafas dan perubahan suara.
Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan hipofungsi dari kelenjer
tiroid.
Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk mengetahui
apakah ada kecendrungan ke arah struma endemik.
Pada pemeriksaan fisik

inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak, timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut
bergerak saat menelan atau tidak Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan akan ikut bergerak saat menelan,
sementara jika tidak ikut bergerak maka harus dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher.

Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan :


- Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
- Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
- Jumlah nodul: satu (uninodusa) atau lebih dari satu (multinodusa)
- Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
- Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
- Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus sternokleidomastoidea
- Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang
mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakan teknik
radioimmunoassay (RIA) dan ELISA dalam serum atau plasma darah.
Antigen tiroid
Radiologi : USG
TATALAKSANA
Tujuan pengobatan :
1. Meringankan keluhan dan gejala
2. Menormalkan metabolisme
3. Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
4. Membuat T (dan T) normal
5. Menghindarkan komplikasi dan resiko

Prinsip melaksanakan substitusi:


a. Makin berat hipotirodisme, makin rendah dosis awal dan makin landau peningkatan dosis
b. Geriatric dengan angina pectoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati hati
TATALAKSANA
1) Hormon tiroid (L-tiroksin)
T4 digunakan untuk mengurangi ukuran atau menekan pertumbuhan goiter yang lebih lanjut.
Contoh : Levothyroxine (Synthroid, Levoxyl, Unithroid, Levothroid)
Dosis Dewasa : 50-75 mcg / d PO; mengevaluasi TSH dalam 6 minggu, menyesuaikan dosis untuk menjaga TSH rendah
dalam kisaran referensi (yaitu, sekitar 0,3-1 IU / mL)
Terapi radiasi
Untuk goiter yang terus berkembang dan menyebabkan obstructive symptom
Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan
subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi.
c)Radioactive yodium
Terapi ini dilakukan untuk mengurangi saiz goiter tersebut. Terapi ini dilakukan apabila operasi tidak dapat dilakukan.

Tindakan pembedahan
Penyakit gondok tersebut dapat dicegah, salah satu cara pencegahannya adalah dengan peningkatan
konsumsi garam beriodium. Garam beriodium yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional
yakni mengandung iodium sebesar 30-80 ppm. Dianjurkan setiap orang mengkonsumsi garam
beriodium sekitar 6 g atau I sendok teh setiap hari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan
sehari-hari yang diolah dengan menggunakan gartrm sebagai penambah rasa dalam hidangan.
Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya asupan Iodium dalam makanan ataupun
minuman.
Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi makanan dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan
besamya bergantung dari kadar iodium dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak
pasien menderita penyakit gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ber-iodinisasi NaI
(100mg iiodium per gram garam).
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor
resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan
memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran
pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi
sesuai umur dan kelamin.
e. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis
untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan orang yang
telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara
yaitu seperti di penatalaksananan di atas seperti operasi,yodium radioaktif,pemberian tiroksin dan anti
tiroid.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah
proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya
kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bettendorf M. Thyroid disorders in children from birth to adolescence. Eur J Nucl Med. 2002;29:S439 - S46.
2. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5., Jakarta: Interna., 2009:1035-37.
3. Orlander, P. Hypotiroidism. 2017 (diakses 13 Juni 2017). Tersedia dari URL:http://emedicine.medscape.com/article/122393-overview#a5
4. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. 2015.(diakses 13 Juni 2017).
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-tiroid.pdf etiologi hipotiroid pdf
5. Townsend CM, Beaucham RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice: Thyroid. 19ed.
Philadelphia: Elsevier; 2012. p886-92
6. Tortora GJ, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiologi: Thyroid. 13th ed. United States of America: John Wiley & Sons, Inc; 2012. P 696-700
7. Babu CP, Karunakaran K. A Study on Goitre in a Teritiary Care Hospital. Int J Cur Res Rev, Sep. 2013 / Vol 05 (17)
8. Zimmermann, Michael B. Research on Iodine Deficiency and Goiter in the 19th and 20th Centuries. The Journal of Nutrition 2008/vol 138;11:2060-3
9. Jacob et al. Treatment and Prevention of Recurrence of Multinodular Goiter An Evidence-based. World Journal of Surgery. 2008;32:1301-12
10. Sweeney, LB, Rowley, Gaitonde. Hypothyroidism: An Update . Eisenhower Army Medical Center Journal. Agustus 2012. 86(3) : 245-251
TERIMA KASIH
Skor Billewicz menggunakan 8 gejala dan 6 tanda
untuk menilai status tiroid, dan mendiagnosis
hipotiroidisme. Dalam sebuah studi mendetail tentang
256 kontrol eutiroid, dan pasien hipotiroid, 13 gejala
dan 8 tanda dipelajari. Awalnya 14 gejala dan tanda
dipilih dan berbobot berbeda, berdasarkan frekuensi
kejadiannya pada pasien hipotiroid [Tabel 6].
Skor +25 atau lebih menunjukkan hipotiroidisme,
sementara skor -30 atau kurang tidak termasuk
penyakit. [8] Skor tersebut dapat digunakan sebagai
alat skrining, terutama pada pasien psikiatri. Kegunaan
skor Billevicz terletak pada kemampuannya untuk
mengajar siswa tentang gambaran klinis penyakit ini
Sumber :
Indian Journal of Endocrinology and Metabolism
http://www.ijem.in/temp/IndianJEndocrMetab15689-
548021_151322.pdf
Diminished sweating is assessed in a warm room or a centrally heated hall (Billewicz practiced in Aberdeen, Scotland).
Dry skin is defined as dryness of skin noted spontaneously, or requiring treatment. Cold intolerance implies a preference for a
warm room, extra clothing, or bed clothing.
The weight increase is scored as present if the patient reports a recorded increase in weight or complains of tightness of clothing.
Similarly, constipation is scored as present if the patient reports a change in bowel habit or use of laxative Hoarseness is assessed in
both speaking voice and singing voice, while paresthesia are scored based on subjective sensations.
Deafness is defined as progressive improvement of hearing.
Slow movements are noted while observing the patient removing and replacing a buttoned garment. Correction of skin is assessed
over the hands, forearms, and elbows, with the examiner checking for roughness and thickening of skin.
Cold skin is assessed by comparing the patients hand temperature with that of the examiners. Periorbital puffiness is defined if it
obscures the curve of the malor bone. Billewicz et al. recommend counting the pulse for a 30-s period, and report bradycardia of
the pulse
Zulewski et al. [Table 8] set out to reevaluate the classical
signs and symptoms of hypothyroidism in the light of
modern laboratory tests. They measured clinical scores,
thyroid function, and tissue thyroid status (using ankle reflex
relaxation time [ART] and total cholesterol, in 50
hypothyroid, 93 subclinically hypothyroid, 67 treated
hypothyroid, and 189 euthyroid female adults.[10]
A score >5 points defined hypothyroidism, while a score of
0-2 points defined euthyroidism. Sixty two percent of all
overt hypothyroidism was detected by the new score (as
compared to 42% with the Billewicz score).

Anda mungkin juga menyukai