Anda di halaman 1dari 39

Identitas pasien

Nama : Ny.S
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 19 September 1986
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status Marital : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA (tamat)
Pekerjaan Terakhir : Petani
Alamat : Pokimal, Gejugjati Lekok Pasuruan
Nama Ayah : Tn.S
Nama Ibu : Ny.Y (ibu rumah tangga)
Tanggal MRS : 08-11-2014
Tanggal Pemeriksaan : 11-11-2014
Tanggal Home Visit : 11-11-2014
Nomor RM : 104038xx
Anamnesa
KU:Marah marah tanpa sebab (Hetero Anamnesa)
Auto Anamnesa
Pasien berada di Ruang Anyelir RSJ dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Pasien menggunakan seragam
RSJ, roman wajah sesuai dengan usianya, pasien tidak
berbau dan ada kontak mata, pasien dalam keadaan
terikat diatas kasur diruangan. Pasien juga kooperatif.
Pasien dapat menyebutkan nama, usia, alamat,
pendidikan terakhir dengan benar. Pasien dapat
menyebutkan diantar ke RSJ oleh keluarganya dengan
mengendarai mobil, berangkat dari mojokerto sekitar
pukul 09.00 WIB pagi hari. Pasien merasa tidak sakit
tetapi keluarganya yang sakit karena mengira pasien
adalah orang gila.
Pasien mengatakan marah-marah dan lempar-lempar
barang karena mendengar bisikan, bisikannya ada banyak
kadang cewek dan cowok,bisikannya menyuruhnya untuk
marah-marah dan melempar barang, terkadang bisikannya
membicarakan perilaku pasien. Pasien menceritakan
kejadian kecelakaan mobil 7 tahun yang lalu, mobilnya yang
dikendarai oleh suami dan anaknya terguling. Pasien
mengatakan bahwa suami dan anaknya meninggal setelah
kejadian. Kemudian pasien sholat berjam-jam dan
mendapatkan anugrah kekuatan bisa menghidupkan orang
yang meninggal. Pasien mengatakan bahwa kekuatan yang
diturunkan kepadanya adalah suatu mukjizat dari Allah.
Kemudian pasien ingin menghidupkan kembali anak dan
suaminya. Pasien ingin memeluk dan mencium anaknya.
Pasien juga sering mendengar bisikan yang mengatakan itu
anakmu datang.
Ketika pasien di tanya tentang kehamilannya pasien menjawab tidak tau,
iya paling,, malu, sudah sama-sama tau SDnya es teh dikasi sawi, es
campur saja asesole,, (sambil ceria). Kemudian pasien ditanya tentang
sholat ada berapa dan pasien menjawab ada 5, subuh ,asyar, magrib
,isya (tiba-tiba pasien melantunkan doa orang tua).
Pasien juga mengaku kalo punya ilmu azwaja, fiqih, quran, hadist, tajwid
apapun tau azwaja dan bahasa arab. Ilmunya digunakan untuk berbuat
baik saja. Ilmu dari sunan kalijaga walisongo.
Kegiatan dirumah sehari-hari nyapu, masak, ngepel seperti biasa tanpa
disuruh-suruh. Makan dan mandi sendiri.
Pasien mengatakan hanya punya 1 suami dan tidak pernah menikah lagi.
Nama suaminya edy prasetyo.Dan punya anak 1 namanya brian. Dan
sudah menikah sejak tahun 2007.
Pasien juga mengatakan suka berbelanja mainan anak kecil, peralatan
tulis, dan suka berbagi kepada ponakan-ponakannya pasien juga
mengatakan sangat senang jika berbagi rejeki.
Pasien terlihat sangat senang dengan raut wajah seperti sangat bahagia
walaupun pasien ternyata tau pasien dimasukkan ke dalam rumah sakit
jiwa, dan pasien sangat banyak bicara secara bertubi-tubi dan banyak
mengajak pemeriksa bercanda dan tertawa secara berlebihan.
Key point
Marah-marah
Merasa tidak sakit
Merasa ada bisikan yang menuruhnya mara-marah dan melempar barang.
Berbicara tidak sesuai topik
Dalam pembicaraan pasien di anatr kalimat tidak berhubungan satu sama lain.
Mendapatkan anugerah dan bisa menghidupkan anaknya yang sudah meninggal.
Pasien merasa kekuatan tersebut adalah mukjizat
Pasien terlihat sangat senang dengan raut wajah seperti sangat bahagia walaupun
pasien ternyata tau pasien dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa
pasien sangat banyak bicara secara bertubi-tubi dan banyak mengajak pemeriksa
bercanda dan tertawa secara berlebihan.

Berbicara tidak berhubungan antar kalimat


Hetero Anamnesa (sumber informasi: suami pasien dan ayah kandung
pasien)
Riwayat Penyakit Sekarang
Tujuh hari yang lalu Pasien marah-marah tanpa sebab, pasien marah
marah sambil banting banting barang. Pasien tidak sanpai mengancam
dan melukai keluarga. Pasien juga tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
Pasien marah ke suaminya karena tidak ada biaya pulang ke jawa untuk
bertemu anak kandungnya.
Sepuluh hari yang lalu pasien juga susah tidur karena selalu kepikiran
anaknya yang bernama brian, kemudian pasien mondar-mandir didalam
kamar. Pasien juga suka beli-beli mainan anak kecil seperti penggaris kecil,
mobil-mobilan, baju-baju anak kecil dan sehari menghabiskan uang
sebesar 400rb, kemudian besoknya pasien ingin membeli-beli mainan lagi
tetapi suami membatasi kebutuhan belanja pasien.
Dua minggu yang lalu pasien sembahyang magrib dan wiritan sampai jam
2 pagi, kemudian pasien mengatakan bisa melihat dua alam.
Satu setengah tahun yang lalu pasien bekerja di sampit (kalteng)
dan menikah dengan suami yang kedua Tn.T. Pasien tinggal disampit
bersama suaminya yang kedua. Selama disampit pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Menurut pengakuan Tn.T hubungan
pasien dengan suami dan anaknya masih ada komunikasi tapi
jarang.
Enam tahun yang lalu suami pasien terjatuh saat memotong
rumput dan menurut penjelasan keluarga kedua kaki patah dan
tidak dibawa langsung ke rumah sakit tetapi dibawa ke sangkal
putung, setelah itu pasien dan suaminya cerai (karena tidak bisa
memenuhi kebutuhan keluarga), setelah itu pasien bekerja dibali
sebagai pegawai counter, dan tidak pernah bertemu dengan
anaknya.
Delapan belas tahun yang lalu pernah mengurungi diri didalam
kamar selama 1 bulan, karena putus cinta, tetapi pasien masih bisa
makan, minum dan mandi, terkadang masih mau bergaul tapi kalo
ingat kejadian putus cinta sedih lagi.
Pasien selama dirumah makan, minum, dan mandi bisa
sendiri, dirumah seperti biasa melakukan aktivitas sehari-
hari sebagai ibu rumah tangga yaitu menyapu, memasak,
ngepel, dsb.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat Penggunaan Napza Psikoaktif :
Pasien tidak mengkonsumsi rokok, alkohol, atau narkoba.
Riwayat Penyakit Dahulu (Medis)
Tidak didapatkan riwayat diabetes mellitus, tekanan darah
tinggi, kejang atau penyakit infeksi lainnya, dan riwayat
trauma kepala.
Riwayat kepribadian sebelumnya :
Sejak kecil pasien memiliki karakter terbuka, suka bergaul,
dan senang bersosialisasi dengan sekitarnya.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan anak
Pasien lahir spontan, cukup bulan, persalinan normal, dan ditolong oleh bidan.
Selama kehamilan ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
atau jamu. Perkembangan pasien seperti teman-teman sebayanya.
Riwayat sosial dan riwayat pekerjaan
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Pasien sejak SD, SMP, dan SMA tamat tepat waktu, disekolah suka berteman dan
bersosialisasi.
Faktor keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien
Faktor organik
Riwayat trauma atau kecelakaan dan cedera kepala disangkal, riwayat kejang
disangkal, pemakaian zat atau obat disangkal.
Pemeriksaan fisik
Vital sign
Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 36,2 0 C
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit

Status Neurologik
Kesadaran : GCS 4.5.6
Pemeriksaan generalis
Pemeriksaan Generalis:
Keadaan Umum : Tampak baik, compos mentis
Kepala/Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-), dispneu (-), JVP tidak meningkat
Thorax : normochest
Cor : I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak teraba
P: tidak ada pembesaran jantung
A: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : I: Simetris, retraksi (-)
P: simetris, tumor (-)
P: sonor
A: vesikuler Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : I: flat, spider nevi (-)
A: BU (+) normal
P: suple, tumor (-), defans muscular (-), nyeri palpasi (-)
P: timpani, meteorismus (-)
Ekstremitas : Akral hangat - / - , edema - / -

Pemeriiksaan Obstetri
TFU : 1 jari di atas simpisis
DJJ : Tidak dilakukan
HPHT :
Pemeriksaan Saraf
GCS : E4 V5 M6
Meningeal Sign : kaku kuduk (-)
Nervus cranialis : DBN
Refleks Fisiologik :
BPR +2/+2
APR +2/+2
TPR +2/+2
KPR +2/+2
Refleks Patologik : Babinski (-)/(-)
Tromner(-)/(-)
Chaddock (-) / (-)
Motorik : 5/5
5/5
Pemeriksaan Psikiatri:
Kesan Umum : Pasien menggunakan seragam RSJ, roman wajah
sesuai dengan usianya, pasien tidak berbau dan ada kontak mata, pasien
dalam keadaan terikat diatas kasur diruangan. Pasien juga kooperatif.
Kontak : Verbal (+), non verbal (+), relevan, lancar
Kesadaran : berubah kualitatif, kuantitatif composmentis
Orientasi : W/T/O +/+/+ baik
Daya ingat : Tidak ditemukan kelainan daya ingat
Persepsi : halusinasi auditorik (Pasien menjelaskan
kalo dia mendengar bisikin-bisikan untuk menyuruhnya marah-marah dan
membating barang)
Proses berpikir : Bentuk : non realistik
Arus : asosiasi longgar, logore
Isi : waham agama (pasien menjelaskan dia
mempunyai ilmu azwaja sehingga bisa menghidupkan anaknya kembali)
Afek/emosi : eforia
Kemauan : ADL (baik), sosial (baik), pekerjaan (baik)
Psikomotor : meningkat
DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia hebefrenik
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F 25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
Axis II: Ciri kepribadian pasien adalah terbuka, suka
bergaul dan bersosialisasi
Axis III : G2P1001A0 (9 minggu)
Axis IV : masalah berkaitan dengan keluarga
(tidak ada bisa bertemu dengan anak
kandungnya), masalah ekonomi (tidak ada biaya
untuk kembali ke jawa)
Axis V : GAF saat ini 20 11
TATA LAKSANA
- Pasien Rawat Inap
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, faal hepar, faal ginjal, dan gula darah.

- Farmakoterapi:
Haloperidol 0,5mg 1-0-1

- Psikoterapi
Memotivasi pasien agar dapat menjalani pengobatan sesuai yang dianjurkan
Memotivasi pasien untuk dapat berkomunikasi dan terbuka dengan permasalahan yang dihadapi

- Sosioterapi
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien, faktor pencetus, perjalan penyakit, pengobatan,
komplikasi, dan kemungkinan-kemungkinan atau prognosis kondisi pasien
Menjelaskan dan memberi pengarahan tentang sikap dan peran keluarga terhadap kondisi pasien
.
- Monitoring
Selalu mengawasi pasien
Mengevaluasi perkembangan keluhan pasien
Observasi vital sign dan keadaan umum
Efek samping obat
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Hal-hal yang meringankan
perhatian dan sikap keluarga baik
tidak ada faktor keturunan
tidak ada faktor organik
Faktor pencetus jelas
Tidak ada keinginan untuk bunuh diri
Hal-hal yang memberatkan
Onset muda
Ekonomi kurang
SKIZOAFEKTIF
DEFINISI
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran
baik skizofrenia maupun gangguan afektif.
Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat
bersamaan juga memiliki gejala gangguan
afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif
terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe
depresif.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui,
tetapi empat model konseptual telah diajukan :
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi
bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak
berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood
Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan
skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen
yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.
MANISFESTASI KLINIS

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa


gangguan episodik gejala gangguan mood
maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan
atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut
gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada
gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala
depresif yang menonjol
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik
berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi disertai
dengan gejala gangguan suasana perasaan
baik itu manik maupun depresif.

Gejala klinis berdasarkan pedoman


penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ-III):
* Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yg amat jelas (dan
biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala2 itu kurang jelas atau
kurang tajam) :
- Isi Pikiran
thought eco
thought insertion or withdrawl
thought broadcasting
- Waham
delusion of control
delusion of passivity
delusion of influence
delusion perception
- halusinasi auditorik
- waham-waham menetap jenis lainnya
* Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini yg harus selalu
ada secara jelas:
- Halusinasi menetap dr panca-indera apa saja (terjadi tiap hari slm
berminggu2 / berbulan2 terus menerus)
- Perilaku katatonik (gaduh-gelisah, posisi tubuh ttt, fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor)
- Arus pikiran yg terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yg berakibat inkoherensi atau pembicaraan yg tdk relevan
atau neologisme.
- Gejala gejala negatif; tapi harus jelas hal tersebut tdk disebabkan o/
depresi atau medikasi neuroleptika.
* Berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih
* Harus ada suatu perubahan yg konsisten &
bermakna dlm mutu keseluruhan dr bbrp aspek
perilaku pribadi
Diagnosis
Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia
maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk
gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam
kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah
bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat
atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik
untuk fase aktif dari skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau
halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood
yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus diteukan untuk sebagian besar
periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk
membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri
psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.
1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif


Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk
Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
a. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran
dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
c. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
d. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu
manik suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta
American Psychiatric Association. Washington.
1994.
DSM-IV juga membantu klinisi untuk
menentukan apakah pasien menderita gangguan
skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan
skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien
diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika
episode yang ada adalah dari tipe manik atau
suatu episode campuran dan episode depresif
berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita
tipe depresif.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori
yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak
dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan
gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada,
atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau
secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham
menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang
sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak
serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan
afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif
berdasarkan PPDGJ-III
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien
lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)
Menurut PPDGJ-III :
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic
Pedoman Diagnostik
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe
manic yang tunggal maupun untuk gangguan berulang
dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu,
atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas
(sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman
diagnostic (a) sampai (d).
F 25.1 Skizoafektif tipe depresif
Pedoman diagnostik
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode
skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk
gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi
oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2
gejala khas, baik depresif maupun kelainan prilaku
terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode
depresif (F 32)
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya
satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang
khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-
pedoman diagnostic (a) sampai (d).
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia
(F20.-) berada secara bersama-sama dengan
gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)
F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
Diagnosis
Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis
lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua
kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan
gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan
steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan
beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus
kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
bersama-sama. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu
didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk
menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk
memastikan setiap gangguan yang mungkin.
Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang
dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik
klinis, psikosis padasaat datang mungkin mengganggu deteksi gejala
gangguan mood pada masa tersebut atau masalalu. Dengan demikian,
klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis
yang paling akut telah terkendali.
PENATALAKSANAAN
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif
adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi
psikososial.
Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatid, fleksibel, dan
positif serta melatih kembalirespon kognitif dan pikiran
yang baru.
Psikoedukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:
- Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara
pengobotan, efek samping pengobatan.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan
rajin kontrol setelah pulang dari perawatan.
- Menggali kemampuan pasien yang bisa dikembangkan.
Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi
keluarga, latihan keterampilan sosial, dan
rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri
sulit memutuskan diagnosis dan prognosis
gangguan skizoafektif yang sebenarnya,
ketidakpastian tersebut harus dijelaskan kepada
pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas,
karena pasien mengalamaikeadaan psikosis dan
variasi kondisi mood yang terus berlangsung.
Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan
untuk menghadapi perubahan sifat dan
kebutuhan pasien tersebut.1
Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif
adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan pemberian
antimanik atau antidepresan. Pemberian obat antipsikotik diberikan jika
perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.
Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe manik dapat diberikan
farmakoterapi berupa lithium carbonate, carbamazepine (tegretol),
valproate (Depakene), ataupun kombinasi dari obat anti mania jika satu
obat saja tidak efektif. Sedangkan pasien dengan gannguan skizoafektif
tipe depresif dapat diberikan antidepresan. Pemilihan obat antidepresan
memperhatikan kegagalan atau keberhasilan antidepresan sebelumnya.
Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) sering digunakan sebagai agen
lini pertama, namun pasien teragitasi atau insomnia dapat disembuhkan
dengan antidepresan trisiklik. Apabila pengobatan dengan antidepresan
tidak efektif dapat dicoba dengan terapi elektrokonvulsif.
Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan
tes fungsi ginjal, tiroid, dan fungsi hematologik harus dilakukan secara
berkala
PROGNOSIS
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan pasien
dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan
skizoafektif mempunyai prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk dari pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mngikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk
dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu
sendiri.
Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan
bahwa pasien dengan gangguan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan-
perlahan; tidak ada factor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala
deficit atau gejala negative; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami
remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing
karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak
adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.
KESIMPULAN
Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki gejala skizofrenia dan gejala
afektif yang terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan
lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia onset
untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori
etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala
klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia,episode manik,
dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien
gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau
campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan
berfokus pada rehabilitasi kognitif.
Pada farmakoterapi,digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria
diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik
terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa
diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya , atau gejala
gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosis
nya buruk. Dan sebaliknya semakin persisten gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan
akan lebih baik.
TERIMAKSASIH

Anda mungkin juga menyukai