Anda di halaman 1dari 99

Pengelolaan BMN

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
Dasar Hukum
2.Perbendaharaan
1.Keuangan UU 17/2003 Negara
Negara
UU 1/2004

PMK 78/2014, PMK 150/2014


PP 27/2014
PMK 164/2014 & PMK 65/2016
3.Pengelolaan PMK 246/2014 & pmk 87/2016
BMN/D PMK 244/2012 & PMK 52/2016
PMK 71/2016, PMK 57/2016,
PMK 83/2016, PMK 111/2016
5.Pelimpahan kewenangan 4.Tata Cara Pelaksanaan
KMK 229/2016
di lingkungan Pengelola Penggunaan, Pemanfaatan,
Barang Penghapusan, Pemusnahan,
Pemindahtanganan BMN,
Wasdal dan BMN Idle
Pengertian

BMN adalah semua barang yang


dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah
Perolehan lainnya yang sah
Hibah/Sumbangan

Perjanjian/Kontrak

Ketentuan
Perundang-undangan

Berdasakan keputusan
pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap
Slide 5

Siklus Pengelolaan BMN


Perolehan APBN
Lainnya
PERENCANAAN
BMN

STATUS Sewa
REGULER: PENGGUNAAN Pinjam
INSIDENTIL: Pakai
PEMELIHARAAN
PEMANFAATAN BGS/BSG
PENGAWASAN & KSP
PENGENDALIAN PENILAIAN KSP
Infrastruktur
PENATAUSAHAAN

Penjualan
PEMUSNAHAN PEMINDAHTANGANAN Hibah
Tukar Menukar
PMP

PENGHAPUSAN
Bagian 1

Perencanaan
Kebutuhan BMN
Definisi dan
DEFINISI Urgensi
dan URGENSI

PP 27/2014 salah satu upaya


meningkatkan quality
kegiatan STANDARISASI assurance belanja
merumuskan rincian modal BMN
kebutuhan
BMN/Daerah untuk
menghubungkan
pengadaan barang BMN untuk
yang telah lalu Efektifitas menjalankan tugas
dan fungsi K/L
dengan keadaan
yang sedang
berjalan sebagai
dasar dalam Efisiensi existing BMN
melakukan dan Optimalisasi BMN
Efisiensi pada Pengelola
tindakan yang
akan datang Barang
DASAR HUKUM
PERENCANAAN KEBUTUHAN BMN

PP 90/2010 Perpres
PP 27/2014 (Pasal 6 & 73/2011
(Pasal 9) Penjelasannya) (Pasal 12)

Perencanaan Kebutuhan RKA-K/L memuat informasi Persiapan Pembangunan


BMN disusun dalam RKA- kinerja dimana sasaran bangunan gedung negara
K/L dengan kinerja K/L yang meliputi a.l. Penyusunan
mempertimbangkan keluarannya berbentuk Rencana Kebutuhan
ketersediaan BMN dan BMN mengacu pada Rencana Kebutuhan yang
berpedoman pada SBSK Rencana Kebutuhan pendanaannya
yang ditetapkan pengelola Pengadaan BMN bersumber dari APBN,
barang harus mendapat
persetujuan dari Menteri
Keuangan

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara


Ruang Lingkup dan Objek
Perencanaan
Pemanfaatan

Perencanaan Perencanaan
Pemindahtanganan Penghapusan

Tanah dan/atau PMK 150/2014


Tanah
Bangunan; Perencanaan dan/atau
Alat Angkutan PENGADAAN Bangunan;
bermotor; Selain
Perencanaan
BMN selain PEMELIHARAAN Tanah
tersebut di atas dan/atau
dengan nilai Bangunan,
perolehan per
satuan paling yang telah
sedikit terdapat SBSK-
Rp100juta. nya.
Dokumen RK-BMN

RKBMN dokumen perencanaan BMN untuk periode 1 tahun

Hasil Penelaahan RKBMN dokumen penelaahan RKBMN


antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang

Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN dokumen


penelaahan RKBMN yang diusulkan untuk dilakukan
perubahan

Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN dokumen penelaahan


Usulan Perubahan Hasil Penelaahan antara Pengguna
Barang dan Pengelola Barang
Batas Waktu Penyampaian
RKBMN dan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN

RKBMN
Paling lambat minggu I bulan Januari TA
sebelumnya

Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN


Paling lambat 1 bulan sebelum batas waktu
penyampaian revisi anggaran K/L
Batas Waktu Penyampaian
Hasil Penelaahan RKBMN dan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN

Hasil Penelaahan RKBMN


Paling lambat minggu III bulan Februari TA sebelumnya

Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN


Paling lambat 1 minggu sebelum batas waktu
penyampaian revisi anggaran K/L
Note: Materi yang telah disepakati dalam Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN yang telah ditandatangani dapat dijadikan
acuan bagi K/L dalam kaitannya dengan pengusulan penyediaan
anggaran K/L bersangkutan.
Bagian 2

Pengadaan BMN
1. Berpedoman pada DIPA yang memuat rencana
kegiatan dan alokasi biaya selama satu tahun
anggaran
2. Berpedoman pada Perpres 54 tahun2010, tentang
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip : efisien, efektif,
transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel

14
Bagian 3

Penggunaan BMN
Penetapan Status Penggunaan
Alih Status Penggunaan
Tanah/Bangunan idle
Penggunaan BMN
PMK 246/PMK.06/2016
Penggunaan BMN untuk menjalankan tusi
(yang dilakukan berdasarkan penetapan
status penggunaan)
Setiap BMN harus dilakukan penetapan
status penggunaannya yang ditetapkan oleh
Pengelola Barang atau Pengguna Barang
sesuai kewenangan masing2
Penggunaan BMN
Penggunaan untuk dioperasikan
pihak lain, penggunaan sementara,
pengalihan status penggunaan,
pemanfaatan, atau
pemindahtanganan dapat diusulkan
setelah memperoleh penetapan
status penggunaan
Permohonan PSP BMN diajukan
secara tertulis paling lama 6 (enam)
bulan sejak BMN diperoleh
Subjek & Objek Penetapan Status
Penggunaan (PSP)
PENGELOLA BARANG
PENGGUNA BARANG

1. Tanah/bangunan.
Selain Tanah/bangunan: 2. Selain tanah/bangunan:
Tidak memiliki bukti Memiliki bukti
kepemilikan, atau kepemilikan, atau
Perolehannya > Rp100jt.
Perolehannya
3. BMN yg dari awal
Rp100jt. pengadaan untuk PMPP
atau hibah, dgn terlebih
dahulu diaudit aparat
pengawas fungsional.
Catatan:
BMN untuk alutsista pada TNI & Polri tidak memerlukan penetapan status
penggunaan
Obyek yang Dikecualikan dari PSP
Barang persediaan;
Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP);
Dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan;
Berasal dari Dana Dekonsetrasi dan Dana
Penunjang Tugas Pembantuan, yang direncanakan
untuk diserahkan;
Bantuan Pemerinath Yang Belum Ditetapkan
Statusnya (BPYBDS);
Aset Tetap Renovasi (ATR)
Ketentuan-ketentuan dalam
Penggunaan BMN
BMN idle:
Tanah/bangunan yg tidak digunakan untuk
tupoksi wajib diserahkan kepada Pengelola
Barang.
Pengelola Barang menetapkan BMN berupa
tanah/bangunan yang harus diserahkan oleh
Pengguna Barang karena sudah tidak digunakan
untuk tupoksi kementerian/lembaga yang
bersangkutan.
Ketentuan-ketentuan dalam
Penggunaan BMN
Pengalihan Status Penggunaan BMN
Dalam rangka optimalisasi, Pengelola Barang
dapat mengalihkan status penggunaan BMN
antar Pengguna Barang.
Dalam hal BMN berupa bangunan dibangun di
atas tanah pihak lain, usulan penetapan status
penggunaannya harus disertai perjanjian yang
memuat jangka waktu, dan kewajiban para
pihak.
Bagian 4

Pemanfaatan BMN
Sewa BMN;
Pinjam Pakai;
Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
A. Sewa BMN
Sewa BMN
PMK 57/PMK.06/2016
Sewa adalah pemanfaatan BMN oleh
pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan
uang tunai.
Pertimbangan
Optimalisasi BMN yg belum/tidak
Optimalisasi dipergunakan dalam pelaksanaan tusi K/L
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Penunjang
Menunjang pelaksanaan tusi
kementerian/lembaga.

Mencegah penggunaan oleh


Pengamanan
pihak lain secara tidak sah.
Subjek & Objek

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. Sebagian Tanah/bangunan
Tanah/bangunan
yg status penggunaannya
ada pada Pengguna yang berada pada
Barang; Pengelola Barang
2. Selain tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Pihak Penyewa

BUMD
BUMN

Swasta

Unit Penunjang
Badan Hukum Kegiatan
Lainnya Penyelenggaraan
Pemerintahan
Ketentuan Pokok Sewa BMN
BMN yang belum atau tidak digunakan Pengguna
Barang atau Pengelola Barang.
Jangka waktu sewa paling lama 5 (tahun) dan dapat
diperpanjang.
Pembayaran uang sewa dilakukan sekaligus paling
lambat pada saat penandatanganan kontrak.
Penyewa hanya dapat mengubah bentuk tanpa
mengubah kontruksi, dan bagian yang
ditambahkan menjadi BMN.
Besaran Sewa

Tarif Pokok Sewa X Faktor Penyesuaian Sewa

Perhitungan Tarif Pokok Sewa

Ditentukan oleh
Penilai
Formulasi Tarif Pokok Sewa

1.Tanah dan/atau Bangunan

Nilai Wajar Atas Sewa

2. Selain Tanah dan/atau Bangunan


Pengelola Barang;
Pengguna Barang setelah
memeperoleh Persetujuan
Pengelola Barang
Faktor Penyesuai Sewa
Jenis Kegiatan Bisnis
Usaha Non Bisnis
Penyewa Sosial

Bentuk Kategori I
Kelembagaan Kategori II
Penyewa Kategori III

Per tahun
Periodesitas Per bulan
Sewa Per hari
Per jam
Data/Dokumen Pendukung Permohonan
Penyewaan BMN, antara lain:

Untuk sebagian tanah dan bangunan: Untuk selain tanah dan


bangunan:
1. Pertimbangan penyewaan;
2. Bukti kepemilikan; 1. Pertimbangan mengenai calon
penyewa;
3. Gambar lokasi;
2. Hasil penelitian mengenai
4. Luas yang akan disewakan;
kelayakan kemungkinan
5. Nilai perolehan dan NJOP tanah dan atau penyewaan barang milik negara
bangunan; selain tanah dan/atau bangunan
6. Data transaksi sebanding dan sejenis; dimaksud;
7. Calon penyewa; 3. Nilai sewa;
8. Nilai sewa; 4. Jangka waktu penyewaan.
9. Jangka waktu penyewaan.
B. Pinjam Pakai
BMN
Definisi Pinjam Pakai BMN
PMK 78/PMK.06/2014
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan
BMN antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan
setelah jangka waktu berakhir, BMN
diserahkan kembali kepada Pemerintah
Pusat.
Pertimbangan Pinjam Pakai BMN

Optimalisasi BMN yg belum/tidak


Optimalisasi dipergunakan dalam pelaksanaan tupoksi
penyelenggaraan pemerintahan pusat.

Menunjang pelaksanaan
Penunjang penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Subjek & Objek Pinjam Pakai
BMN
PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. Sebagian
tanah/bangunan yg Tanah/bangunan
status penggunaannya yang berada pada
ada pada Pengguna
Barang;
Pengelola Barang
2. Selain tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Ketentuan Pokok Pinjam Pakai
BMN
Pihak peminjam: Pemerintah Daerah.
BMN dalam kondisi belum atau tidak digunakan
Pengguna Barang atau Pengelola Barang untuk
tugas pokok dan fungsi.
Jangka waktu pinjam pakai paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
Dalam hal akan diperpanjang, permintaan
perpanjangan diajukan paling lambat 2 (dua)
bulan sebelum jangka waktu berakhir.
Ketentuan Pokok Pinjam Pakai
BMN
Tanah dan/atau bangunan yang dipinjam
pakaikan, harus dipergunakan sesuai perjanjian
dan tidak diperkenankan untuk diubah bentuk
bangunan.
Pemeliharaan dan biaya yang timbul selama masa
pinjam pakai,menjadi tanggungjawab peminjam.
Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam
harus mengembalikan Barang Milik Negara yang
dipinjam dalam kondisi sesuai dengan perjanjian.
Data/Dokumen Pendukung Permohonan Pinjam
Pakai BMN, antara lain:

Untuk sebagian tanah dan bangunan:


1. Usulan pinjam pakai yang memuat
pertimbangan yang mendasari diajukannya
permintaan.
2. Jenis dan spesifikasi barang.
3. Detil peruntukan dan jangka waktu pinjam pakai.
C. Kerja Sama
Pemanfaatan
Definisi Kerja Sama Pemanfaatan
(KSP) BMN
KSP adalah pendayagunaan BMN oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan sumber
pembiayaan lainnya.
Pertimbangan KSP BMN
Optimalisasi BMN yg belum/tidak
Optimalisasi dipergunakan dalam pelaksanaan tupoksi
penyelenggaraan pemerintahan.

PNBP Meningkatkan penerimaan


negara.

Mencegah penggunaan tanpa


Pengamanan didasarkan pada ketentuan
yg berlaku.
Subjek & Objek KSP BMN

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. Sebagian tanah/bangunan
yg berlebih dari
Tanah/bangunan
tanah/bangunan yg yang berada pada
digunakan Pengguna Pengelola Barang
Barang utk pelaksanaan
tupoksi;
2. Selain tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Pihak yang Dapat Menjadi
Mitra KSP BMN

BUMN BUMD

Badan Hukum
Lainnya
Ketentuan Pokok KSP BMN
KSP tidak mengubah status BMN.
Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari
pelaksanaan KSP adalah BMN sejak
pengadaannya.
Jangka waktu KSP paling lama 30 tahun dan dapat
diperpanjang.
Penerimaan Negara yang wajib disetorkan mitra
terdiri:
Kontribusi tetap.
Pembagian keuntungan hasil pendapatan KSP.
Ketentuan Pokok KSP BMN
Penghitungan nilai BMN dilakukan oleh penilai
yang ditugaskan Pengelola Barang.
Mitra KSP ditentukan melalui tender, kecuali BMN
yang bersifat khusus.
Seluruh biaya yang timbul dalam tahap persiapan
dan pelaksanaan KSP menjadi beban Mitra KSP.
IMB harus atas nama Pemerintah RI.
Data/Dokumen Pendukung Permohonan KSP
BMN, antara lain:

Untuk sebagian tanah dan bangunan: Untuk selain tanah dan bangunan:

1. Bukti kepemilikan; 1. Pertimbangan kerjasama


2. Gambar lokasi; pemanfaatan;
3. Luas yang akan di KSP kan; 2. Nilai perolehan;
4. Nilai perolehan dan NJOP tanah dan 3. Fotocopy dokumen
atau bangunan; kepemilikan;
5. Pertimabangan yang mendasri 4. Kartu identitas barang;
usulan kerjasama pemanfaatan; 5. Jangka waktu kerjasama
6. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan.
pemanfaatan.

Bagian 4: Kerja Sama Pemanfaatan BMN


D. BGS & BSG
Definisi Bangun Guna Serah
(BGS)
BGS adalah pemanfaatan tanah pemerintah
pusat oleh pihak lain dengan mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka tertentu yang telah
disepakati dan selanjutnya diserahkan kembali
kepada Pengelola Barang setelah jangka waktu
berakhir.

Bagian 5: Bangun Guna Serah & Bangun Serah Guna


Definisi Bangun Serah Guna
(BSG)
BSG adalah pemanfaatan tanah milik
pemerintah pusat oleh pihak lain dengan
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian diserahkan kepada
Pengelola Barang untuk kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam
jangka yang telah disepakati.
Pertimbangan BGS/BSG
Untuk menyediakan bangunan dan
fasilitasnya dalam rangka
menyelenggarakan tugas dan fungsi
kementerian negara/lembaga, yang dana
pembangunannya tidak tersedia dalam
APBN.
Subjek & Objek BGS/BSG

PENGELOLA BARANG

1. Tanah yang berada pada Pengelola


Barang;
2. Tanah yang berada pada Pengguna
Barang (harus diserahkan terlebih
dahulu kepada Pengelola barang).
Mitra BGS/BSG

BUMN BUMD

Badan Hukum
Lainnya
Ketentuan BGS/BSG1)
Pemilihan mitra BGS/BSG dilakukan melalui tender
dengan peserta sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta;
Selama masa pengoperasian BGS/BSG, Pengguna
barang harus dapat menggunakan langsung objek
BGS/BSG untuk menyelenggarakan tugas dan
fungsinya paling sedikit 10% dari luas objek
BGS/BSG;
Jangka waktu BGS/BSG paling lama 30 tahun ;
Selama masa kerjasama Mitra BGS/BSG wajib :
Membayar kontribusi ke Rekening Kas Umum
Negara;
Tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau
memindahtangankan objek BGS/BSG;
Memelihara objek BGS/BSG;
Ketentuan BGS/BSG2)
Pembayaran kontribusi :
paling lambat tanggal 31 Januari setiap tahun;
Keterlambatan, dikenakan denda 1 (satu
perseribu) per hari;
Tunggakan selama masa operasi 3 kali berturut-
turut, Pengelola dapat memutuskan perjanjian
secara sepihak.
Pelaksanaan dituangkan dalam bentuk perjanjian
antara Pengelola dengan Mitra;
Sebelum penyerahan objek BGS/BSG dilakukan
Audit oleh Aparat Pengawas Fungsional;
IMB harus atas nama Pemerintah RI.
Data/Dokumen Pendukung
Permohonan BGS & BSG, antara lain:

Untuk tanah yang status penggunaannya di


pengguna barang:
1. Usulan BGS/BSG;
2. Dokumen pendukung lokasi dan alamat;
3. Status dan bukti kepemilikan;
4. Luas;
5. Harga perolehan/NJOP;
6. Rencana pembangunan gedung yang diinginkan
penyediaan bangunan dan fasilitasnya.
Bagian 5

Pemindahtangan BMN
(PMK 111/PMK.06/2016)
Penjualan;
Tukar Menukar;
Hibah;
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
A. Penjualan BMN
Definisi Penjualan BMN

Penjualan adalah pengalihan


kepemilikan BMN kepada pihak
lain dengan menerima
penggantian dalam bentuk uang.
Pertimbangan Penjualan BMN

Optimalisasi
Optimalisasi BMN yang berlebih
atau idle.

Ekonomis
Secara ekonomis lebih
menguntungkan bagi negara.

Legalitas Sebagai pelaksanaan ketentuan


perundang-undangan yg berlaku.
Subjek & Objek Penjualan BMN
PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. Bangunan yg harus
dihapuskan karena anggaran Tanah/bangunan
bangunan pengganti telah
tersedia dlm dokumen
yang idle.
anggaran;
2. Penjualan tanah/bangunan
yg merupakan rumah negara
gol. III;
3. Selain tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Ketentuan Pokok Penjualan BMN
Tidak mengganggu tupoksi penyelenggaraan
pemerintahan.
Dilaksanakan dengan lelang, kecuali:
a. BMN yang bersifat khusus, yaitu:
Rumah negara gol. III yang dijual kepada
penghuninya;
Kendaraan dinas pejabat negara yang dijual kepada
pejabat negara.
Ketentuan Pokok Penjualan BMN
b. BMN lainnya, ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola
Barang berdasarkan pertimbangan Pengguna Barang
& instansi teknis terkait, yaitu:
Tanah/bangunan yg akan digunakan utk
kepentingan umum;
Yang jika dilelang akan merusak tata niaga;
Tanah kavling yg dari awal pengadaan digunakan
utk pembangunan perumahan pegawai negeri;
Selain tanah dan/atau bangunan akibat dari
keadaan kahar (force majeure);
Bangunan di atas tanah pihak lain/Pemda
Ketentuan Pokok Penjualan BMN

Penjualan kendaraan bermotor dinas operasional:


Telah berusia 7 tahun; atau
Rusak berat dengan kondisi paling tinggi 30%

Penjualan kendaraan bermotor pada Kantor Perwakilan


Pemerintah RI di luar negeri, persyaratannya mengikuti
ketentuan negara setempat
Ketentuan Pokok Penjualan BMN
Apabila tidak laku dilelang, maka:
Dilakukan 1 (satu) kali lelang ulang, jika lebih
dari 6 (enam) bulan sejak tanggal lelang
pertama harus dilakukan penilaian ulang;
Dilakukan pemindahtanganan bentuk lain;
B. Tukar-Menukar
BMN
Definisi Tukar-menukar BMN
adalah pengalihan kepemilikan BMN
yang dilakukan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah atau dengan
pihak lain, dengan menerima
penggantian dalam bentuk barang,
sekurang-kurangnya dengan nilai
seimbang.
Pertimbangan Tukar-Menukar BMN

Memenuhi kebutuhan operasional


Kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan.

Optimalisasi
Optimalisasi penggunaan
BMN.

Tidak
tersedia Tidak tersedia dana dalam
anggaran APBN.
Subjek & Objek Tukar-Menukar BMN

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. Tanah/Bangunan yg
Tanah/bangunan
berada pada Pengguna
Barang namun tidak yang berada pada
sesuai dengan tata Pengelola Barang.
ruang wilayah/kota;
2. Selain
tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Mitra Tukar-Menukar BMN

BUMD Pemda

BUMN

Swasta:
Badan hukum
Perorangan
Badan Hukum
Pemerintah Lainnya
Ketentuan Pokok Tukar-Menukar
BMN
Tukar-menukar BMN dilakukan dalam hal:
Tidak sesuai tata ruang wilayah/kota;
Belum dimanfaatkan secara optimal;
Penyatuan BMN yang lokasinya terpencar;
Pelaksanaan renstra pemerintah/negara;
atau
BMN selain tanah/bangunan yang
ketinggalan teknologi.
Ketentuan Pokok Tukar-Menukar
BMN
Tukar-menukar dilaksanakan setelah
dilakukan kajian:
Aspek teknis;
Aspek ekonomis; dan
Aspek yuridis.
Ketentuan Pokok Tukar-Menukar BMN

Penggantian utama:
tanah atau tanah dan bangunan;

Nilai barang pengganti BMN


Catatan:
Apabila nilai barang pengganti < BMN, mitra wajib
menyetor selisihnya ke KUN.
Ketentuan Pokok Tukar-Menukar BMN

Mitra ditentukan melalui tender (minimal 3 peserta) ,


kecuali:
Tukar-menukar dgn Pemda, pemerintah negara lain
dan/atau dgn pihak lain yg mendapat penugasan
pemerintah;
Menyatukan dalam 1(satu) lokasi;
Menyesuaikan bentuk BMN tanah agar
penggunaannya lebih optimal;
Pelaksanaan rencana strategis Pemerintah;
Mendapatkan/memberikan akses jalan;
Bangunan yang berdiri di atas tanah pihak lain
C. Hibah BMN
Definisi Hibah BMN
adalah pengalihan kepemilikan
BMN dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah atau
kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian.
Pertimbangan Hibah BMN

Non-Profit Untuk kepentingan sosial, budaya,


Oriented keagamaan, kemanusiaan

Menunjang penyelenggaraan
Penunjang
pemerintahan daerah.
Subjek & Objek Hibah BMN

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

Tanah/bangunan.
1. Tanah/Bangunan;
2. Selain
tanah/bangunan.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Penerima Hibah BMN

Lembaga Sosial, budaya,


keagamaan,
kemanusiaan/lembaga Pemda
pendidikan non komersial;
Masyarakat;
Pemerintah Negara Lain

BUMN
(Perusahaan
Umum)
Ketentuan Pokok Hibah BMN
BMN yang dapat dihibahkan:
Bukan barang rahasia negara;
Bukan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak;
Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tusi
(idle)
Ketentuan Pokok Hibah BMN

BMN harus digunakan sebagaimana


fungsinya pada saat dihibahkan, dan
tidak boleh dimanfaatkan oleh
dan/atau dipindahtangankan kepada
pihak lain.
Kelengkapan Dokumen Pendukung
Tanah dan/atau Selain Tanah
Dokumen Pendukung
Bangunan dan/atau Bangunan
a. Pertimbangan/alasan Hibah
b. Calon Penerima Hibah
c. Rincian BMN yang akan dihibahkan
d. Nilai Perolehan atau NJOP
e. SK PembentukanTim Intenal Pengguna Barang
f. Dokumen Penganggaran yang menunjukkan bahwa BMN -
tersebut untuk dihibahkan
g. Laporan hasil penelitian administrasi dan fisik Tim Internal -
Pengguna Barang
h. Akta Pendirian
i. Hasil Audit Aparat Pengawas Fungsional
j. Rincian Peruntukan -
k. Status dan Bukti Kepemilikan BMN
l. Lokasi dan gambar situasi -
m. Tahun perolehan -
n. Jenis/Spesifikasi/Identitas Teknis BMN
o. Nilai tanah dan/atau bangunan, NJOP -
p. Tahun pembuatan, Konstruksi, Luas -
q. Surat Pernyataan tidak berkeberatan menerima hibah dari
calon Penerima hibah
D. Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat
Definisi Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat (PMPP)
PMPP adalah pengalihan kepemilikan BMN
dari semula kekayaan negara yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan negara yang
dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham negara pada BUMN, BUMD,
atau Badan Hukum lain yang dimiliki Negara.
Pertimbangan PMPP
BMN akan lebih optimal apabila
Optimalisasi dikelola oleh BUMN, BUMD, atau
Badan Hukum lain milik Negara.

Setiap Penyertaan Modal Pemerintah Pusat


ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Subjek & Objek PMPP

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

1. BMN yg dari awal


pengadaannya utk BMN yg berada
PMPP (dokumen pada Pengelola
penganggaran); barang
2. BMN yg berada pada
Pengguna Barang.

dengan persetujuan
Pengelola Barang
Pihak yang Dapat Menerima
PMPP

BUMN BUMD

Badan Hukum
Lainnya milik
Negara
Ketentuan Pokok PMPP

BMN yg dari awal pengadaan untuk PMPP,


diajukan kepada Pengelola Barang max. 6 bulan
setelah Berita Acara Serah Terima Operasional
(BASTO).
Pengajuan RPP PMPP kepada Presiden dilakukan
Pengelola Barang.
Kelengkapan Data/Dokumen Pendukung
Tanah dan/atau Selain Tanah dan/atau
Dokumen Pendukung
Bangunan Bangunan

a. Pertimbangan/alasan

b. Dokumen penganggaran -

c. Nilai realisasi pelaksanaan anggaran -

SK Pembentukan Tim Internal Pengguna Barang dalam


d.
rangka PMPP

e. Hasil audit aparat fungsional

Surat Pernyataan tidak berkeberatan dari Penerima PMPP


* *
f. (pemegang saham atau instansi yg berkompeten mewakili
pemegang saham)
Laporan Keuangan Penerima PMPP (audited) selama 5
g.
tahun terakhir

h. BAST (dari Pengguna Barang kepada Penerima PMPP)



i. Hasil Kajian Tim Internal Pengguna Barang

Perhitungan kuantitatif kontribusi melalui mekanisme PMP


j.
apabila dibandingka dengan bentuk pemanfaatan lain

k. Bukti/dokumen kepemilikan, KIB


Kelengkapan Dokumen Pendukung
Tanah dan/atau Selain Tanah dan/atau
Dokumen Pendukung
Bangunan Bangunan

l. Jenis/spesifikasi barang

m. Jumlah/rincian barang

n. Kondisi barang

o. Harga & tahun perolehan

**
p. Surat penetapan status penggunaan **
Aset telah dicatat dalam Laporan Keuangan Penerima
q. *** ***
PMPP

Catatan:
* Untuk BMN yang tidak dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai PMPP
** Untuk BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai PMPP
*** Khusus untuk aset BPYBDS
Bagian 6

Pemusnahan dan
Penghapusan BMN
(PMK 83/PMK.06/2016)
Pemusnahan;
Penghapusan;
A. Pemusnahan
BMN
Pemusnahan BMN
adalah memusnahkan fisik dan/atau kegunaan
BMN
Dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan,
dirobohkan, dll.

Tidak dapat digunakan,


dimanfaatkan/dipindahtangankan
Prinsip Alasan lain sesuai Undang-undang
Umum
Subjek & Objek Pemusnahan BMN

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

BMN yang berada


BMN yang berada
pada Pengelola
pada Pengguna
Barang
Barang

dengan persetujuan
Pengelola Barang
B. Penghapusan
BMN
Definisi Penghapusan BMN
adalah menghapus BMN dari daftar
barang dgn menerbitkan keputusan dari
pejabat yg berwenang utk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang,
dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi & fisik
barang yg berada dalam penguasaannya.
Jenis Penghapusan BMN
Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna/Kuasa
Pengguna/Pengeloa:
Penyerahan kepada Pengelola/Pengguna;
Alih Status;
Pemindahtanganan;
Putusan Pengadilan;
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
Pemusnahan;
Sebab lain (hilang, kecurian, terbakar, susut,
terkena bencana alam, kadaluwarsa, mati,
membahayakan lingkungan, dll).
Subjek & Objek Penghapusan BMN

PENGGUNA BARANG PENGELOLA BARANG

BMN yang berada


BMN yang berada
pada Pengelola
pada Pengguna
Barang
Barang

dengan persetujuan
Pengelola Barang
..Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai