Kelompok 11
Senin, 26 April 2010
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara
Daftar Nama Kelompok
Tutor: Dr.Ayda Rahmad,MS,Sp.Park
No NIM Nama
1 405070010 Andi Surya Jaya (Sekretaris)
2 405070011 Claudio Udjaja
3 405070018 Toni Periyanto
4 405070019 Cindy Christine
5 405070021 Yuliana Starsia
6 405070037 M.Hasa Narej
7 405070046 Fendi Christia Putra (Ketua)
8 405070048 Yuliana H. (Penulis)
9 405070064 Aditya Nagatama
10 405070074 David Santoso
11 405070082 Ferdy Halim
12 405070117 Merlin Kodir
Skenario
Ny Dewi 37 Tahun, G2 P0 A1, 37 Minggu dibawa suaminya ke UGD karena nyeri
kepala hebat dan pandangan kabur. Ia belum mengalami kontraksi dan tidak ada
perdarahan per vaginam.
Sebelumnya Ny.Dewi telah mengunjungi klinik ante natal sebanyak 4 kali. Pada
awal kehamilan ia sempat dirawat di RS karena hiperemesis dan sudah mendapat
konseling tentang bahaya kehamilan dan tindakan dalam menghadapi masalah
tersebut.
Pasa pemeriksaan fisik : tensi 160/110 mmHg, udema pada ektremitas bawah,
Pemeriksaan obstetri : Tinggi FU sesuai usia kehamilan. Gerakan janin aktif dan
denyut jantung janin 130 x/menit.
Hasil laboratorium didapat : proteinuria +++, reduksi urin ++, faal hemostasis
normal.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus diatas?
Learning Objective
Definisi
Menjelaskan kehamilan dengan
Manifestasi Klinis
penyulit Etiologi
Hiperemis
Epidemiologi
Hipertensi
Perdarahan Patofisiologi
Riwayat Abortus & Infeksi Diagnosis Banding
Kelainan hormonal (DM & Tyroid)
Komplikasi
Preeklamsia , eklamsia
Faktor Usia lainnya Usia Tatalaksana
Pemeriksaan Penunjang
Prognosis
Hiperemesis Gravidarum
Primigravida Alergi
Mola hidatidosa Masuknya villi khorialis dalam
Kehamilan ganda sikulasi
Perubahan metabolik akibat
hamil
Resistemsi ibu yang menurun
patofisiologi
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
dehidrasi cairan ekstraseluler dan plasma Natrium dan
khlorida darah dan khlorida air kemih turun, hemokonsentrasi sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
terganggunya keseimbangan elektrolit robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) perdarahan gastro
intestinal.
Manifestasi Klinis
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik.
Catat cairan yang keluar masuk.
Isolasi Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam
cairan fisiologis (2 3 liter/hari)
Cairan Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
parenteral Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus,
Menghentikan
delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus
kehamilan terapeutik.
Komplikasi
Ensefalopati Wernickle dengan gejala nistagmus
Diplopia
Perubahan mental
Ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan
Keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah gangguan
asam basa, pneumoni aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang perdarahan ruptur
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal,
Memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang
mengakibatkan peredaraan darah janin berkurang
Prognosis
Penanganan baik prognosis baik
Tingkatan yang berat prognosis buruk
(kematian ibu dan janin)
Hipertensi
Tekanan darah sistolik dan diastolik >
140/90 mmhg
Merupakan 5-15% penyulit kehamilan
Proteinuria : 300 mg protein dalam urin
selama 24 jam
Hipertensi yang timbul kehamilan< 20 minggu dan
hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur
Hipertensi kronik kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan
Beberapa Istilah
Faktor resiko
Primigravida
Hiperplasentosis, misalnya: molahidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes melitus, hidropfetalis,
bayi besar
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah
ada sebelum hamil
obesitas
Hipertensi kronik
IDEM
PREEKLAMPSIA RINGAN PROTEINURIA 1+
SUPERIMPOSED
PREECLAMPSIA HIPERTENSI KRONIK PROTEINURIA DAN TANDA
LAIN PREEKLAMPSIA
Patofisiologi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Teori inflamasi
Gejala dan Tanda
KEJANG + EKLAMPSIA
HAMIL HIPERTENSI
> 20 MG
PREEKLAMPSIA
KEJANG
RINGAN
PREEKLAMPSIA
BERAT
KEJANG RIWAYAT
PENILAIAN KLINIK KEJANG DEMAM (-)
KAKU KUDUK (-) EPILEPSI
NYERI KEPALA
GANGGUAN
PENGLIHATAN MIGRAINE
MUNTAH RIWAYAT
GEJALA SERUPA
Penatalaksanaan
Metildopa
Suatu 2 reseptor agonis
Calcium channel blockers (nifedipin)
Diuretik thiazide
Tidak diberikan karena menggangu volume plasma
sehingga menggangu aliran darah utero-plasenta
Hipertensi kronik dengan superimposed
preeklampsia
``Tanda tanda superimposed preeklampsia pada
hipertensi kronik:
Adanya proteinuria
Gejala gejala neurologik
Nyeri kepala hebat
Gangguan visus
Edema patologik yang menyeluruh
Oliguria
Edema paru
Pendarahan
Placenta previa
Tingkatan
PP lateralis
placenta
previa
tertutup sebagian
PP marginalis
Komplikasi
Syok akibat perdarahan
Anemia karena perdarahan
Plasentitis
Endometritis pasca persalinan
Penatalaksanaan
Konservatif
Istirahat.
Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk
mengatasi anemia.
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Aktif
Persalinan per vaginam.
Persalinan per abdominal.
Kriteria konservatif:
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Perdarahan sedikit
Belum ada tanda-tanda persalinan
Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Kriteria aktif:
umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram.
Perdarahan 500 cc atau lebih.
Ada tanda-tanda persalinan.
ibu anemis Hb < 8 gr%.
Penanganan
Terapi ekspektatif
Tujuan agar bayi tdk terlahir prematur, penderita dirawat.
Syarat terapi ekspektatif; preterm dengan perdarahan sedikit
kemudian berhenti, belum inpartu, KU ibu cukup baik, janin
hidup.
Berikan antibiotik profilaksis, tokolisis dgn MgSO4 atau
nifedipin 3x10 mg atau lainnya
Betametason utk pematangan paru
Solutio placentae
pengguguran=aborsi=abortus
Abortus buatan
provokatus
Jenis
Provokatus therapetik
(ab provokatus atas indikasi terapetik/ medis
medisinalis)
Provokatus
aborsi=pengguguran
kriminalis
Manifestasi Klinis
Terlambat haid atau amenorhe < 20 minggu
Pemeriksaan fisik :
keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan
keluarnya jaringan hasil konsepsi
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis,
sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva :
perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo :
perdarahan dari cavum uteri,
osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina :
porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
Etiologi
Kelainan perkembangan zygot 49% dengan
degenerasi embrio (blighted ovum)
50 60 % disebabkan kelainan kromosom dari hasil
konsepsi
Faktor maternal
Penyakit infeksi
Gangguan nutrisi yang berat
Penyakit kronis
Alkoholik dan perokok
Anomali uterus dan serviks
Gangguan immunologis
Trauma
Patofisiologi
Awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas & dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut
Perdarahan
Sepsis
Dehidrasi
Protokol syok Reaksi vaso-vagal (neurogenik)
hipovolemik Periksa tanda vital, tentukan jenis dan derajat syok
Pucat (konjunctiva, telapak tangan)
Turunnya tekanan darah (<90/60mmHg atau tak terukur)
Nadi cepat dan tegangan nadi kurang
Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau tidak dapat dihitung
Gelisah, setengah sadar atau tidak sadar
Produksi urin menurun (< 30 ml/ jam)
Penatalaksanaan
P.Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Kariotik darah tepi kedua orang tua
Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada
indikasi
Biopsi endometrium pada fase luteal
Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
Antibodi antifosfolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper
venom)
Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila
diperlukan
Mola Hidatidosa
DMG
Perencanaan
makan 1 minggu
GDP < 105 dan GD 2 jam GDP > 105 dan GD 2 jam
Setelah makan < 130 Etelah makan > 130
Jaundice In this condition ,the babys skin turns yellowish. The white parts of the eye
may also change color slightly. If treated, this is not a serious problem.
Respiratory In this condition, the baby has trouble breathing. The baby may need oxygen
Distress or other help breathing if he or she has this condition.
Syndrome (RDS)
Low Calcium and In this condition, spasms in the hands and feet, or twitching and cramping of
Magnesium muscles can occur. The condition can be treated through supplementation
Levels in Babys with magnesium and calcium supplements.
Blood
PBRC 2009 100 of 42
Keep in mind that just because you have gestational diabetes, it does not mean that these
Cara dan waktu persalinan
Keputusan untuk melakukan persalinan lebih
awal ( 38 minggu ) dengan cara induksi
persalinan atau seksio caesar dilakukan atas
pertimbangan adanya resiko kematian
perinatal yg berhub dengan makrosomia,
distorsi bahu, gawat janin, sindrom distress
respirasi
Jika BBJ > 4500 gr seksio caesar
Pengelolaan pasca persalinan
Screening DM secara berkala untu mencegah
terjadinya DM tipe 2
Ibu DMG memberikan ASI ( akan memperbaiki
kontrol kadar gula darah)
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi (sekali
mengalami DMG kehamilan selanjutnya dapat
mengalami juga)
Bagi perempuan yg obes penurunan BB dengan
diet dan OR resiko terjadinya DM menurun
Kehamilan vs Gangguan Endokrin
Kehamilan gangguan endokrin
Kelainan endokrin yang umumnya terjadi pada ibu
hamil:
Diabetes Melitus
Tiroid
Faktor faktor predisposisi yang mempengaruhinya:
Genetik
lingkungan
Pengaruh terhadap kehamilan Pengaruh terhadap persalinan
Inersia Uteri dan atonia
Abortus dan partus uteri
prematurius
Distosia karena janin
hidramnion Kelahiran mati
Pre-eklampsia Persalinan lebih sering
Kesalahan letak janin ditolong secara operatif
Insufisiensi plasenta Angka kejadian perdarahan
dan infeksi tinggi
Morbiditas dan mortalitas
ibu tinggi
Pengaruh terhadap Janin Pengaruh terhadap nifas
Hambatan pertumbuhan Luka luka jalan lahir sulit
Karena timbul kelainan pada sembuh
pembuluh darah ibu dan
perubahan metabolik selama Perdarahan dan infeksi
masa kehamilan. puerperal lebih tinggi
Makrosomia
Bayi pada waktu lahir besar
akibat penumpukan lemak di
bawah kulit.
Cacat bawaan karena diabetes
mellitus yang tidak diobati
waktu kehamilan.
Meningkatnya kadar bilirubin
bayi serta gangguan napas dan
kelainan jantung.
Hipertiroid
Kehamilan normal keadaan yg mirip dengan
kelebihan tiroksin (T4) tirotoksikosis ringan
sulit terdiagnosis
Gejala:
Takikardi
Nadi rata rata saat tidur
Tiromegali
Eksoftalmus
BB tdk bertambah
Hipertiroid
Gambaran lab:
Serum T4 bebas
Kadar tirotropin (dapat dideteksi hipertiroid
subklinis)
Pasien dengan keadaan subklinis perlu diawasi
secara berkala, krn dpt menyebabkan aritmia
jantung, hipertrofi vebtrikel jantung dan
osteopenia
Hipertiroid
Etiologi : otoantibodi
Terapi :
Dikointrol dengan jenis obat thiomide
PTU (propylthiouracil) menghambat T4 jadi T3
dan lebih sedikit melewati plasenta
Tiroidektomi
Hipertiroid
Hasi akhir kehamilan:
Dapat terjadi keguguran spontan
Pre-eklamsia
Kegagalan jantung Tidak terkontrol
Keadaan perinatal yang buruk
Diagnosis janin:
Pemeriksaan darah janin (fetal blood sampling)
Hipertiroid
Efek pada janin dan neonatus:
Terlihat gambaran goiter tirotoksikosis krn adanya
transfer TSH melalui plasenta bayi dalam keadaan
nonimmune hydrops atau bahkan meninggal
Terjadi goiter hipotiroid pada ibu yg mendapatkan
pengobatan gol thiomide dapat di terapi dengan
pemberian tiroksin secara intra-amniotik
Dapat terjadi hipotiroidism tanpa goiter krn
masuknya thyrotropin receptor blocking antibodies
ibu melalui plasenta
Hipotiroid
Gambaran lab:
Tiroksin bebas rendah
Kadar tirotropin meningkat
Keadaan hipotiroid dihubungkan dengan
keadaan infertilitas / kek-guguran yang
meningkat.
Keadaan hipotiroid yang berat jarang terdapat
pada kehamilan.
Hipotiroid
Hipotiroid sub-klinis (faktor risiko):
Keturunan
DM tipe 1
Antibodi anti-mikrosomal
Hipotiroid kongenital:
75% bayi hipotiroid memiliki kondisi agenesis kelenjar
tiroid/ dishormonogenesis
10% lainnya mengalami hipotiroid transien
Pemberian terapi pengganti tiroksin dini dan agresif
penting (kecuali pada yg berat)
Hipotiroid
Hasil akhir kehamilan:
Defisiensi asupan iodin pada awal kehamilan hipotiroid
pada ibu
Bila diatasi sebelum kehamilan perinatal yg normal
Terapi pengganti:
Pemberian tiroksin 50-100g/hr diukur etiap 4-6 minggu sekali
ditingkatkan antara 25-50g sampai normal
Hipotiroid pada ibu menghambat perkembangan
neurofisiologik janin
Anak yg dilahirkan berisiko terjadinya
ketidakseimbangan perkembangan psikomotor, dpat juga
prematur, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU
Hipotiroid
Iodin:
Penting bagi perkembangan neurologik janin
Asupan saat kehamilan : 220g/hr
Defisiensi iodin:
Gangguan perkembangan neurologik
Goiter
Efek pada perkembangan fungsi intelektual dan
psikomotor (sedang)
Kretinisme endemik (berat)
Penyakit Kelenjar Tiroid
Kehamilan perubahan struktur dan fungsi
kelenjar tiroid ibu kadang menyulitkan
penegakan diagnosis adanya kelainan tiroid
Hiperplasia glandular & bertambahnya volume
kelenjar tiroid kelenjar tiroid membesar
penggunaan iodid meningkat sekresi harian
meningkat
Hormon tiroid berguna untuk:
Perkembangan otak
Fungsi mental normal
Penyakit Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ibu dan janin dalam kandungannya
sangat berhubungan.
Janin bergantung pada hormon tiroksin ibu
Obat yang di minum ibu akan mempengaruhi
kelenjar tiroid ibu dan janin.
Sebagian besar gangguan kelenjar tiroid
terdeteksinya oto-antibodi.
Antibodi (thyroid stimulating immunoglobulin) :
merangsang fungsi kelenjar
menghambat / bahkan menyebabkan terjadinya
peradangan kelenjar tiroid kelenjar hancur
Hipertiroid
Kehamilan normal keadaan yg mirip dengan
kelebihan tiroksin (T4) tirotoksikosis ringan
sulit terdiagnosis
Gejala:
Takikardi
Nadi rata rata saat tidur
Tiromegali
Eksoftalmus
BB tdk bertambah
Hipertiroid
Gambaran lab:
Serum T4 bebas
Kadar tirotropin (dapat dideteksi hipertiroid
subklinis)
Pasien dengan keadaan subklinis perlu diawasi
secara berkala, krn dpt menyebabkan aritmia
jantung, hipertrofi vebtrikel jantung dan
osteopenia
Hipertiroid
Etiologi : otoantibodi
Terapi :
Dikointrol dengan jenis obat thiomide
PTU (propylthiouracil) menghambat T4 jadi T3
dan lebih sedikit melewati plasenta
Tiroidektomi
Hipertiroid
Hasi akhir kehamilan:
Dapat terjadi keguguran spontan
Pre-eklamsia
Kegagalan jantung Tidak terkontrol
Keadaan perinatal yang buruk
Diagnosis janin:
Pemeriksaan darah janin (fetal blood sampling)
Hipertiroid
Efek pada janin dan neonatus:
Terlihat gambaran goiter tirotoksikosis krn adanya
transfer TSH melalui plasenta bayi dalam keadaan
nonimmune hydrops atau bahkan meninggal
Terjadi goiter hipotiroid pada ibu yg mendapatkan
pengobatan gol thiomide dapat di terapi dengan
pemberian tiroksin secara intra-amniotik
Dapat terjadi hipotiroidism tanpa goiter krn
masuknya thyrotropin receptor blocking antibodies
ibu melalui plasenta
Hipotiroid
Gambaran lab:
Tiroksin bebas rendah
Kadar tirotropin meningkat
Keadaan hipotiroid dihubungkan dengan
keadaan infertilitas / kek-guguran yang
meningkat.
Keadaan hipotiroid yang berat jarang terdapat
pada kehamilan.
Hipotiroid
Hipotiroid sub-klinis (faktor risiko):
Keturunan
DM tipe 1
Antibodi anti-mikrosomal
Hipotiroid kongenital:
75% bayi hipotiroid memiliki kondisi agenesis kelenjar
tiroid/ dishormonogenesis
10% lainnya mengalami hipotiroid transien
Pemberian terapi pengganti tiroksin dini dan agresif
penting (kecuali pada yg berat)
Hipotiroid
Hasil akhir kehamilan:
Defisiensi asupan iodin pada awal kehamilan hipotiroid
pada ibu
Bila diatasi sebelum kehamilan perinatal yg normal
Terapi pengganti:
Pemberian tiroksin 50-100g/hr diukur etiap 4-6 minggu sekali
ditingkatkan antara 25-50g sampai normal
Hipotiroid pada ibu menghambat perkembangan
neurofisiologik janin
Anak yg dilahirkan berisiko terjadinya
ketidakseimbangan perkembangan psikomotor, dpat juga
prematur, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU
Hipotiroid
Iodin:
Penting bagi perkembangan neurologik janin
Asupan saat kehamilan : 220g/hr
Defisiensi iodin:
Gangguan perkembangan neurologik
Goiter
Efek pada perkembangan fungsi intelektual dan
psikomotor (sedang)
Kretinisme endemik (berat)
Gangguan kelenjar tiroid
pada perempuan muda
Hipertiroid hipotiroid
Gejala :
- takikardi pada
kehamilan normal Etiologi : penyakit
-nadi rata2 waktu tidur graves
meningkat
-tiromegali Proses autoimun yg
-eksoftalmus berhubungan dengan
- BB tak tambah
antibodi yg rangsang
walaupun cukup makan.
kelenjar tiroid dan
selama kehamilan akan
turun dan sebabkan
terjadi reaksi kimia
Gangguan kelenjar tiroid
pada perempuan muda
Hipertiroid hipotiroid
Disebabkan oleh
proses dirusaknya
kelenjar tiroid oleh
otoantibodi
Secara klinis diagnosa (khusus antithyroid
ditegakkan apabila kadar peroxidase. Juga
tiroksin bebas rendah ada hubungan
dan kadar tirotropin dengan
meningkat
tirotoksikosis
graves
Kondisi yang bisa dialami oleh setiap
wanita hamil biasanya terjadi setelah
kehamilan 20 minggu
Preeklamsia- Eklamsia
final dan yang paling parah tahap
preeklamsia dan terjadi ketika
preeklampsia tidak diobati.
KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan National High Blood Pressure
Education Program (NHBPEP) tahun 2000 :
HG-Hipertensi Gestasional ( istilah sebelumnya adalah pregnancy
induced hypertension yang mencakup pula hipertensi transien)
Pre Eklampsia
Eklampsia
Pre Eklampsia super imposed pada Hipertensi Kronis
HK-Hipertensi Kronis
Preeklampsia / eklampsia 1. BP 140/90 mm Hg atau lebih setelah minggu kehamilan 20 dalam wanita dengan
tekanan darah normal sebelumnya dan dengan proteinuria (> 0,3 g protein dalam
urin h spesimen-24).
2. Eklampsia didefinisikan sebagai serangan yang tidak dapat disebabkan penyebab lain
pada wanita dengan preeklampsia
Superimposed preeklampsia 1. Proteinuria new onset 300 mg / 24 jam pada penderita hipertensi yang tidak
(pada hipertensi kronis) menunjukkan adanya proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
atau
2. Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau trombositopenia <
100.000/mm3 pada penderita hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu.
PRE-EKLAMPSIA BERAT ( PE disertai dengan satu atau lebih gejala berikut dibawah ini) :
TD 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
Proteinuria 2.0 g/24 jam 2+ (dispstick)
Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )
Trombosit < 100.0000 / mm3
Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )
ALT atau AST
Nyeri kepala atau gangguan visual persisten
Nyeri epigastrium
HELLP syndrome (hemolisis, enzim hati yang tinggi, platelet rendah) adalah suatu bentuk
preeklampsia berat yang telah dikaitkan dengan morbiditas perinatal ibu yang tinggi dan
khususnya dan kematian dan dapat hadir tanpa hipertensi atau, dalam beberapa
kesempatan, tanpa proteinuria.
DERAJAT PREEKLAMSIA
Preeklamsia
Sindroma khusus dalam kehamilan yang berupa hipertensi yang disertai dengan
vasospasme generalisata (menyebabkan gangguan perfusi organ vital)dan aktivasi
endotelial.
Hipertensi dan Proteinuria adalah kriteria PE. Proteinuria adalah protein dalam
urine >300 mg/24 jam ; atau 30 mg/dL (dipstick 1+)
Derajat proteinuria bervariasi selama 24 jam, sehingga hasil kadar protein sesaat tidak
merefleksikan keadaan sebenarnya.
Nekrosis hepatoseluler Nyeri epigastrium (sering disertai dengan kadar
serum hepatik transaminase indikasi terminasi kehamilan) ; iskemia dan edema
hepar regangan kapsule Glisson.
Vasospasme merangsang hemolisis mikroangiopatik aktivasi dan agregasi
platelet Trombositopenia
Gross hemolisis adanya hemoglobinuria atau hiperbilirubinemia beratnya
penyakit.
Beberapa Faktor lainnya : disfungsi jantung dan edema paru serta PJT
EKLAMPSIA
kejang pada eklamsia tidak disebabkan oleh
faktor-faktor lainnya.
Kejang bersifat menyeluruh dan dapat terjadi
sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Nulipara, kejang kadang dapat terjadi sampai 48
jam Pasca Persalinan.
Dengan memperbaiki kualitas perawatan
prenatal, sejumlah kasus eklampsia intrapartum
atau antepartum dapat dicegah (Chames dkk
(2002) )
HIPERTENSI KRONIS SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
Emedicine
ETIOLOGI
Teori yang dianggap dapat menjelaskan etiologi dan patofisiologi PE harus
dapat menjelaskan kenyataan bahwa HDK seringkali terjadi pada :
Terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
Terpapar dengan villi chorialis yg berlimpah ( pada kehamilan kembar atau mola )
Sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
Penderita dengan predisposisi genetik Hipertensi .
DARAH dan PEMBEKUAN 1. Trombositopenia yang terjadi dapat mengancam jiwa penderita. Trombositopenia terjadi
DARAH oleh karena :
Aktivasi platelet
Agregasi platelet
Konsumsi meningkat
2. Trombitopenia hebat
PERFUSI UTERO PLASENTA Gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme merupakan penyebab
utama peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal pada PE dan E.
Pada wanita normal diameter arteri spiralis 500 ; pada penderita PE 200
Diagnosis
1. ANAMNESIS
Lama hipertensi dan jenis obat yang digunakan
Riwayat penyakit ginjal dan atau jantung
Outcome persalinan yang lalu
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fundus occuli
Auskultasi arteri renalis
Pemeriksaan denyut arteri dorsalis pedis ( coarctatio aorta )
Pemeriksaan TD dalam posisi duduk
3. LAB
Pemeriksaan urine dan darah lengkap
Faal ginjal
Faal hepar
Serum elektrolit
EKG
Pemeriksaan urine 24 jam untuk melihat clearance creatinine
X-ray thorax
Pemeriksaan ultrasonografi : menentukan usia kehamilan
DIAGNOSIS
UJI DIAGNOSTIK
Pengukuran Tekanan 1. Pengukuran Tekanan Darah
Darah 2. Analisis protein dalam darah
3. Pemeriksaan Edem
4. Pengukuran tinggi fundus uteri
5. Pemeriksaan funduskopik
Uji laboratorium Dasar 1. Evaluasi hematologik ( hematokrit, jml trombosit,
morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi )
2. Pemeriksaan fungsi hati ( bilirubin, protein serum,
aspartat aminotransferase, dsb )
Uji untuk meramalkan HT 1. Roll-over test
2. Pemberian infus angiotensin
3. Asam urat
4. Fibronektin
5. Aktivasi sitem koagulasi
6. Uterin arterine doppler veolimetri
PREDIKSI
Roll over test 1. Adanya respon hipertensif yang terjadi pada perubahan posisi ibu hamil 28 32
minggu dari posisi miring menjadi telentang merupakan prediktor terjadinya HG.
2. Pasien dengan test positif juga menunjukkan kepekaan yang tidak normal terhadap
pemberian angiostensin II.
Asam urat 1. Weerasekera dan Peiris (2003) : kadar serum asam urat tidak berbeda secara
bermakna sebelum terjadinya HT.
2. Kadar asam urat tidak bermanfaat dalam membedakan antara hipertensi gestasional
dengan PE.
Fibronektin 1. Aktivasi sel endothel menyebabkan kenaikan kadar serum fibronectin pada penderita
PE.
2. Chavaria dkk (2003a) : menyatakan bahwa nilai prediktif positif dari Fibronectine
adalah 29% dan nilai prediktif negatif kira-kira 98%.
AKTIVASI SISTEM KOAGULASI 1. Trombositopenia dan disfungsi platelet adalah gambaran intergral PE.
2. Peningkatan destruksi menyebabkan ukuran platelet membesar oleh karena relatif
lebih muda dan hal ini dapat digunakan untuk meramalkan terjadinya PE.
3. Pada kehamilan, aktivitas fibrinolitik menurun akibat peningkatan palsminogen
activator inhibitor-PAI 1 dan 2. Pada PE, PA1 secara relatif lebih tinggi daripada PAI 2
akibat disfungsi sel endotel.
4. Chappel dkk (2002) : menyatakan bahwa perbandingan PA 1 dan PA2 dapat digunakan
untuk prediksi PE
UTERINE ARTERY DOPPLER 1. Penentuan resistensi vaskular uteroplasenta dengan mengamati impendansi pada
VEOLIMETRI arteri uterina trimester II dapat digunakan sebagai prediksi PE
2. Audibert dkk (2005) : kombinasi pemeriksaan hCG AFP (alfa fetoprotein ) dan
pencatatan aliran darah dalam arteri uterina dapat digunakan untuk meramalkan
terjadinya PE dengan sensitivitas berkisar antara 2 40%.
Pada preeklampsia, perubahan fisiologi pada arteri uteroplasenta tidak melewati
deciduomyometrial junction sehingga terdapat segmen yang menyempit antara arteri
radialis dengan desidua
Vasodilator Hidralizin
Antagnis Kalsium Nifedipin
Pengobatan
Preeklamsi Berat dan Eklamsia
Kejang
Pengendalian Kejang
Pengendalian Kejang
MgSO4 i.v dilanjutkan dengan Mg SO4 infuse atau i.m (sebagai loading dose ) dan diteruskan
dengan pemberian berkala secara i.m
Pemberian antihipertensi secara berkala i.v atau per-oral bila TD diastolik> 110 mmHg
Hindari pemberian diuretik dan batasi pemberian cairan intravena kecuali bila perdarahan
hebat. Jangan berikan cairan hiperosmotik
Akhiri kehamilan atau persalinan.
Magnesium sulfat
MgSO4.7H2O ;
Antikonvulsan yang efektif tanpa penekanan pada SSP ibu dan janin
Dosis untuk PEBerat sama dengan dosis untuk Eklampsia
Berikan sampai 24 jam pasca persalinan
Tidak dimaksudkan untuk menurunkan tekanan darah
Eksresi melalui ginjal
Intoksikasi dapat dihindari dengan melakukan pemeriksaan reflek patela dan frekuensi pernafasan
serta pengamatan volume produksi urine perjam.
Bila terjadi depresi pernafasan berikan Calcium Gluconate 1 gram i.v perlahan-lahan sampai depresi
nafas menghilang.
Terapi Pasca Persalinan
Setelah persalinan, pemilihan jenis obat anti HT menjadi
lebih bebas.
Pemberian diuretik tidak lagi merupakan kontraindikasi.
MgSO4 diberikan sampai 24 jam pasca persalinan.
Phenobarbital 120 mg/hari dapat diberikan pada pasien
dengan HT persisten dimana diuresis masih belum terjadi.
Bila 24 jam pasca persalinan TD Diastolik masih diatas 110
mmHg dapat diberikan obat anti HT lainnya a.l diuretik,
calcium channel blocker, ACE inhibitor , betta blocker
dsbnya.
Pemeriksaan TD dilakukan dalam posisi berdiri untuk
menghindari kesalahan pemeriksaan
Preeklamsi Berat
PE Berat memerlukan antikonvulsi dan antihipertensi serta dilanjutkan dengan
terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan adalah terapi defintif pada kehamilan > 36 minggu atau bila
terbukti sudah adanya maturasi paru atau terdapat gawat janin.
Pertimbangan untuk melakukan terminasi kehamilan pada PEBerat pada
kehamilan 32 34 minggu setelah diberikan glukokortikoid untuk pematangan
paru.
Pada PEBerat yang terjadi antara minggu ke 23 32 perlu pertimbangan untuk
menunda persalinan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
Terminasi kehamilan sedapat mungkin pervaginam dengan induksi persalinan yang
agresif.
Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila persalinan
pervaginam dengan induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam, kehamilan
sebaiknya diakhiri dengan SC
Terapi pada pasien ini adalah :
Dirawat di RS rujukan utama (perawatan tersier)
MgSO4
Antihipertensi
Kortiskosteroid
Observasi ketat melalui pemeriksaan laboratorium
mengakhiri kehamilan bila terdapat indikasi
EKLAMSIA
Eklampsia terjadi pada 0.2 0.5% persalinan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian sama dengan yang ada pada PE.
75% kejang terjadi sebelum persalinan.
50% dari eklampsia pasca persalinan terjadi
dalam waktu 48 jam pasca persalinan.
KOMPLIKASI
A. Komplikasi Maternal
Superimposed PE (1/3 pasien)
Keadaan pasien lebih cepat memburuk dibandingkan PE murni
Solusio plasenta ( 0.4 10%)
DIC disseminated intravascular coagulation
ATN acute tubular necrosis
RCN renal cortical necrosis
B. Komplikasi Janin
Prematuritas ( 25 30%).
IUGR / Intrauterine Groeth Restriction (10 15%).
HK superimposed PE cenderung terjadi pada kehamilan 26 34 minggu
sehingga sering menyebabkan terjadinya persalinan preterm.
Peningkatan mortalitas perinatal akibat solusio plasenta.
PROGNOSIS
Pada penderita HT ringan atau sedang, outcome kehamilan baik dengan perinatal
survival sekitar 95 97%.
Komplikasi utama :
Superimposed PE,
Solusio plasenta ,
Prematuritas dan
PJT.