Oleh Kelompok 2 :
Latar Namun tentunya dalam sebuah bisnis sering kita temui beberapa
Belakang ketidakimbangan dan kecurangan terutama dalam perlaporan keuangan
sehingga menyebabkan sebuah perusahaan dinyatakan fraud.
Belakangan ini terdapat banyak sekali likuidasi BPRS oleh Ototitas Jasa
Keuangan yang disebabkan oleh tidak diimplementasikannya Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance) sebagaimana mestinya. Terbukti diawal
tahun 2016 OJK telah menutup empat BPRS yang hampur semua dikarenakan
fraud dan tidak dijalankannya system Tata Kelola Perusahaan yang baik
(Good corporate governance).
Perumusan Bagaimana peran dan tanggung jawab partisipan CG dalam
Masalah mencegah terjadinya fraud dalam sebuah organisasi ?
Beberapa definisi:
Prinsip transparansi,
Perlakuan yang setara (fairness),
Lewajiban bagi para pengelola untuk
Prinsip agar para pengelola
menjalankan prinsip keterbukaan dalam
memperlakukan semua pemangku
Prinsip Good Corporate Governance proses keputusan dan penyampaian
kepentingan secara adil dan setara.
informasi.
The Association Of Certified fraud Examiners dalam tuanakotta (2010), kecurangan adalah suatu tindakan
sengaja yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk menggunakan sumber daya dari suatu organisasi
secara tidak wajar (tindakan melawan hukum) dan salah menyajikan fakta (menyembunyikan fakta) untuk
memperoleh keuntungan pribadi. kecurangan atau yang sering disebut pula dengan fraud dilakukan dengan
beragam modus seiring dengan berkembangnya zaman baik di organisasi pemerintah maupun di organisasi
swasta.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Tuanakotta (2010:195-204) menggambarkan
occupationat fraud dalam bentuk fraud tree. occupationat fraud tree mempunyai tiga cabang utama, yakni
corruption, asset misappropriation, dan fraudulent statements. Masing-masing cabang tersebut, pembahasannya
sebagai berikut:
MAKASSAR - Kondisi keuangan PT BPR Dana Niaga Mandiri (DNM) 180 hari
sebelum ditutup OJK nampaknya benar-benar mengalami masalah serius.
Selama 180 hari tersebut OJK telah memberikan kesempatan bagi Direksi DNM untuk
menambah jumlah aset yang dimiliki. Namun, di bawah pengawasan khusus OJK, BPR ini
tidak sanggup memperbaiki keadaan keuangannya. Maka pada 13 April 2016 lalu, OJK
resmi mencabut izin DNM.
"Jumlah aset yang dimiliki lebih kecil dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
tercatat. Dan NPL-nya sangat tinggi," kata Kepala OJK Regional VI Sulawesi, Maluku
Papua, Bambang Kiswono, Jumat, (15/04/2016).
Menurut kami, dari kasus diatas dapat disimpulkan BPR Dana Niaga Mandiri tidak menerapkan system Tata
Kelola Perusahaan yang baik sehingga memunculkan kasus fraud ( kecurangan ) dalam penyajian laporan keuangan
yaitu kasus Fraudulent statements . Beberapa peran partisipan Corporate Governance yang dapat dilakukan
sehinggal tipis kemungkinan terjadinya fraud yaitu:
1. Penasehat hukum
Seharusnya BPR Dana Niaga Mandiri memiliki penasehat hukum yang independen, sehingga dapat membantu
perusahaan untuk mematuhi aturan hukum yang berlaku dan juga tidak sampai dilikuidasi oleh OJK, seperti yang
kita ketahui OJK sebelumnya memberikan waktu 180 hari sebelum akhirnya mencabut izin usaha Dana Niaga
Mandiri, peranan penasehat hukum sangat penting ketika perusahaan dalam situasi seperti ini.
2. Konsultan Keuangan
Analisis keuangan seharusnya dapat memprediksi jauh hari sebelum BPR Dana Niaga Mandiri terkena masalah
serius, atau bisa jadi BPR ini tidak mempunyai konsultan keuangan yan professional dibidangnya sehingga sampai
terjadi fraud dalam penyajian laporan keuangan yakni jumlah asset yang dimiliki lebih kecil dari jumlah dana pihak
ketiga yang tidak diperbolehkan oleh peraturan OJK.
BPR Dana Niaga Mandiri terbukti tidak menerapkan system Tata Kelola Perusahaan yang baik ( Good
Corporate Governance ) dengan munculnya kasus fraud atau kecurangan dalam penyajian laporan keuangan hingga
perusahaan dilikuidasi.
Prinsip dari system Tata Kelola Perusahaan yang dominan tidak dilaksanakan pada BPR Dana Niaga Mandiri
Makasar yaitu prinsip Transparansi dan prinsip Accountability, dimana prinsip ini menegaskan harus adanya
keterbukaan dan keakuratan dalam pembuatan laporan keuangan.
Banyak pelanggaran terhadap prinsip GCG dan kurangnya peran partisipan terutama Penasehat hukum dan
Konsultan Keuangan dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sebuah organisasi.
Perusahaan yang menerapkan system Tata kelola Perushaan yang baik tidak akan mudah goncang ketika
menghadapi masalah dan permasalahan yang muncul dapat teridentifikasi lebih awal.