- Dalam UU Tata Ruang No.26 Tahun 2007, Bab III (fasal 6, ayat 1, point a)
tentang klasifikasi penataan ruang disebutkan bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik yang rentan terhadap
bencana, maupun kemampuan daya dukungnya.
ANALISIS PERMASALAHAN
PENYELIDIKAN LAPANGAN
MORFOLOGI
BAHAN GALIAN
PETA REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN
BAHAYA GEOLOGI BERDASARKAN SUDUT PANDANG
GEOLOGI LINGKUNGAN
Pemboran tangan
Infiltrasi
Percontoh tanah
Percontoh air
DATA DASAR UNTUK PENATAAN RUANG
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
a. Menentukan komponen fisik geologi lingkungan yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan
daya dukung lahan. Komponen tersebut yaitu kemiringan lereng, daya dukung pondasi,
sumberdaya air, kerentanan gerakan tanah dan kegempaan.
b. Mengklasifikasikan komponen fisik lahan menjadi sub komponen. Uraian masing-masing
sub komponen tersebut, yaitu :
1. Sudut kemiringan lereng (Morfologi) : 4. Kerentanan Gerakan tanah
< 8% * Sangat rendah
> 8 15% * Rendah
> 15 30% * Sedang
> 30 40% * Tinggi
> 40 % * Sangat Tinggi
2. Daya Dukung Fondasi : 5. Kerentanan Gerakan tanah :
- Sangat tinggi Intensitas Gempa : Skala Ritcher :
- Tinggi < 0,05 g <5
- Sedang 0,05 0,15 g 56
- Rendah 0,15 0,30 g 6 6,5
- Sangat rendah > 0,30 g > 6,5
3. Sumber Daya Air : 6. Komponen lainnya
* Akuifer produktifitas sangat tinggi (Bergantung kondisi dan kompleksitas)
* Akuifer produktifitas tinggi
* Akuifer produktifitas sedang
* kuifer setempat produktif
* Akuifer produktifitas kecil
dan langka air
c. Komponen fisik lahan diberi bobot yang besarnya dari 1 hingga 6, sedangkan sub komponennya
diberi nilai 1 hingga 5. Perkalian nilai dan bobot disebut skor. Nilai, bobot dan skor setiap komponen
dan sub komponen (Tabel 1).
d. Menentukan faktor penyisih pembangunan kawasan wisata terpadu yaitu daerah bahaya letusan
gunungapi zona III dan sempadan mata air.
e. Dari Tabel 1 dapat diketahui bawa skor maksimum adalah apabila lahan mempunyai kemiringan
lereng <8%, daya dukung pondasi sangat tinggi, produktivitas akuifer sangat tinggi, erosi tanah
sangat rendah, kerentanan gerakan tanah sangat rendah dan intensitas gempa lebih kecil dari 0,05
g, Lahan tersebut akan mempunyai skor tertinggi yaitu :
5 (6) + 5 (5)+ 5 (4) + 5 (3) + 5 (2) + 5 (1) = 105
Sedangkan lahan dengan skor minimum jika kemiringan lereng > 40%, daya dukung fondasi
rendah, produktivitas akuifer sangat kecil/langka air, kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dan
intensitas gempa bumi >0,3 g. Lahan tersebut mempunyai skor minimum yaitu :
1(6)+1(5)+1(4)+1(3)+1(2)+1(1) = 21
Skor :
< 37,8 daya dukung lahan sangat rendah
> 37,8 54,6 daya dukung lahan rendah
> 54,6 71,4 daya dukung lahan sedang
> 71,4 88,2 daya dukung lahan tinggi
> 88,2 daya dukung lahan sangat tinggi.
Tabel 3.
Klasifikasi Daya Dukung Tanah Dijinkan
1.Satuan Geologi Lingkungan Dataran Aluvium Pantai (84 = Daya dukung lahan tinggi )
< 8%, lunak , lepas, agak lunak, f = 1 x 10-3, MAT < 2 m dbmt, fondasi dangkal < 13,5 ton/m2. Potensi tsunami
2. Satuan Geologi Lingkungan Pedataran Tuf :(100 = Skor ; Daya dukung lahan sangat tinggi)
< 8 %, elv. 85 100 m dpl, lepas- padat, f = 1,2 x 10-3, airtanah potensi rendah, MAT 7 - < 20 m dbmt,
fondasi dangkal 11,20 - 17,8 ton/m2 . Sebagian daerah imbuh (recharge area)
3. Satuan Geologi Lingkungan Kaki Perbukitan Tuf (Skor : 80 = Daya dukung lahan tinggi)
15 - 30 %, elv. 0 60 m dpl, lepas, f = 1,4 x 10-3, airtanah potensi tinggi, MAT 7 - < 12 m dbmt,
fondasi dangkal 17,8 ton/m2
4. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Bergelombang Tuf (Skor : 87 = Daya dukung lahan tinggi)
5 - 15 %, elv. 15 100 m dpl, lepas - padat, f = 3,9 x 10-4, airtanah potensi rendah, MAT < 30 m dbmt,
fondasi dangkal 23,13 ton/m2 . Sebagian zona imbuhan
5. Satuan Geologi Lingkungan Kaki Perbukitan Aglomerat (Skor : 75 = Daya dukung lahan tinggi)
15 30 %, elv. 25 350 m dpl, lepas - padat, f = 1,4 x 10-3, airtanah potensi trendah - sedang, MAT 7 - < 20 m dbmt,
fondasi dangkal 23,13 ton/m2 . Zona imbuhan, dan zona rentan gerakantanah sedang - tinggi
6. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Bergelombang Aglomerat (60 = Daya dukung lahan sedang)
15 30 dan > 40 %, elv. 0 300 m dpl, agak lepas - padat, f = 3,2 4,1 x 10-3, potensi airtanah rendah
MAT 7 - < 20 m dbmt, fondasi dangkal 28,58 ton/m2 . Zona imbuhan, sebagian zona rentan gerakantanah sedang - tinggi
7. Satuan Geologi Lingkungan Kaki Perbukitan Andesit (63 = Daya dukung lahan sedang)
30 45 %, elv. 25 566 m dpl, agak lepas - padat, f = 5,9 7,2 x 10-4, airtanah potensi tinggi,
MAT 7 - < 20 m dbmt, fondasi dangkal 28,58 ton/m2 . Zona imbuhan, sebagian zona rentan gerakantanah sedang - tinggi
8. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Curam Andesit (54 = Daya dukung lahan rendah)
30 45 %, elv. 25 566 m dpl, agak padat, - keras, f = 3,4 6,1 x 10-4, airtanah potensi tinggi,
MAT 7 - < 20 m dbmt, fondasi dangkal 28,58 ton/m2 . Zona imbuhan, sebagian zona rentan gerakantanah sedang tinggi
9. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Batugamping (82 = Daya dukung lahan tinggi)
15 30 % dan > 40%, elv. 7 120 m dpl, agak lepas - padat, f = 5,9 7,2 x 10-4, airtanah potensi tinggi,
MAT 4 - < 30 m dbmt, fondasi dangkal 11,6 16,17 ton/m2 . Zona keluaran (discharge), sebagian zona rentan gerakantanah
sedang tinggi
Foto 1. Pemandangan Kota Sabang difoto dari arah tenggara
Foto 2. Suasana di salah satu sudut kota Sabang
Foto 3. Sebagian dari morfologi perbukitan Cot Drien Klah
Foto 4. Danau Aneuk Laot (merupakan jejak kawah gunungapi bawah laut) sebagai
salah satu objek wisata di Wilayah Kota Sabang
Foto 5. Singkapan batugamping dengan rogga-rongga hasil pelarutan di Ujong Kareung
Foto 6. Singkapan aglomerat /konglomerat yang mengandung cangkang kerang
di Ujong Reuteuk
Foto 7. Singkapan andesit dengan kekar-kekar yang tidak beraturan
Foto 8. Batu belah sebagai material konstruksi diperoleh dari endapan rombakan lereng
di lokasi Paya Seunora
Foto 9. Salah satu sumber mata air yang muncul dari celahan batugamping di sekitar
Teupin Reuteu
Foto 10. Turapan sumber mata air broon captering di arah barat Danau Aneuk Laot
yang dikelola PDAM setempat
Foto 11. Longsoran pada salah satu tebing berlereng curam
Foto 12. Sisa bangunan rumah yang hancur akibat terjangan tsunami di sekitar pantai
Teluk Lho Pria Laot
Foto 14. Larangan mendirikan bangunan di sempadan pantai yang rawan tsunami
dengan Perda/Qonun No 4 Th. 2004 Pem.Kot. Sabang.
Foto 15. Fenomena abrasi di di pantai baratdaya P. Weh
Foto 16. Rumah yang bergeser dari tapak fondasinya akibat gempa Aceh Desember 2004
Foto 17. Barak-barak penampungan pengungsi di sekitar Balohan, Sabang
Foto 18. Salah satu lokasi relokasi perumahan yang baru selesai dibangun yang
umumnya terletak di atas lahan dengan ketinggian di atas 50 m di atas
permukaan laut.
Foto 19. TPA yang ada di Sabang (lokasi Cot Abeuk) secara open dumping.
Foto 20. KM 0 di ujung barat pulau weh yang merupakan gugusan pulau paling barat dalam
NKRI. Lokasi ini juga sebagai salah satu objek wisata di Sabang.
KESIMPULAN & SARAN
Wilayah Kota Sabang terbagi atas 9 Satuan Geologi Lingkungan dengan nilai skor
yang diperoleh mencerminkan karakteristik lahan yang beragam baik dari aspek
pendukung maupun pembatasnya.
Sebagian besar kawasan pantai Wilayah Kota Sabang (elv. < 20 m) memiliki potensi
tsunami.