Disusun Oleh :
Veneranda Clara
1161050003
Pembimbing :
Dr.Joseph, Sp. Rad
Abses Hepar paling banyak disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebabkan
oleh kolangitis atau trauma dab pada umumnya dapat terlihat baik dengan
mengunakan CT dan MRI.
Kasus ini terjadi pada 1 dari 200.000 250.000 kelahiran dan merupakan
faktor predisposisi terjadinya infeksi oleh kelompok organisme catalase-
positive.
Abses Hepar terjadi pada 50% pasien yang menderita CGD, terkadang
asimptomastis atau disertai dengan demam. Nyeri jarang terjadi dan
peningkatan enzim tidak cukup membantu.
Studi yang dilakukan adalah studi retrospektif pada 47 pasien dengan CGD
pada tahun 1981 2004.
CT digunakan hampir pada semua pasien dan MRI digunakan pada pasien
yang memiliki riwayat alergi dan gangguan fungsi ginjal.
Kontras yang digunakan adalah iopamidol 120 -140 mL dan MRI 0.5 T 1.5 T
Hasil
Lesi ditemukan pada kedua lobus hepar tanpa distribusi yang spesifik
Secara histologi, asbes hepar pada pasien CGD ireguler dan dikelilingi oleh
sel-sel inflamasi
Dari 151 abses yang ditemukan, 113 terlihat dengan CT dan 50 terlihat
dengan MRI (12 pasien mendapatkan CT dan MRI)
Hasil
Pada MRI, tipe 1 (22%), tipe 2a (44%), tipe 2b (24%), tipe 3 (10%)
Tabel perbandingan
Diskusi
Piogenik abses paling sering disebabkan oleh basil gram negatif. Bakteri ini
memberikan respon berupa reaksi inflamasi, makrofag menghancurkan jaringan
yang sehat dan terinfeksi, bagian tegah dari abses nekrosis dan berisikan cairan.
Sporadik abses biasanya terjadi sekali yang disebabkan oleh trauma atau sepsis
dan jarang berulang
Berbeda dengan piogenik dan sporadik abses, infeksi dan abses hepar pada
pasien CGD bersifat berulang. Abses sering multipel dan episode yg berulang
menyebabkan proses kalsifikasi dan scarring. CGD paling sering disebabkan oleh
kuman S. Aureus dan fungi
Abses hepar pada CGD sering memiliki penatalaksanaan yang buruk karena
terbentuknya granuloma dan tindakan operasi yang berulang dikarenankan
kesulitan untuk melakukan drainase menyebakan terbentukanya bekas luka
yang mengubah formasi dari hepar.
Sonografi, yang merupakan indeal alternatif selain CT dan MRI sangat terbatas
gambrannya karena lesi sering isoechoic dengan parenkim hepar.
Studi ini memiliki keterbatasan karena dilakukan selama 20 tahun dan teknologi
imaging tidak konsisten
Kesimpulan
Lesi solid pada pasien yang berusia muda dengan CGD sangat
membutuhkan terapi yang segera
Abses yang berulang dapat menyebabkan kalsifikasi dan bekas pada hepar
yang mungkin dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar
TERIMA KASIH