Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI


UDARA DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Disiapkan oleh :
DIREKTORAT BANDAR UDARA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Jakarta, 10 Agustus 2016


Profil Bandar udara
(Ref. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 69 Tahun 2013)
OUTLINE

BANDARA

BANDARA EKSISTING RENCANA BANDARA


237 Bandara 62 Bandara

DJU / PEMDA (211) PENETAPAN LOKASI (42)


PT AP I (13) RENCANA (20)
PT AP II (13) (termasuk rencana relokasi (16))

TOTAL 299 BANDARA 2


Profil Bandar udara
(Ref. Revisi Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 69 Tahun 2013)
OUTLINE

BANDARA

264 BANDARA EKSISTING 57 BANDARA BARU


(termasuk relokasi)

DJU / PEMDA/KHUSUS UTK UMUM (238)


PT AP I (13)
PT AP II (13)

TOTAL 321 BANDARA 3


KEBIJAKAN NASIONAL BANDAR UDARA
R
Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan E
pengoperasian bandar udara N
C
A
N
Bandara yg melayani A
ibukota propinsi Bandara di daerah Bandara di wilayah
koridor ekonomi
L
dikembangkan u/ terisolasi
O
sejenis B737 dg
K
klasifikasi 4D Bandara di daerah Mengendalikan jumlah bandar
perbatasan A
udara Internasional
S
Bandara Bandara di lokasi I
Menyiapkan bandara
Internasional pada bencana/rawan B
kapasitas bandara sesuai
daerah desitinasi bencana hirarki A
pariwisata
N
D
Konsep Multiairport system A
R
U
D
A
Forecast Permintaan R
Penumpang A
Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan
pengoperasian bandar udara

Pada bandar udara pengumpan dengan peran sebagai


pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan,
serta bandar udara sebagai prasarana memperkukuh
Wawasan Nusantara, dilakukan pembangunan bandar udara
dengan memperhatikan kesinambungan dan keteraturan
(connectivity and regularity) angkutan udara.
Kegiatan Strategis pembangunan /
Pengembangan Bandar Udara
(Renstra Ditjen Hubud TH. 2015-2019)

Sesuai dengan Perpres No. 2 Tahun 2015 ttg RPJMN tahun


2015-2019 :
Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di
wilayah perbatasan dan wilayah terluar
Meningkatkan kapasitas bandar udara di wilayah
terpencil, pedalaman dan rawan bencana dengan
melakukan perpanjangan landasan serta pembanunan
terminal penumpang
150 seats
Pengembangan Bandara
Di Ibu Kota Provinsi
R/W 4C

Bandar udara pada ibukota provinsi dibangun atau dikembangkan dengan klasifikasi landas pacu
minimal 4C untuk dapat melayani pesawat bermesin jet berpenumpang 150 orang

77
Destinasi Pariwisata

Sumber: RIPNAS

1. Bandar udara internasional di daerah destinasi pariwisata


diperlukan sebagai hub dan pintu gerbang pariwisata nasional.
2. Bandar udara domestik berperan sebagai pendorong dan
penunjang kegiatan pariwisata
Pengembangan Bandara
25 seats
untuk Pembuka Isolasi Daerah
R/W 2C

Bandara di daerah terisolasi dikembangkan atau dibangun untuk


dapat melayani penerbangan perintis dengan pesawat
berpenumpang 25 orang dengan klasifikasi landasan 2C 3C
(ref. IM 5/2015).
50 seats
Pengembangan Bandara
di Daerah Perbatasan Negara
R/W 3C

Bandar udara di daerah perbatasan :


1. Harus dapat mendukung keamanan wilayah dan mampu melayani
pesawat berpenumpang 50 orang dengan pesawat hercules C-130.
2. Tersedia sarana dan prasarana penunjang bandara sehingga
mampu mengelola/mengendalikan/melayani operasi penerbangan.
3. Bandar udara di daerah perbatasan dibangun atau dikembangkan
dengan klasifikasi landasan 3C.
4. Pemerintah memberikan
a. kompensasi subsidi operasi
b. subsidi angkutan BBM pada operator angkutan udara perintis
c. kemudahan berupa ijin penerbangan lintas batas
d. Hak kebebasan dalam menentukan frekuensi penerbangan
50 seats
Pengembangan Bandara
untuk Penanganan Bencana
R/W 3C

Bandar udara di daerah lokasi bencana dan daerah rawan bencana dibangun atau dikembangkan
dengan klasifikasi landas pacu 3C untuk dapat melayani pesawat angkut militer / logistik dan pesawat
berpenumpang 50 orang
Peta Provinsi Kepulauan

Kep.Riau

Babel

NTB
NTT

1. Pada daerah kepulauan dapat dibangun bandara bila waktu tempuh perjalanan laut lebih dari 6
jam.
2. Ketersediaan transportasi laut sangat dipengaruhi oleh kondisi laut (gelombang dan angin)
Peta Cakupan Bandar Udara

Cakupan pelayanan 100 km : Sumatera, Jawa, Bali wilayah cakupan


Cakupan pelayanan 60 km : Kalimantan, Sulawesi wilayah yg belum tercakup
Cakupan pelayanan 30 km : NTT, NTB, Maluku,Papua
BANDARA DI DAERAH PERBATASAN
Ref. PM 69 Tahun 2013

1. Maimun Saleh Sabang 11. Pangsuma 21. Sentani Jayapura


2. Tempuling Indragiri Putussibau 22. Mopah Merauke
Ilir 12. Paloh Sambas 23. Manggelum Boven
3. Pinang Kampai Dumai 13. Datah Dawai Digoel
4. Hang Nadim Batam 14. Nunukan 24. Enarotoli Paniai
5. Ranai Natuna 15. Kol. RA. Bessing 25. Mararena Sarmi
6. Seibati TJ. Balai (seluwing) Malinau 26. Tanah Merah Boven
Karimun 16. Naha Tahuna Digoel
7. Haliwen Atambua 17. Melongguane- 27. Oksibil Pegunungan
8. Mali Alor Sangihe talaud Bintang
9. Lekunik Rote 18. Dobo P. Aru 28. Okaba Merauke
10. Tardamu Sabu 19. John Becker P. Kisar 29. Karubaga Tolikara
20. Olilit - Saumlaki 30. Kebar - Manokwari
CONTOH BANDARA DI DAERAH PERBATASAN
(Ref. PM 69 Tahun 2013)
PENGEMBANGAN BANDARA SECARA BERTAHAP DI DAERAH PERBATASAN
(Ref. PM 69 Tahun 2013)
Tahapan Pengembangan Bandara

Kebijakan bandar udara di daerah perbatasan negara

Target 2020 : mengembangkan bandar udara yang sudah ada di daerah


perbatasan negara sehingga memenuhi ketentuan.
Target 2030 : membangun bandar udara di daerah perbatasan negara untuk
membuka aksesibilitas wilayah yang memiliki potensi ekonomi
dengan jumlah penduduk yang cukup banyak.
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai