Anda di halaman 1dari 11

Matakuliah : O0042 - Pengantar Sosiologi

Tahun : Ganjil 2007/2008

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT


PERTEMUAN 03
I. Pengertian
Pada pertemuan kedua kita sudah mengenal pengertian
tentang masyarakat. Oleh karena itu, pada pertemuan
ketiga ini kita hanya akan membahas secara khusus
mengenai kebudayaan. Secara etimologis kebudayaan
berasal dari kata bahasa sansekerta, buddayah, yang
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti
budi atau akal. Sedangakan dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah culture. Kata ini berasal dari kata bahasa
Latin yaitu colere yang berarti mengelolah atau
mengerjakan yaitu mengelolah tanah atau bertani. Makna
dari istilah itu kemudian mengalami perluasan yakni
merujuk semua kegiatan manusia untuk mengelolah atau
mengubah alam.

E.B. Tylor
Secara substantif, E.B. Tylor memberikan defenisi
Bina Nusantara
Jadi kebudayaan adalah semua apa yang dipelajari dan
kebiasaan-kebiasaan yang secara sosial diteruskan,
pengetahuan, obyek-obyek material dan tingkah laku, termasuk
gagasan-gagasan, nilai-nilai dan hasil karya kelompok
masyarakat. Secara sosiologis, kebudayaan menyangkut semua
obyek material dan gagasan yang ada dalam masyarakt.
2. Wujud Kebudayaan
Kontjaraningrat mengkategori wujud kebudayaan berdasarkan
lapisan lapisannya.
Lapisan pertama adalah lapisan yang paling luar yaitu
wujud budaya material seperti bangunan-bangunan,
peralatan tekonologi atau singkatnya semua wujud yang
dapat diinderai.
Lapisan yang kedua adalah berupa tingkah laku seperti
menari, berbicara, dan lain sebagainya. Kebudayaan dalam
wujud seperti ini masih bersifat konkrit. Semua gerak-gerik
yang dilakukan dari saat ke saat dan dari hari ke hari, dari
masa ke masa merupakan pola-pola tingkah laku yang
dilakukan berdasarkan system. Oleh karena itu pola-pola
tingkah laku manusia disebut system sosial.

Bina Nusantara
Lapisan ketiga adalah system gagasan. System
gagasan ini berada dalam kepala tiap individu warga
kebudayaan yang bersangkutan, yang dibawanya
kemanapun ia pergi. Kebudayaan dalam konteks ini
bersifat abstrak dan hanya dapat diketahui serta
dipahami setelah ia mempelajarinya dengan
mendalam. Kebudayaan dalam wujud gagasan juga
berpola dan berdasarkan system-sistem tertentu
yang disebut system budaya. Menurut
Koentjaraningrat terminologi mengenai system
budaya dalam bahasa Indonesia lasim disebut
dengan adat-istiadat
Lapisan yang keempat adalah nilai-nilai budaya.
Semua produk material, tingkah laku, dan gagasan
yang dihasilkan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai.

Bina Nusantara
3. Unsur-Unsur Kebudayaan
Antropolog C. Kluckhohn (Soekanto, 2006:154) mengemukakan bahwa
ada tujuh unsur universal kebudayaan yakni:
Tekonologi
Organisasi
System pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Ekonomi
Religi
Artinya setiap kebudayaan apapun mengandung didalamnya tujuh
unsur ini. Sementara itu John J. Macionis (1989) mengemukakan bahwa
kebudayaan terdiri dari beberapa komponen seperti simbol, bahasa,
nilai dan norma. Simbol adalah segala sesuatu yang memiliki makna
khusus yang diakui oleh anggota budaya itu. Sedangkan bahasa
adalah sistem simbol dengan makna standar yang memungkinkan
anggota suatu masyarakat berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

Bina Nusantara
Dan nilai menurut Williams, (1970:27) sebagai mana yang dikutip oleh
Macionis (1989:68) adalah standar-standar yang mana anggota suatu
kebudayaan menentukan apa yang dapat diharapkan dan tidak
diharapkan, yang baik dan buruk dan yang indah dan jelek. Komponen
yang terakhir adalah norma yaitu aturan dan harapan-harapan yang
mana masyarakat mengatur tingkah laku dari anggotanya.

4. Fungsi Kebudayaan
Mengatasi Tekanan Hidup
Wahana dan wadah pegembangan diri
Pedoman memenuhi kebutuhan hidup (primer, sosial dan
integratif).
Hasil-hasil penemuan manusia itu sendiri memungkinkan manusia
untuk dapat mengatasi tekanan alam. Kalau sebelumnya manusia
sangat tergantung pada kemurahan alam, namun kemudian manusia
menyadari bahwa ia harus mengelolah alam itu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tetapi tidak hanya itu kebudayaan dapat juga
sebagai wahana ekspresi diri, media komunikasi dengan anggota
masyarakat yang lainnya. Bahasa, norma misalnya memungkinkan
manusia dapat bersosialisasi dengan anggota masyarakat yang
lainnya.

Bina Nusantara
Menurut Parsudi Suparlan (1998;26-27) kebutuhan manusia dapat
dikategorikan menjadi tiga golongan yakni kebutuhan biologis,
kebutuhan sosial dan kebutuhan adab.
Kebutuhan biologis meliputi kebutuhan makan, minum, buang air
besar/kecil, istirahat, tidur dan lain sebagainya. Sedangkan kebutuhan
sosial menyangkut kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama
manusia, kontrol sosial dan lain sebagainya. Dan kebutuhan adab
adalah kebutuhan yang mengintegrasikan kebutuhan biologis dan sosial
yang menampakan hakikat manusia sebagai manusia, sebagai subyek
yang berpikir, berperasaan, dan bermoral. Kebutuhan-kebutuhan adab
mencakup kebutuhan untuk membedakan yang benar dari yang salah,
adil dan tidak adil, sacral dan secular, ungkapan-ungkapan estetika,
etika dan moral, rekreasi dan hiburan, rasa aman, tenteram dan
keteraturan dan lain sebagainya. Kebutuahan adab membedakan
manusia dari binatang lainnya.
Pembahasan singakat di atas jelas menunjukan bahwa kebudayaan
menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berhubungan
dengan barang-barang material seperti teknologi maupuan non
material yakni ide atau gagasan, norma dan kepercayaan-kepercayaan
tertentu yang hidup dalam masyarakat.

Bina Nusantara
5. Keanekaragaman Kebudayaan
Tantangan hidup, keadaan geografis, iklim dan berbagai
kesulitan hidup lainnya telah melahirkan cara pandang,
sistem sosial, dan wujud kebudyaan lainnya yang berbeda-
beda pula. Sebagai contoh berikut ini fenomena
keanekaragaman dapat kita jumpai dalam karya
Koenjaraningrat (2003; 165-195).
Menurut Koenjaraningrat keakaragaman kebudayaan dapat
dilihat dari berbagai macam perspektif seperti:
Suku bangsa. Misalnya suku bangsa Jawa, Sunda, Madura.
Di Flores dapat kita jumpai suku bangsa Manggarai, Ngada,
Ende, Sika, Larantuka dan lain sebagainya. Setiap suku
bangsa memiliki karakteristiknya sendiri, bahasa, kesenian,
pandangan hidup dan lain sebagainya.
Berdasarkan mata pencaharian, seperti masyarakat
pemburu dan peramu, peternak, peladang, nelayan,
pedesaan dan perkotaan yang kompleks.
Keanekaragaman kebudayaan ini juga dapat diklasifikasi
dalam kategori yang lebih luas yaitu daerah kebudayaan.
Bina Nusantara
Daerah Kebudayaan dapat dikelompokan sebagai berikut:
Daerah kebudayaan di Amerika Utara yang terdiri dari kebudayaan
Eskimo, Yukon-Mackenzie, Pantai Barat-Laut, Dataran Tinggi, Planis, Hutan
Timur, Kalifornia, Barat-Daya, Tenggara, dan Meksiko.
Daerah Kebudayaan Amerika Latin, Kawasan Geografi di Oseania, Afrika.
Daerah kebudayaan Afrika terdiri dari Kebudayaan Afrika Utara, Hilir
Sungai Nil, Sahara, Sudan Barat, Sudan Timur, Hulu Tengah Sungai Nil,
Afrika Tengah, Hulu Selatan Sungai Nil, Tanduk Afrika, Bantu Katulistiwa,
Bantu Danau-Danau, Bantu Timur, Bantu Tengah, Bantu Barat-Daya,
Bantu Tenggara, Choisan, dan Madagaskar.
Daerah Kebudayaan Asia terdiri dari Asia Tenggara, Kebudayaan Selatan,
Asia Barat-Daya, Cina, Asia Tengah, Siberia, dan Asia Timur Laut.
Dalam konteks Daerah Kebudayaan Van Vollenhven membagai
kebudayaan Indonesia dalam 19 daerah yakni (1) Aceh, )2) Gayo Alos dan
Batak, (2a)) Nias dan Batu, (3) Minangkabau, (3a) Mentawai, (4)
Sumatera Selatan, (4a) Enggano, (5) Melayu, (6) Bangka dan Biliton, (7)
Kalimantan, (8) Minahasa, (8a) Sangir-Taulud, (9) Gorontalo, (10) Toraja,
(11) Sulawesi Selatan, (12) Ternate, (13) Ambon Maluku, (13a) Kepulauan
Barat-Daya, (14) Irian, (15) Timor, (16) Bali dan Lombok, (17) Jawa Tengah
dan Jawa Timur, (18) Surakarta dan Yogyakarta dan (19) Jawa Barat.

Bina Nusantara
6. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya selalu mengandaikan manusia dan bahkan
secara fundamental kebudayaan tidak dapat dipikirkan tanpa manusia. M.
Sastrapratedja (bdk. FX.Mudji Sutrisno,ed.,1993;95) menegaskan bahwa di
satu sisi, manusia melahirkan kebudayaan, namun pada saat yang sama
pada sisi yang lain, manusia lahir dalam konteks sosio-kultural tertentu.
Suatu pertannyaan muncul dari tesis tersebut di atas, bagaimanakah relasi
manusia dengan kebudayaan? Puspowardojo (dlm Puspowardojo, ed.,
1971;9) melukiskan hubungan manusia dengan kebudayaan dengan
menjelaskan bahwa di satu sisi manusia selalu memiliki kebutuhan, tetapi
pemenuhan kebutuhan ini tidak dapat lahir dengan sendirinya. Sedangkan
lingkungan alam pada sisi yang lain menyimpan semua apa yang
dibutuhkan oleh manusia.
Dari uraian singkat ini kita dapat melihat bahwa ada jarak antara
kebutuhan pada manusia dan sumber daya yang disiapkan oleh alam.
Dalam konteks ini kebudayaan merupakan sarana bagi manusia untuk
memperoleh apa yang disiapkan oleh alam. Alat-alat teknologi yang
digunakan oleh manusia misalnya merupakan tidak hanya ekspresi daya
cipta manusia, tetapi juga sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Bina Nusantara
Namun walaupun lingkungan alam menyediakan
semua apa yang dibutuhkan, manusia tidak dengan
sendirinya langsung dapat memanfaatkannya.
Manusia harus mengelolah, mengerjakan, merubah
lingkungan alam dan sosial terlebih dahulu sesuai
dengan kebutuhan dan gambarannya baru kemudian
dimanfaatkaanya. Ini sebabnya mengapa para ahli
menyebut manusia sebagai homo faber (manusia
pekerja) dan homo creator (manusia pencipta)
sebagai bagian dimensional dari hakekat manusia.
Proses penemuan cara-cara pengelolaan serta
sarana-sarana yang dipakai untuk mengelolah
lingkungan alam dan sosial itulah yang disebut
dengan kebudayaan. Jadi kebudayaan pada dasarnya
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Bina Nusantara

Anda mungkin juga menyukai