Anda di halaman 1dari 45

BENIGN PAROXYSMAL

POSITIONAL VERTIGO
(BPPV)
Risma Fujiarti
LATAR BELAKANG

Pusing adalah keluhan yang sering muncul pada pasien di


suatu klinik.
Vertigo ditemukan menjadi penyebab tersering dari keluhan
pusing tersebut.
Vertigo diartikan sebagai sebuah ilusi dari gerakan dan paling
sering disebabkan oleh Benign Paroxysmal Positional Ver tigo
(BPPV) (Sonu et al, 2015).
Sekitar 2-4% dari populasi manusia akan mengalami BPPV
dalam hidupnya (Hain, 2009).
TINJAUAN PUSTAKA
Luar
Organ
otolit
Organ
Telinga Tengah
vestibuli
KSS

Dalam
Skala
vestibuli

Skala
Koklea
media

Skala
timpani
ANATOMI TELINGA

1. Liang telinga/MAE
2. F o s s a C r a n i a l i s Te n g a h
3. Attic
4. Maleus
5. Inkus
6. Kanalis semikularis
lateralis
7. Kanalis semikularis
posterior
8. Kanalis semisirkularis
superior
9. Ve s t i b u l u m
10. Nervus fasialis
11. Nervus vestibularis
12. Nervus cochlearis
13. Koklea
14. Tu b a e u s t a c h i u s
15. Stapes
16. Arteri karotis interna
17. Bagian dari MAE
18. Kartilago

(Sumber : Hussain , 2016)


TELINGA DALAM

1. KSS superior
2. Utrikulus
3. Sakulus
4. Koklea
5. Ductus reuniens
6. Endolymphatic sac
7. Endolymphatic duct
8. KSS posterior
9. KSS lateral
10.Crus commune

(Sumber : Hussain,
2016)
KOKLEA
RESEPTOR KESEIMBANGAN

Alat Fungsi Organ sensorik Posisi


keseimbangan
UTRIKULUS Orientasi kepala Makula Kepala tegak
saat tegak
SAKULUS Orientasi kepala Makula Kepala berbaring
saat berbaring
KSS Mendeteksi rotasi Krista ampularis Memutar :
kepala Atas-bawah
(anterior)
Kanan-kiri (lateral)
Depan-belakang
(posterior)
FUNGSI KESEIMBANGAN

Fungsi keseimbangan yg normal tergantung Informasi sensorik


dari :
1. Visual
2. Vestibular perifer
3. Sistem somatosensori
4. Pendengaran

Informasi sensorik diintegrasi, diatur dan 'Ditafsirkan' dalam


sistem saraf pusat (SSP) menyebabkan stabilisasi penglihatan
dan kontrol postural, memberikan informasi mengenai diri dan
gerakan lingkungan.

Tidak adanya template yang sesuai, atau ketidakcocokan antara


informasi sensorik dan SSPmenyebabkan gejala pusing,
vertigo atau ketidakstabilan (Hussain, 2016)
FUNGSI SAKULUS DAN UTRIKULUS

Pelekukan
Pelekukan
Silia
Silia menjauhi
mendorong
kinosilium
kinosilium

Meningkatnya Menurunkan
tegangan pada tegangan pada
pelekatan pelekatan
filamen filamen

Hantaran ion + Menutup


ke cairan saluran ion
endolimfatik
Hiper
Depolarisasi polarisasi
Impuls Meningkat Menurun/
100/detik dari keadaan mati
istirahat
Sistem saraf
merangsang otot-
motorik
Sel rambut otot untuk
Informasi vestibular,
di Makula menjaga
serebelar, dan
keseimbangan
reticular
CONTOH FUNGSI KESEIMBANGAN
UTRIKULUS & SAKULUS
bila tubuh tiba- Statokonia
tiba didorong informasi mengenai pusat-
jatuh ke belakang/ ketidakseimbangan
dengan kasar ke pusat
ke silia sel-sel
depan/ saraf
rambut (ke arah
mengalami kinosilium)
percepatan

mencondongkan badannya ke merasa seperti


depan sampai pergeseran jatuh ke
resultante statokonia ke anterior belakang
tadi sama denga kecenderungan
statokonia untuk jatuh ke belakang
karena akselerasi tersebut
CONTOH FUNGSI KESEIMBANGAN KSS

Bila kepala tiba-tiba endolimfe dalam menyebabkan cairan


mulai berputar ke kanalis semisirkularis, relative mengalir
suatu arah/ cenderung menetap, dalam kanalis
percepatan angular sedangakan KSS akan dengan arah yang
berbelok/berputar berlawanan dengan
perputaran kepala.

meramalkan bahwa
menyebabkan pusat
akan terjadi
keseimbangan mengadakan
ketidakseimbangan
tindakan pencegahan
antisipasi
FAKTOR LAIN YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESEIMBANGAN

Propioseptif leher Informasi mengenai orientasi kepala


Propioseptif tapak kaki Informasi Keseimbangan berat tubuh
yang ditopang kaki
Ekteroseptif Informasi posisi tubuh
Visual Gerakanmenggeser bayangan di
retinainformasi keseimbangan
BPPV

Benign paroxysmal positional ver tigo (BPPV) adalah


gangguan vestibular yang ditandai dengan vertigo episode
singkat, yang terjadi ketika kepala berpindah posisi (BPPV
dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi
tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat)
(Edward dan Roza, 2014).

Benign : jinak, tidak progresif


Paroxysmal : terus-menerus/berulang
Positional : berhubungan dengan perubahan posisi
Vertigo : adanya gejala vertigo
ETIOLOGI

Idiopatik 50-70% >> pasien usia >50thn


Trauma kepala 7-17% >>pasien usia <50thn
Neurolabirinitis akibat virus /vestibular neuritis yaitu sekitar
15%
Menier disease 5%
Migraine
Tindakan bedah yang berhubungan dengan telinga ataupun
yang bukan berhubungan
Istirahat total yang lama (Sonu et al, 2015).
PATOFISIOLOGI

Otokonia
lepas

Saat
Perubahan
posisi Terjadi
konflik
Berat Kupula sensor
Otokonia
otokonia mengirimkan untuk Vertigo &
ikut
menyebabkan sinyal palsu menyeimba nistagmus
berpindah
silia melekuk ke otak ngkan
gangguan
KLASIFIKASI

Kanal Kanalitiasis KSS anterior/superior


Otokonia
lepas KSS horizontal/lateral
Kupula Kupulolitiasis
KSS posterior/inferior 81-
90%
KANALITIASIS

Jika otokonia mengapung pada kanalis semisirkularis ( Sonu


et al, 2015).
Otokonia dapat mempengaruhi salah satu dari tiga kanal.
Dalam canalithiasis puing-puing diduga mengambang bebas
di kanal dan oleh karena itu ada keterlambatan dalam
onset antara posisi kepala yang diadopsi dan vertigo yang
sedang diprovokasi. Saat puing-puing diam, gejala mereda
(Hussain, 2016).
KUPULOLITIASIS

Jika otokonia melekat pada kupula ( Sonu et al, 2015).


Pada cupulolithiasis puing -puing mengikuti cupulasehingga
menghasilkan suatu defleksi yang tidak sesuai.
Hasilnya biasanya vertigo muncul segera tanpa penundaan
atau keterlambatan (Hussain, 2016).
GEJALA

Rasa pusing berputar + mual, muntah + keringat sewaktu


merubah posisi kepala terhadap gravitasi (mengekstensikan
atau menundukkan leher, saat bangun dari tempat tidur, akan
berbaring, saat berguling diatas kasur)
Periode vertigo yang episodik (berulang)
Berlangsung selama 1 menit

Persentase gejala :
Vertigo (86%)
Kehilangan keseimbangan (49%)
Rasa ingin jatuh (36%)
Oscilloscopia (31%)
Lemas (33%)
Muntah (14%)
Jatuh (1%)
TANDA

FASE LATEN/ONSET VERTIGO


Cepat kupulolitiasis
Lambat kanalitiasis

BENTUK NISTAGMUS
Horizontal ( kanan-kiri) horizontal
Ver tikal (atas-bawah) superior
Tor sional posterior

ARAH NISTAGMUS
Geotropik (arah gerakan fase cepat ke arah telinga di posisi
bawah)kanalolitiasis
Apogeotropik (arah gerakan fase cepat ke arah telinga di posisi
atas)kupulolitiasis , kanalolitiasis apogeotropik

WAK TU & DURASI


VERTIKAL BPPV (VBPPV)

Muncul setelah diprovokasi oleh maneuver Hallpike


Karakteristiknya :
1. Fase laten dari 2-3 sampai 15 detik
2. Sensasi vertigo
3. Sebuah nistagmus yang berputar ke arah bawah telinga
4. Intensitas nistagmus meningkat progresif dan menurun
menghilang dalam beberapa detik (Boniver, 2008).
HORIZONTAL BPPV (HBPPV)

Karakteristik :
1. Fase laten yang sangat singkat ( <5 detik) di
posisi lateral dekubitus
2. Menunjukkan nistagmus geotropic atau apogeotropic
(Boniver, 2008).
ANTERIOR BPPV (ABPPV)

Karakteristik :
1. Nistagmus kearah bawah
2. Durasi bervariasi antara 5 sampai 60 detik, kadang -kadang
lebih.
DIAGNOSIS BPPV

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Tes keseimbangan
Tes pendengaran, dan
Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis
lain (Hain, 2009)
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan
Rasa pusing berputar + Manuvernistagmusfase
mual, muntah + keringat laten, arah, waktu, dan
durasi
(vertigo) Pengujian pendengaran
Vertigo muncul pada diindikasikan hanya bila
posisi: hiperekstensi diduga sudah ada gangguan
kepala, ketika berdiri dari telinga bagian dalam
(mis vestibular neuritis,
atau berbaring. penyakit Meniere).
Vertigo dirasakan Pencitraan otak ataupun
sering/berulang telinga tidak diperlukan
dalam kasus-kasus BPPV
Biasanya tidak ada gejala yang khas
pendengaran.
MANUVER DIX-HALLPIKE

Dix-Hallpike dianggap baku emas untuk diagnosis BPPV dari


kanal posterior.
Langkah-langkah :
1. Menginformasikan mengenai pemeriksaan kepada pasien
2. Pada posisi duduk tegak pemeriksa memutar kepala pasien 45
derajat ke kiri dan mempertahankan 45 derajat kepala ke kiri
(pemeriksaan telinga kiri)
3. Pemeriksa dengan cepat menginstruksikan pasien untuk
terlentang dengan mata tetap terbuka.
4. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang , dengan posisi
kepala sedikit di bawah tubuh, kepala pasien harus
"menggantung" dengan dukungan dari tepi posterior meja
pemeriksaan sekitar 20 derajat
5. Pemeriksa mengamati mata pasien untuk melihat fase laten,
durasi, dan arah nistagmus.
6. Sebelum pasien kembali ke posisi tegak ditunggu 30 detik
karena nistagmus pada kanalolitiasis bisa mucul terlambat
7. Dix-Hallpike kemudian diulang untuk sisi lainnya
SUPINE HEAD ROLL TES

Jika pasien memiliki gejala yang cocok dengan BPPV tetapi


tes Dix-Hallpike negatif
Langkah-langkah :
1. Posisi terlentang dengan kepala pada posisi netral,
2. Memutar kepala dengan cepat 90 derajat ke satu sisi
dengan dokter mengamati mata pasien untuk melihat
nistagmus.
3. Setelah nistagmus reda (atau jika tidak ada nistagmus yang
ditimbulkan), kepala kemudian kembali lurus menghadap ke
atas posisi terlentang.
4. Setelah nistagmus telah mereda, kepala kemudian dengan
cepat diputar lagi ke sisi berlawanan untuk mengobservasi
nistagmus
CONTOH KASUS

Laki2, usia Mengeluh pusing/rasa - Pmx Manuver Dix-


56th,Kebiasaan berputar saat berbaring fisik hallpike
berbaring ke ke kiri, (-) penurunan dbn hasil : (-)
kiri pendengaran, (-) - Pmx vertigo, (-)
dengung, (-)riw. Trauma THT nistagmus
kepala dbn

Kepala ditolehkan ke Head roll


Pasien Kepala
kiri 10 hasil : tes
diistirahatkan ditolehkan ke
(+) vertigo
jam kananhasil
(+) nistagmus fase
cepat ke arah kanan, (-) vertigo, (-)
(+) muntah nistagmus

BPPV kanalis horizontal Terapi : manuver


kiri tipe kanalolithiasis lempert dari sisi
apogeotropik telinga kiri
DIAGNOSIS BANDING BPPV

Kompresi neurovascular pada nervus cranialis VIII,


Vestibular schwannoma,
Arnold-chiari malformation, dan
Berbagai gangguan serebellum
TERAPI

Variasi BPPV Maneuver


LEFT PSC-Can Kanalitiasis Epley beginning on the left
LEFT PSC-Can Kupulolitiasis Semont toward the left
Head turned to the right
RIGHT PSC-Can Kanalitiasis Epley beginning on the right
RIGHT PSC-Can Kupulolitiasis Semont toward the right
Head turned to the left
LEFT SSC-Can Kanalitiasis Epley beginning on the left
LEFT SSC-Can Kupulolitiasis Semont toward the left
Head turn to the left
RIGHT SSC-Can Kanalitiasis Epley beginning on the right
RIGHT SSC-Can Kupulolitiasis Semont toward the right
Head turn to the right
LEFT LSC-Can kanalitiasis or kupulolitiasis Lempert towar the right ear

RIGHT kanalitiasis or kupulolitiasis Lempert toward the left ear


MANEUVER EPLEY
MANUVER SEMONT
MANUVER LEMPERT
KOMPLIKASI MANUVER

Efek samping yang tejadi setelah reposisi maneuver adalah


ringan dan bisa diatasi oleh tubuh sendiri.
Yang paling umum ditemui komplikasi termasuk mual dan
muntah.
Perpindahan partikel ke BPPV kanal lateral (disebut kanal
switch) dan Canalith Jam adalah kondisi yang jarang terjadi,
namun ketika itu terjadi harus segera didiagnosis dan diterapi
PERTIMBANGAN PASCA PERAWATAN

Pasien tidur di posisi tinggi dengan dua atau lebih bantal dan
/ atau tidak di sisi telinga yang sedang diobati (sampai 2
minggu bebas serangan)
Memakai kerah yang menyangga tulang belakang servikal
Menghindari latihan yang melibatkan kepala melihat ke atas
atau ke bawah atau rotasi
PROGNOSIS MANUVER

Asimptomatis : pasien tidak lagi mengeluhkan rasa pusing


berputar, dan head roll test tidak lagi memberikan gambaraan
nistagmus
Perbaikan : secara subjektif keluhan vertigo telah berkurang
lebih dari 70 %, pasien mampu melakukan aktifitas yang
sebelumnya dihindari. Secara objektif nistagmus horizontal
masih muncul pada maneuver provokasi.
Tidak ada perbaikan : jika keluhan vertigo yang dirasakan
berkurang <70%, dan nistagmus muncul dengan intensitas
yang sama
MONITORING BPPV

Dalam kekambuhan atau kasus gagal, mungkin


mempertimbangkan bahwa vertigo disebabkan oleh gangguan
sentral terutama yang berhubungan dengan serebelum atau
batang otak
KESIMPULAN

BPPV merupakan penyakit pada organ vestibuler bagian perifer


Lepasnya otokonia menimbulkan gejala vertigo saat perubahan
posisi dan berpengaruh pada jenis nistagmus yang muncul
Jika diagnosis BPPV dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
sudah ditegakkan, untuk menunjang diagnose yaitu dilakukan
pemeriksaan untuk melihat jenis nistagmus dengan cara tes
maneuver Dix-Hallpike atau Supine Head Roll Test
Setelah diagnosis BPPV dan jenis kanal yang terkena telah
diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan terapi
menggunakan manuver reposisi
Setelah dilakukan terapi lalu terdapat perbaikan dari gejala
BPPV, selanjutnya pasien harus tetap dimonitoring
Jika setelah diterapi keadaan pasien tetap atau semakin berat,
maka harus segera ditangani. Hal tersebut bisa saja terjadi
karena ada kesalahan saat melakukan maneuver atau memang
keadaan tubuh pasien yang memiliki kelainan tertentu yang
menyebabkan kekambuhan atau semakin memberat seperti
pada kasus kegemukan, penyakit jantung, gangguan tulang
servikalis, atau telinga dalam yang memiliki kelainan.
TERIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai